Hubungan Indonesia dengan Yaman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
Baris 7:
Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945, negara-negara Arab yang tergabung di dalam Liga Arab dan beberapa negara Asia adalah yang pertama-tama memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan dan kedaulatan negara Republik Indonesia itu, salah satu di antaranya ialah Yaman. Melalui wakilnya di Liga Arab di Cairo, Yaman (utara) di bawah kekuasaan Imam/Raja Yahya (Kerajaan Mutawakkilin Yaman) telah memberikan pengakuannya terhadap kemerdekaan Indonesia tanggal 3 Mei 1948. Tahun 2008 menandai 60 tahun pengakuan Yaman terhadap kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya, pada Konferensi Asia Afrika (KAA) yang berlangsung pada 18-24 April 1955 lalu, Pemerintah Yaman hadir yang diwakili oleh Perdana Menteri Yaman (Utara), Hassan Ibn Yahya (Seif El Islam El Hassen).
 
Pada 22 Mei 1990 kedua negara Yaman (Utara dan Selatan) tersebut menjadi satu negara dengan nama Republik Yaman dan ibukotanyaibu kotanya Sana'a. Setelah itu Pemerintah Yaman mengubah status Konsulat Jenderal Yaman Selatan di Jakarta menjadi Kedutaan Besar Republik Yaman. Kantor Kedutaan Besar RI di Sana'a ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor: 12 Tahun 1992 tanggal 12 Pebruari 1992, dan resmi dibuka pada tanggal 16 Nopember 1992.
 
Eratnya hubungan kedua negara juga ditandai dengan kunjungan timbal balik para pejabat tinggi kedua negara. Tercatat Presiden RI Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan kenegaraan ke Yaman pada 21-22 Februari 2001 yang merupakan kunjungan balasan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh ke Indonesia bulan Februari 1998. Sedangkan, Wakil Presiden R.I Hamzah Haz melakukan kunjungan ke Yaman pada 13-15 September 2003.
Baris 29:
 
== '''Perkembangan Kerjasama Ekonomi''' ==
Selama periode 1990-2015, hubungan perdagangan RI-Yaman telah meningkat cukup pesat. Pada tahun 1990, nilai perdagangan kedua negara hanya sebesar US$10.46 juta. Kini pada tahun 2015, volume perdagangan kedua negara menjadi sebesar US$89.30 juta. Bahkan pada tahun 2013, hubungan perdagangan bilateral mencapai puncaknya sebesar US$159.38 juta. Namun akibat konflik di Yaman yang terus berkelanjutan khususnya pada periode 2014-2015 ketika terjadi pendudukan ibukotaibu kota Sana'a oleh milisi Al-Houthi (21 September 2014), dan serangan udara pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi (25 Maret 2015) nilai perdagangan RI-Yaman mengalami penurunan pada tahun 2014 dan 2015.
 
Besarnya ruang pasar di Yaman dapat dilihat dari total nilai perdagangan luar negeri Yaman sendiri. Pada tahun 2014, total nilai perdagangan luar negeri Yaman mencapai US$14.4 milyar dan merupakan negara ''net importer'' sebesar US$9.6 milyar. Yaman sangat mengandalkan komoditi impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, yaitu setidaknya sekitar 80 persen kebutuhannya dipenuhi dari negara lain. Adapun barang-barang yang diperlukan terdiri dari berbagai jenis, mulai dari barang konsumsi, barang kebutuhan rumah tangga, hingga bahan bangunan, peralatan dan mesin (''capital goods''). Produk keperluan sehari-hari dari Indonesia semakin banyak diminati meskipun mendapat saingan dari sesama negara Asia lainnya. Produk makanan seperti Indomie dan ''spare part'' kendaraan dari GT serta aki dari GS sudah sangat dikenal di Yaman.