Suku Dayak Banyadu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
Baris 17:
|}
 
Suku '''Dayak Banyuke''' adalah salahsatu sub-suku Dayak yang mendiami Provinsi Kalimantan Barat. Sebutan "'''Dayak Banyuke'''" diambil dari nama kota orang Banyadu pada masa lalu yaitu kota Banyuke yang merupakan sebuah ''Bandong'' (ibukotaibu kota atau pusat pemerintahan) orang Banyadu pada masa lalu, yang pada saat ini hanya berupa sebuah kampung yang terletak di desa Samade kecamatan Banyuke hulu. Sedangkan sebutan "Suku '''Dayak Banyadu'''" diambil dari istilah dalam bahasa mereka sendiri yaitu asal kata " '''Nyadu'''" yang artinya " '''Tidak'''" kata ini digunakan sebagai istilah pembeda dialek dengan dialek Dayak lainnya.
 
== Sejarah Eksistensi ==
Baris 24:
Salutok Salunukng adalah salahsatu putra raja terakhir Dayak Bidayuh dari kerajaan Sikukng (Sungkung). Raja Sikukng yang terakhir ini bernama Siang Nuk Nyinukng. Kejadian ini terjadi beribu-ribu tahun, sebelum tahun masehi (tahun kelahiran kristus). Awalnya Salutok Salunukng bersama adiknya yang bernama Buta Sabangam (nenek moyang suku Dayak Bakati) beserta bersama para pengikut mereka, diutus oleh Ayahanda mereka untuk menempati tanah di bagian selatan Sungkung. Di dalam perjalanan Adiknya, ''Butag Sabangam'' tidak dapat melanjutkan perjalanan ke selatan, kemudian mereka berpisah. Pada saat berpisah sebagian besar pengikut mereka memilih menemani ''Buta Sabangam''. Akhirnya ''Salutok Salunukng'' bersama sebagian kecil pengikutnya, yang masing-masing membawa serta keluarganya memilih melanjutkan perjalanan ke selatan.
 
Pada suatu masa, keturunan mereka yang masih berbahasa Dayak Bidayuh berasimilasi dengan warga Dayak Bakati yaitu sub-suku Dayak keturunan ''Butag Sabangam'' dan pengikutnya. Karena jumlah orang Bakati lebih banyak menyebabkan mereka ikut menggunakan bahasa Bakati yaitu varian baru dari bahasa Dayak Bidayuh. Setelah berabad-abad mereka bercampur dan mendiami kawasan dimana kota Bengkayang berada saat ini. Kemudian mereka membangun kerajaan bersama yang diberi nama kerajaan Bawakng. Hingga pada suatu masa, warga Dayak Kanayatn dengan rombongan besar dari tanah asal mereka dikawasan pesisir barat mendatangi kota Bawakng-Basawag yaitu ibukotaibu kota (Bandong) dari kerajaan Bawakng. Disana mereka tinggal bersama dengan orang Bakati. Kedatangan mereka terjadi dimasa pemerintahan raja '''''Saapangko''''' (Sepinggangku / setinggi pinggangku) yaitu masa dimana kerajaan Bawakng mulai jaya, yang pada orang Kanayatn dikenal dengan sebutan masa “Bawakng Nagari Subayatn (Bawakng negeri surgawi). Kejayaan kerajaan Bawakng inilah yang membuat warga Dayak Kanayatn mendatanginya. Setelah warga Kanayatn tinggal, mereka berbaur dengan warga Bakati bahkan banyak orang Kanayatn yang menikah dengan para pembesar kerajaan. '''''Bawakng Basawag''''' (buah bertahunan) yaitu ibukotaibu kota kerajaan Bawakng yang terletak di '''''Singakng''''' (lereng) gunung Bawang. Istilah Bawakng adalah kosakata dalam bahasa Bidayuhik kuno sebelum digantikan dengan istilah “buah”yaitu kosakata serapan dari bahasa Dayak Kanayatn. Dan kata “basawag” sendiri terbentuk dari kata “ba” yaitu istilah imbuhan yang bearti “ber”. Dan kata “sawag” yaitu kosakata dari bahasa Bidayuhik untuk menyebutkan “tahun”. Dengan demikian kota Bawakng-Basawag berarti “buah bertahunan”, hal ini disebabkan oleh kawasan kota Bawakng Basawag dahulu adalah kawasan yang menghasilkan beragam jenis buah tropis sepanjang tahun.
 
