Gwanggaeto yang Agung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Di hari +Pada hari)
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
Baris 3:
Dibawah pimpinan Gwanggaeto, Goguryeo sekali lagi menjadi negara yang berkuasa di [[Asia Timur]], memiliki status yang hebat tersebut pada abad kedua. Setelah Raja Gwanggaeto meninggal pada usianya yang ketiga puluh sembilan pada tahun 413, Goguryeo mengendalikan seluruh wilayah di antara [[Sungai Amur|Amur]] dan [[Sungai Han (Korea)|Han]] Sungai-sungai (dua pertiga dari modern [[Korea]], [[Manchuria]], dan bagian dari provinsi maritim Rusia dan [[Mongolia Dalam]]).
 
Sebagai tambahan, pada tahun 399, [[Silla]] menyerah pada Goguryeo dan meminta perlindungan dari Baekjae. Gwanggaeto merebut ibukotaibu kota Baekje yang sekarang adalah [[Seoul]] dan menjadikan [[Baekje]] sebagai pengikutnya. Banyak yang berpendapat bahwa penyatuan di bawah Goguryeo ini merupakan penyatuan yang sebenarnya dari [[Tiga Kerajaan Korea|Tiga Kerajaan]].
 
Prestasi Gwanggaeto dicatat di dalam [[Prasasti Raja Gwanggaeto]], yang didirikan pada tahun 414 di kompleks pemakamannya di Ji'an yang sekarang adalah perbatasan antara [[Cina]]-[[Korea Utara]]. Prasasti ini merupakan yang terbesar di dunia.
Baris 30:
Gwanggaeto menggantikan ayahandanya, Raja [[Gogugyang dari Goguryeo|Gogugyang]], ketika ia meninggal pada tahun 391. Segera setelah ia dimahkotai sebagai Raja Goguryeo, Gwanggaeto menyebut dirinya sendiri sebagai Raja Tertinggi Yeongnak, menegaskan dirinya setara dengan penguasa Tiongkok dan raja [[Baekje]]. Ia kemudian mulai membangun dan melatih pasukan berkuda dan armada angkatan laut Goguryeo, dan mereka ditempatkan ke dalam aksi pada tahun berikutnya, tahun 392, melawan Baekje.
 
Pada tahun 392, atas perintah pribadi Gwanggaeto, Goguryeo menyerang Baekje dengan 50,000 pasukan berkuda, merebut 10 kota berdinding bersama dengan perbatasan antara dua negara. Serangan ini membangkitkan amarah [[Asin dari Baekje]] dan raja itu merencanakan sebuah serangan balasan terhadap Gwanggaeto, sebuah rencana yang terpaksa ia abaikan ketika pasukan penyerangnya dikalahkan oleh Goguryeo pada tahun 393. Raja Asin menyerang Goguryeo kembali pada tahun 394, dan sekali lagi dapat dikalahkan. Setelah beberapa kali mengalami kekalahan besar, Baekje mulai melemah di dalam politik dan kepemimpinan Asin mulai diragukan. Asin kalah sekali lagi dari Goguryeo pada tahun 395, dan ia akhirnya dapat didorong sampai ke tepi Sungai Han, di mana [[Wiryeseong]], kemudian lokasi ibukotaibu kota Baekje di bagian selatan dari kota yang modern [[Seoul]].
 
Pada tahun berikutnya, Gwanggaeto memimpin armada perangnya menyerang ke Wiryesong, mendekati laut dan sungai. Asin mengharapkan serangan darat dan tertangkap ketika pertahanannya sedang melemah. Konon pasukan Gwanggaeto membakar sekitar 58 benteng berdinding di bawah kekuasaan Baekje, dan mengalahkan pasukan Raja Asin. Asin menyerah pada Gwanggaeto, bahkan menyerahkan 10 sandera dari garis keturunan kerajaan dan menteri sebagai kondisi untuk menjaga kekuasaannya sendiri di Baekje. Gwanggaeto akhirnya berhasil mendapatkan keunggulan atas saingan lamanya Baekje di [[Semenanjung Korea]].