Peramalan komunikasi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun) |
k analisa → analisis |
||
Baris 1:
{{Orphan|date=Oktober 2016}}
'''Peramalan''' '''komunikasi''' merupakan sebuah proses memprediksi masa depan di bidang komunikasi berdasarkan data-data yang didapatkan di masa sekarang, serta menggabungkannya dengan
Seperti yang disebutkan di atas, ada beberapa metode peramalan komunikasi yang sering digunakan. Dua diantaranya adalah Metode Delphi dan Analisis Skenario
== Metode delphi ==
Terdapat salah satu metode yang dapat
Sedikit melihat sejarah, metode Delphi ini awalnya dikembangkan di masa [[Perang Dingin]] oleh Amerika Serikat, yang bermaksud meramalkan pengaruh teknologi dalam peperangan.<ref>Cornish, Edward. (2007). How The Futurist was Born. Bethesda, MD: World Future Society.</ref> Metode Delphi dilakukan atas saran Jenderal Henry H. Arnold yang hasilnya untuk dilaporkan pada U.S. Army Air Corps, agar diciptakan sebuah teknologi di masa depan yang bisa diadopsi militer. Para responden waktu itu diminta pendapatnya atas landasan probabilitas, frekuensi, dan kemungkinan intensitas serangan musuh. Responden lain memberikan pendapat, hingga tercapailah konsensus.
Baris 15:
Skenario dapat dideskripsikan sebagai situasi yang mungkin terjadi di masa depan, termasuk arah-arah perkembangan yang membawa kita menuju situasi tersebut. Skenario tidak dimaksudkan dibuat untuk merepresentasikan deskripsi pasti atas masa depan, namun lebih kepada tujuannya memberi gambaran atas elemen-elemen utama dari posibilitas di masa depan, dan untuk menggambarkan faktor kunci apa saja yang menjadi perhatian kita guna menuju perkembangan di masa depan. Banyak para analis skenario menegaskan bahwa skenario adalah konstruksi hipotesis yang tidak untuk diklaim sebagai representasi realitas.<ref name="Kosow, Hannah 2008">Kosow, Hannah. & Gabner, Robert. (2008). Methods of Future and Scenario Analysis: Overview, Assessment, and Selection Criteria. Bonn: DIE Research Project “Development Policy: Questions for the Future”.</ref>
Pertama kali analisis skenario digunakan adalah pada tahun 1950-an, dimana metode ini digunakan untuk mengembangkan skenario dalam konteks perencanaan strategi militer. Lalu pada akhir 1960-an, beberapa perusahaan mulai menggunakan metode analisis skenario untuk konteks pengembangan masa depan energi mereka. Hingga hari ini, skenario digunakan di semua konteks
== Hasil prediksi ==
Baris 36:
Kaitannya dalam konteks sosial, proses belajar itu pun serupa. Masyarakat mengadopsi sebuah teknologi komunikasi diawali dengan memperhatikan orang lain. Namun perilaku memperhatikan itu bisa juga membuat mereka tidak jadi mengadopsinya. Untuk itu, dalam teori kognitif sosial ini ada yang disebut sebagai ''reinforcement'' (penguatan) dan ''punishment'' (ganjaran). ''Reinforcement'' dan ''punishment'' menjadi faktor yang menjelaskan apakah sebuah kebiasaan dapat ditiru. Apabila ada asas yang kuat dari sebuah kebiasaan yang dipertontonkan, dengan alasan-alasan yang memperkuat kebiasaan tersebut, maka besar kemungkinan masyarakat akan menirukannya. Sedangkan ''punishment'', di sisi lain, justru menjadi poin oposisi dari ''reinforcement''. Apabila sebuah tindakan yang hendak ditiru ternyata membuktikan sesuatu hal yang tidak baik (tidak sesuai dengan yang dituju), maka besar juga kemungkinan masyarakat tidak jadi mengadopsi hal tersebut.<ref name="Grant, A. E. 2010"/>
Dengan begitu, teori ini berguna untuk
