Moeffreni Moe'min: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Menambahkan tag <references /> yang hilang |
k ibukota → ibu kota |
||
Baris 5:
'''Karier Militer''' Dalam menggaungkan kemerdekaan Indonesia, Ia merupakan salah satu tokoh yang berperan penting dalam penyelenggaraan Rapat Raksasa Lapangan IKADA<ref>{{Cite book|url=http://worldcat.org/oclc/48777655|title=Kebulatan tekad rapat raksasa Ikada : peristiwa 19 September 1945.|last=Sejarah.|first=Jakarta Raya (Indonesia). Dinas Museum dan|date=1997|publisher=Dinas Museum dan Sejarah, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta|oclc=48777655}}</ref> yang mewujudkan kewibawaan pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyat Indonesia. Moeffreni adalah orang yang bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan Presiden dan Wakil presiden, serta menjamin keamanan acara rapat besar IKADA dari intervensi Jepang. Selain menggaungkan, Moeffreni juga turut aktif dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada akhir September 1945, ketika kedatangan tentara sekutu (AFNEI) dan NICA untuk mengambil alih kekuasaan Jepang, Moeffreni memimpin dan melakukan perlawanan bersenjata dalam pertempuran di dalam kota Jakarta (kawasan Tanah Abang, Dukuh Sawah sekarang Jalan M.H. Thamrin, Karet Kubur dan Salemba) dengan tentara sekutu dan Belanda. Selain itu, Moeffreni memimpin Resimen VI Cikampek yang melakukan perjuangan bersenjata, menjaga tapal batas atau garis demarkasi, mengkoordinir dan membina para laskar pejuang untuk turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia di front timur Jakarta (Jakarta, Bekasi, Karawang). Pada peristiwa Linggarjati<ref>{{Cite book|url=http://worldcat.org/oclc/65375992|title=Republik Indonesia sebagai subyek hukum internasional : dari proklamasi sampai dengan perjanjian Linggarjati = Republic of Indonesia as a subject of international law : from proclamation until the Linggajati treaty|last=1935-|first=Suraputra, Djenal Sidik,|date=1988|publisher=[s.n.]|oclc=65375992}}</ref>, Moeffreni mendapat tanggungjawab yang berat memimpin pengamanan perundingan guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan merugikan perjuangan diplomasi. Pada bulan Mei 1947 Moeffreni bertugas sebagai Direktur Latihan Perwira Divisi Siliwangi di Ngamplang Garut. Setelah Agresi Militer I Belanda<ref>{{Cite book|url=http://worldcat.org/oclc/930569682|title=Agresi militer Belanda|last=Haris|first=Nasution, Abdul|oclc=930569682}}</ref>, Moeffreni ditugaskan kembali ke Cirebon. Selanjutnya di tahanan di Pulau Nusakambangan sebagai tawanan perang kelas berat ''Krijgsgevangenen''.
'''Kehidupan Awal''' Masa Pergerakan Ia merupakan putra dari Mohammad Moe'min, mantan residen Jakarta asli Betawi. Ia memiliki kedudukan penting di ibu Kota karena berhasil menyelamatkan sisa-sisa administrasi keresidenan saat terjadi kekacauan di tubuh pemerintahan saat itu. Keresidenan Jakarta yang memiliki
'''Moeffreni dan Peristiwa Rapat Raksasa Lapangan Ikada''' Proklamasi kemerdekaan Indonesia memang telah dikumandangkan secara dramatis di Jakarta pada 17 Agustus 2017. Namun, berita itu tak lantas tersebar ke seluruh Indonesia. Pihak Jepang selalu menutup-nutupi kenyataan bahwa mereka sudah kalah. Sehingga berita kemerdekaan Indonesia masih dipertanyakan masyarakat. Untuk menyebarluaskan Informasi Kemerdekaan dan menunjukan kedaulatan pemerintah Indonesia, maka dipilihlah jalan mengumpulkan massa dalam jumlah besar dalam suatu rapat raksasa. Maka, dirancanglah rapat raksasa di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta), sekarang menjadi Lapangan Monas, pada 19 September 1945. Saat itu pemerintah Republik Indonesia berhasrat menyampaikan kepada khalayak ramai apa yang telah diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta di Pegangsaan Timur 56 pada 17 Agustus 1945. Moeffreni Sebagai Ketua [[Badan Keamanan