Nur Iman Mlangi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bocah Sableng1 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
Baris 12:
 
Setelah dewasa, RM Sandeyo atas perintah ayahnya, dijemput untuk dibawa ke [[Mataram]]. Saat itu sedang berkecamuk perang saudara antara ketiga adik RM Sandeyo dari ibu yang berbeda. Untuk mendamaikan, RM Sandeyo mengajukan perjanjiyan Giyanti yang menyatakan bahwa:
# Kerajaan Mataram [[Kartasura]] dipecah ke dalam dua wilayah, yaitu Prambanan ke arah Timur dipimpin oleh Susuhunan Pakubuwana II dan memiliki ibukotaibu kota di [[Surakarta]] dan area Prambanan ke arah Barat dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwana I), beribukotaberibu kota di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]].
# Sebuah wilayah kecil di daerah Surakarta dibentuk Puro, disebut Puro Mangkunegoro diserahkan kepada RM. Said/[[Pangeran Sambernyowo]].
Setelah situasi tenteram, RM Sandeyo memutuskan untuk tinggal di luar kraton dan membaur bersama penduduk. Kemudian dia tinggal di sebuah desa, berganti nama menjadi Kiai Nur Iman, dan mengamalkan ilmu yang diperoleh di pesantren. Di situ dia mendirikan pondok pesantren yang selanjutnya dikenal dengan nama Pondok Mlangi, dan tempat tinggalnya pun disebut Mlangi. Area tempat tinggal Kiai Nur Iman merupakan tanah pemberikan Sultan [[Hamengkubuwono I]] dan menjadi tanah perdikan yang bebas pajak. Kiai Nur Iman meninggal dan dimakamkan di halaman belakang masjid yang dibangun tahun [[1760]]. Kini masjid dan makam Kyai Nur Iman menjadi tempat ziarah berbagai kalangan dari seluruh pelosok tanah air.