Selanjutnya, setelah beberapa abad kemudian. Keturunan Salutok Salunukng yang telah berbahasa Bakati yang tinggal disebelah selatan gunung panokng (Bukit Jamur Bengkayang) mulai berhubungan secara intensif dengan warga keturunan Kakek Lubish yang bermukim disebelah barat daya gunung panokng. Kakek Lubish dan keturunannya berbicara menggunakan bahasa Dayak Kanayatn (orang Bananag). Kakek Lubish adalah salahsatu pemimpin dari warga yang berbahasa Kanayatn yang meninggalkan kota ''Bawakng Basawag. Beliau dan rombongannya'' hendak menuju kerajaan Keokng-Kannakng milik Dayak Tobag-Mali, untuk menyebarkan agama Jubata. Kepergian beliau tidak dapat dilanjutkan karena beliau jatuh sakit yang akhirnya memaksakan beliau dan pengikutnya berhenti dan tinggal di selatan gunung panokng.
Baris 30:
Lama-kelamaan terjadi proses asimilasi (percampuran) antara anak-cucu keturunan Salutok Salunukng yang telah berbahasa Bakati dengan abak-cucu keturunan kakek Lubish yang berbahasa Dayak Kanayatn (orang Bananag). Percampuran bahasa mereka berkembang menjadi Varian bahasa baru yang dikenal dengan sebutan bahasa Banyadu.
 
Sebelum orang banyadu menyebar mendiami pedalaman daerah Landak, Bengkayang dan Sanggau kapuas, orang Banyadu mendiami daerah asalnya di daerah Banyuke hulu di Kecamatan Banyuke Hulu kabupaten Landak Kalimantan barat sekarang. Dahulu sebelum menyebar, seluruh orang banyadu mendiami sebuah kota atau kampung besar. Kota yang dibangun oleh orang Banyadu pertamakali itu bernama “Banyuke”. Kota Banyuke dijadikan '''''Bannokng''''' (Baca: '''Bandong / bandung''', untuk anda yang tidak bisa logat Dayak). Istilah Bannokng / bandung sendiri adalah istilah yang bermakna sebagai “pusat pemerintahan atau ibukota”ibu kota” suatu bentuk pemerintahan. Wilayah pemerintahan orang Banyadu ini dinamai '''''Banua Satona''''' yang ber-bandung pada kota Banyuke. Seringkali kota Banyuke yang merupakan Bandong dari banua Satona ini hanya di sebut dengan nama Bandong satona saja, tentu saja yang dimaksudkan adalah Bandong (ibukotaibu kota / pusat pemerintahan) dari banua Satona.
[[Berkas:Banyuke Village 1.jpg|kiri|jmpl|320x320px|Desa Banyuke Sekarang. Bekas Bandong Banua Satona]]
Sejak di mulainya masa Pengayauan di kalangan Bangsa Dayak, nenek moyang Dayak Banyadu mulai menyebar keluar dari Bandong Banua-nya. Orang Banyadu yang menyebar pada masa itu di rintis oleh para prajurit Kayau yang melakukan pengayauan serta penaklukan terhadap subsuku Dayak lain, akibatnya orang Banyadu ( orang yang berasal dari Bandong Banyuke) dimasa lalu menjadi sangat terkenal dan disegani serta di takuti oleh subsuku Dayak lain. Meskipun terkenal dengan kegagahan dan keberaniannya, adakalanya para prajurit Kayau Dayak Banyadu tidak berhasil menaklukkan subsuku Dayak lain, para prajurit kayau Dayak Banyadu yang tidak berhasil membawa Kepala manusia ini, memilih tidak pulang dan menetap di daerah taklukannya serta membangun pemukiman baru di situ dan mengawini gadis-gadis didaerah taklukannya tersebut. umumnya kepergian prajurit Kayau Dayak Banyadu zaman dulu di lakukan melalui jalur sungai, dengan perahu mereka menyusuri hilir sungai yang diberi nama sama seperti nama Bandong-nya yaitu sungai Banyuke. Selain karena aktivitas Pengayauan, penyebaran orang Banyadu juga terjadi karena alasan perladangan, masyarakat pada masa itu mulai mencari daerah baru yang jauh dari Bandong-nya untuk berladang, Sebagai akibatnya banyuke yang sebelumnya berupa sebuah kampung besar / kota lama-kelamaan mengecil hingga hanya menjadi sebuah kampung kecil, karena di tinggal menyebar oleh penduduknya. Ketika berada di luar Bandongnya itulah yang menyebabkan orang Dayak banyadu zaman dulu di kenal dengan sebutan orang Banyuke oleh masyarakat Dayak yang menjadi tetangga negerinya, hal ini terjadi, karena mengingat mereka berasal dari kota Banyuke.
 
Cukup sering terjadi kekeliruan akan masyarakat Dayak yang disebut Banyuke ini, terutama generasi muda sekarang di mana dalam anggapan mereka yang disebut orang Banyuke adalah Suku Dayak kanayatn yang berdialek Banane / Bangape alias orang Darit dan cenderung teguh meyakininya, padahal yang benar adalah untuk sebutan masyarakat Dayak yang berdialek Banyadu. Hal ini tentu didasari oleh alasan bahwa semua desa atau semua penduduk yang tinggal di hilir dekat muara dan di hulu dari sungai yang mengalir di daerah tersebut adalah orang Banyadu, dan terlebih di karenakan asal kata banyuke itu adalah dari nama kota yang menjadi ''Bandong'' atau ''Bandung'' (pusat pemerintahan / ibukotaibu kota) dari ''Banua Satona'' milik orang Banyadu yang terletak di hulu sungai Banyuke tersebut.
 
== Wilayah Penyebaran ==