Rakyat|BKR]] ditunjuk sebagai ketua panitia atas rencana [[Rapat Raksasa Lapangan Ikada|rapat raksasa]] Lapangan Ikada dan berperan dalam penyebarluasan informasi dan keamanan. Para anggota BKR, dibantu para pemuda Menteng 31, Prapatan 10, kepolisian, pemuda Kereta Api, Pos/Telegram, aparat pemerintah daerah Jakarta, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Jakarta dan Wali Kota saling bahu-membahu melakukan koordinasi. Semuanya melakukan satu rantai informasi untuk menyebarluaskan informasi mengenai rapat raksasa Ikada secara getok tular (berantai) kepada rakyat Indonesia. Namun, upaya penyebarluasan informasi tak berlangsung mulus. Rencana rapat sudah bocor. Pasukan Jepang pada malam tanggal 18-19 September 1945 telah memberikan imbauan bahwa rapat raksasa yang akan dilakukan itu dilarang demi ketertiban dan ketenangan umum. Mobil-mobil militer, tank, dan panser telah lalu lalang di jalan-jalan raya di Kota Jakarta, sehingga menimbulkan perasaan yang mencekam.. Menghadapi ancaman Jepang, Moeffreni tak tinggal diam. Dia pergi ke kantor Guiseikanbu untuk meminta kepada para perwira tinggi Jepang agar jangan terjadi pertumpahan darah. Namun upayanya menemui para perwira tinggi Jepang yang dikenalnya sejak di PETA gagal karena mereka semua tidak ada di tempat. Kondisi mencengkam dalam pelaksanaan rapat raksasa Lapangan Ikeda berlanjut pada pengorganisiran rakyat dalam rapat raksasa tersebut. Ia memperhitungkan ada sekitar 250.000 orang yang datang ke lapangan Ikada. Dari arah selatan (Merdeka Selatan) merupakan konsentrasi untuk massa yang berasal dari Bogor, Depok, Jatinegara, dan Kebayoran Baru. Sementara massa yang datang dari Tangerang dan Banten masuk ke lapangan Ikada melalui arah timur, dekat Harmoni sampai tepi Istana Negara. Adapun massa dari Tanah Abang Barat masuk melalui Jalan Museum. Masing-masing rombongan dan laskar yang hadir sudah barang tentu membawa senjata masing-masing. Ada bambu runcing, botol berisi minyak tanah atau “Molotov cocktail” dan sebagainya. Kondisi ini dapat menimbulkan kerusuhan dan pertumpahan dengan pihak Jepang yang berjaga. Disini Moeffreni berusaha menjaga keamanan situasi massa tersebut. Wartawan Rosihan Anwar dalam kesaksiannya di artikel “Suasana Lapangan Ikada” oleh D. Hasan Pulungan mengatakan, “secara berduyun-duyun…merasa situasi semakin serius sambil menunjuk adanya penjagaan ketat dari kesatuan-kesatuan tentara Jepang, diperkuat tank-tank raksasa, ada yang ditempatkan di tengah-tengah jalan raya, ada yang mengambil tempat dalam jarak yang tidak begitu jauh dari Medan Merdeka Utara, dan tidak jauh dari Istana, dari jurusan Merdeka Barat ada pula kelihatan dipersiapkan…” Moeffreni juga tercatat berperan penting dan bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan Presiden dan Wakil Republik Indonesia Soekarno-Hatta. Saat itulah Moeffreni membentuk pasukan pengamanan untuk menjemput Presiden dan Wakil Presiden yang masih berada di Pejambon yang sedang melakukan sidang kabinet. Moeffreni membentuk dua peleton menjemput yang terdiri atas unsur BKR Jakarta, kelompok Pemuda Menteng 31, mahasiswa Prapatan 10, serta mahasiswa Islam di bawah pimpinan Bagja. Peleton ini bertugas menjemput sekaligus mengamankan para wakil rakyat itu. Moeffreni lantas menjemput Bung Karno dan Bung Hatta yang datang melalui batas Jalan Merdeka Timur dan selalu setia mengawal Bung Karno di sampingnya. Moeffreni mengantarkan Bung Karno dan Bung Hatta naik ke mimbar yang sangat sederhana, terbuka, dibikin dari kayu dan bambu. Sejarah telah mencatat pidato Sukarno yang fenomenal di Lapangan Ikada pada 19 September 1945. Moeffreni sendiri menekankan singkatnya pidato Presiden bukan lantaran adanya larangan dari pihak Jepang, melainkan memang situasi yang sedemikian panas. Berkat jasa Moeffreni, penyelenggaraan Rapat Raksasa Lapangan Ikeda dapat berjalan dengan lancar tanpa pertumpahan darah.
|