== Kognitif sosial dan pilihan masyarakat ==
Sejak Alexander Graham Bell berhasil memecahkan misteri transmisi audio secara elektronik pada tahun 1876, [[telepon]] telah menjadi bagian dari masyarakat yang diadopsi besar-besaran dalam waktu yang singkat.<ref name="Grant, A. E. 2010"/> Hal itu bisa
Pilihan masyarakat menggunakan telepon yang berkembang sesuai masanya, sejalan dengan
Berada di zaman digital membuat masyarakat memiliki akses untuk mengeksplor apa pun yang ditawarkan telepon pintar, mulai dari aplikasi sosial hingga akses terhadap informasi yang berada di mesin pencarian. [[Aplikasi]]-aplikasi sosial seperti Twitter, Facebook, [[Instagram]], Vine, YouTube, dan lain-lain memberikan masyarakat ruang untuk bersenang-senang dengan dirinya sendiri, menciptakan avatar dirinya di dunia maya, berinteraksi dengan masyarakat dari berbagai belahan dunia, tanpa terinterupsi masalah waktu, tempat, dan biaya. Hal-hal inilah yang menjadi penunjang pilihan masyarakat mengadopsi teknologi komunikasi. Seperti data yang dilansir Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada tahun 2013 saja, Indonesia menempati peringkat 4 pengguna facebook terbesar setelah Amerika Serikat, Brazil, dan India. Sedangkan untuk [[Twitter]], Indonesia menempati peringkat ke 5 setelah Amerika Serikat, Brazil, Jepang, dan Inggris. Secara umum, untuk seluruh wilayah di Indonesia, ada sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif dan 19,5 juta pengguna Twitter. Karakteristik pengguna aplikasi sosial di Indonesia adalah konsumen, dimana kebanyakan masyarakat adalah pengonsumsi aplikasi, namun tidak aktif berkontribusi dalam pembuatan blog atau video dalam YouTube.<ref>Kemenkominfo, 2013. Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang. http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker#.VflS2302jIU diakses pada 16 September 2015</ref>
Baris 50:
Berbicara tentang internet, Grant & Meadows menyebutkan dalam kesimpulan bukunya, bahwa salah satu yang akan tetap langgeng di dunia ini dari segi teknologi komunikasi adalah ''mobile internet access''. Karena akses internet merupakan salah satu kunci utama – selain tentunya kebutuhan akan alat komunikasi itu sendiri – yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, bahkan sampai kepada penegakan hukum, pendidikan, periklanan, dan kesehatan. Terutama di bidang pendidikan, seperti yang diprediksikan Wired pada tahun 1993 lalu akan kemunculan perpustakaan tanpa dinding untuk buku-buku tanpa lembar, yang sudah terjadi hari ini. Semua akademisi hari ini akan selalu punya jawaban atas semua pertanyaan, secara langsung atau ''real-time'', dari mana saja, dengan terbuka luasnya akses teknologi komunikasi.<ref name="Grant, A. E. 2010"/>
Menyadari akan terus berkembangnya teknologi komunikasi di masyarakat, kita tidak akan bisa berhenti memetakan akan sampai ke mana inovasi ini dilakukan. Setiap masa memiliki kebutuhannya sendiri. Namun pada intinya, proses komunikasi itu akan tetap sama. Setiap komunikasi akan berangkat dari ketersediaan data yang diolah menjadi informasi, informasi dikomunikasikan untuk menjadi pengetahuan, pengetahuan dipahami masyarakat sehingga menjadi kecerdasan, sehingga suatu saat nanti diharapkan kecerdasan akan membawa masyarakat pada level ''wisdom'' (kebijaksanaan). Dengan cara apa masyarakat berkomunikasi, tentunya tidak lepas dari peran teknologi komunikasi yang terus berkembang. Seperti yang
== Pranala luar ==
|