Su Dingfang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k ibukota → ibu kota |
||
Baris 6:
Belakangan Su mengabdi pada seorang pemimpin pemberontak bernama [[Dou Jiande]], Pangeran Xia. Salah seorang jenderal kepercayaan Dou, Gao Yaxian terkesan akan bakatnya dan memperlakukannya seperti anak sendiri. Pada tahun [[621]], Dou kalah dalam [[Pertempuran Hulao]] dan dihukum mati oleh [[Kaisar Tang Taizong|Li Shimin]], Pangeran Qin (putra [[Kaisar Tang Gaozu]]), wilayahnya diambil alih oleh pemerintah Tang, namun Gao dan beberapa jenderal lainnya berontak terhadap pemerintah Tang akhir tahun itu, mereka mendukung [[Liu Heita]], Pangeran Handong, seorang jenderal kesayangan Dou, sebagai pemimpin mereka. Su ikut dalam pemberontakan yang akhirnya berujung kegagalan ini. Tahun [[622]], Gao Yaxian gugur dalam pertempuran dan tahun berikutnya Liu Heita dikalahkan oleh Li Jiancheng, putra mahkota Tang. Setelah kekalahan ini, Su kembali ke kampung halamannya.
Tak lama kemudian ia bergabung kembali dengan militer Tang. Tahun [[626]], ketika Li Shimin naik tahta sebagai Kaisar Tang Taizong menggantikan ayahnya, Su telah menjadi perwira di bawah [[Li Jing]], seorang jenderal Tang yang terkenal. Su turut serta dalam kampanye militer Li Jing melawan Tujue Timur sekitar tahun [[629]]-[[630]], ia menjadi komandan garis depan dalam pertempuran yang menentukan dimana Li Jing mengalahkan [[Jiali Khan]], Ashina Duobi dan membunuh istrinya, [[Putri Yicheng dari Sui]]. Ketika Li Jing kembali ke
== Pengabdian pertama pada Kaisar Gaozong ==
Baris 20:
Ketika pasukan Su terus maju mengejar Ashina Helu, mereka terhadang oleh badai salju. Para bawahannya menyarankan untuk beristirahat sebentar sambil menunggu badai reda. Namun Su malah bertindak sebaliknya, ia menekankan bahwa bila mereka terus mengejar tanpa menghiraukan badai salju pasti musuh akan terkejut karena tidak menduga hal ini. Maka ia bergabung dengan pasukan Ashina Mishe dan Ashina Buzhen, mereka melancarkan serangan dadakan terhadap Ashina Helu yang sedang mengkonsolidasi pasukannya. Kembali Ashina Helu kalah dan kehilangan puluhan ribu orangnya, namun sekali lagi ia berhasil lolos.
Ashina Helu melarikan diri ke Negara Shi (sekarang [[Tashkent]], [[Uzbekistan]]), sebuah wilayah protektorat Tujue. Namun raja Shi yang takut pada pengaruh Tang dan tidak ingin mengambil risiko wilayahnya diserbu mereka meringkus Ashina Helu dan menyerahkannya pada pasukan Tang. Sejak itulah bangsa Tujue tidak lagi independen, mereka telah menjadi bawahan Kekaisaran Tang. Ashina Helu yang digiring ke
== Kampanye militer melawan Sijie ==
Tahun [[659]], [[Duman]], kepala suku Sijie, salah satu cabang suku Tujue memberontak terhadap pemerintah Tang. Beberapa cabang suku lainnya seperti Shule, Zhujupo, dan Yebantuo (sekarang merupakan suku-suku yang berdiam di [[Kashgar]], [[Xinjiang]]) yang ikut memberontak bersamanya mengalahkan Yutian (sekarang [[Hotan]], Xinjiang), salah satu suku lainnya yang pro-Tang. Musim dingin tahun itu juga, kaisar mengutus Su Dingfang untuk memimpin ekspedisi penghukuman atas Duman. Ketika kedua pihak berhadapan, Su memilih 10.000 pasukan infanteri dan 3000 pasukan kavaleri untuk melakukan serangan dadakan terhadap Duman. Ketika ia dan pasukannya tiba di kemah utama musuh, Duman sangat terkejut dan berhasil dikalahkan dengan mudah. Duman sendiri kabur dan berlindung di sebuah kota. Pasukan Su mengepung rapat kota itu hingga akhirnya Duman menyerah.
Musim gugur tahun [[660]], Duman digiring menuju
== Kampanye militer melawan Baekje ==
Setelah sukses memandamkan pemberontakan suku Sijie, sebuah tugas besar lainnya telah menanti Su. Pada musim semi tahun [[660]], [[Kerajaan Silla]], sekutu Tang di Korea, meminta bantuan untuk menghadapi serbuan dari Kerajaan Baekje. Kaisar Gaozong mengangkat Su sebagai komandan tertinggi pasukan sekutu Tiongkok-Korea dengan membawahi 100.000 pasukan menuju Korea untuk bergabung dengan pasukan Silla yang dipimpin Raja [[Muyeol dari Silla|Muyeol]]. Musim panas tahun itu Su bersama pasukannya bertolak dari Chengshan (sekarang [[Weihai]], [[Shandong]]) menyeberangi [[Laut Kuning]] menuju ke Kerajaan Baekje. Pasukan Baekje gagal menghalau pendaratan pasukan besar dari Tiongkok itu. Begitu tiba, pasukan Tang langsung menyerbu
Putra Buyeo Yung, [[Buyeo Munsa]], membujuk ayahnya untuk menyerah saja pada Tang, dengan alasan sekalipun mereka berhasil mengusir pasukan Tang, Buyeo Tae, yang kini menjadi raja, tetap akan membunuh mereka. Penyerahan diri Raja Uija, Pangeran Yung, dan putranya, menyebabkan banyak orang turut menyerah pada Tang sehingga tak lama kemudian Buyeo Tae pun terpaksa menyerah. Wilayah Baekje dianeksasi oleh Kekaisaran Tang. Pada musim dingin 660, Su mempersembahkan para tawanan perang pada kaisar di Luoyang, Raja Uija dan para tawanan lain mendapat pengampuan umum dari Kaisar Gaozong. Namun, menurut catatan sejarah, setelah kemenangan itu, pasukan Su yang ditempatkan di Baekje mulai berlaku sewenang-wenang dan menindas rakyat. Tercatat bahwa dua orang jenderal Baekje yaitu Heukchi Sangji dan Sataek Sangyeo pernah mencegah penjarahan dan pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Su. Penindasan ini membangkitkan kemarahan rakyat, mereka memberontak di bawah pimpinan [[Buyeo Pung]], salah satu putra Raja Uija yang baru kembali dari [[Jepang]] dan berusaha memulihkan kerajaannya. Namun pemberontakan ini berhasil ditumpas tahun [[663]].
== Tahun-tahun terakhir ==
Musim dingin 660, kaisar mengutus Su bersama Qibi Heli, Liu Boying, dan Cheng Minzhen untuk menyerang Kerajaan Goguryeo, sekutu Baekje. Musim gugur tahun berikutnya, Su mengepung
Musim panas tahun 663, Tufan (suku [[Tibet]]) menyerang Tuyuhun (sekarang [[Gansu]] dan [[Qinghai]]), salah satu vassal Tang sehingga kaisar mengutus Su untuk membantu Tuyuhun. Namun tidak ada catatan sejarah yang rinci mengenai ekspedisi ini, tidak diketahui apakah Tufan menang atas Tuyuhun ataupun kalah menangnya Su terhadap Tufan. Su wafat tahun 667. [[Liu Xu]], penyunting utama Kitab Tang, yakin bahwa tidak ada prestasi militer Su yang menonjol pada tahun-tahun terakhir kehidupannya sehingga tidak tercatat secara rinci dalam sejarah, Liu berkomentar, “Adipati Xing menggunakan strateginya yang hebat untuk menaklukan pemberontak, ia melakukannya dengan baik dari awal hingga akhir, namun sayang tidak banyak yang diketahui tentang kampanye militernya melawan Shule karena tidak tercatat dengan baik dalam sejarah.”
|