<td bgcolor="#DDEEFF">[[Mustain Billah dari Banjar|Sultan Mustain Billah]] bin Sultan Hidayatullah I</td>
<td bgcolor="#DDEEFF">* Raja Banjarmasih/Raja [[Martapura]]. Nama lahirnya '''Raden Senapati''', diduga ia perampas kekuasaan, sebab ia bukanlah anak dari permaisuri meskipun ia anak tertua. Pemerintahannya dibantu mangkubumi Kiai Jayanagara, dilanjutkan sepupunya [[Kiai Tumenggung Raksanagara]]. Gelar lain : Raden Kushil/Gusti Kacil/Pangeran Senapati/Panembahan Marhum/Raja Maruhum dan gelar yang dimasyhurkan Marhum Panembahan. Dia memindahkan ibukotaibu kota ke sebelah hulu setelah mendapat serangan dari VOC Belanda dan memberi nama ibukotaibu kota baru Martapura.<ref name="hikayat banjar"/> Oleh [[Suku Dayak]] yang menghayati [[Kaharingan]] baginda dianggap hidup sebagai [[sangiang]] di Lewu Tambak Raja dikenal sebagai Raja Helu Maruhum Usang. Pada bulan Oktober 1641 baginda mengirim utusan yang membawa hadiah persembahan (bukan upeti) kepada Sultan Mataram sebagai tanda persahabatan. Sekitar tahun 1635 hubungan Banjar dan Mataram mengalami ketegangan, namun mulai membaik sejak tahun 1637. Keturunannya menjadi Sultan-sultan Banjar dan [[Pangeran Ratu]] Kotawaringin.</td>
<td bgcolor="#DDEEFF">[[Sunan Nata Alam]] (Pangeran Mangkubumi) bin Sultan Tamjidullah I</td>
<td bgcolor="#DDEEFF">* Raja Kayu Tangi. Tahun 1771 ia memindah ibukotaibu kota ke Martapura yang dinamakan Bumi Selamat. Semula sebagai wali [[Putra Mahkota]] dengan gelar [[Panembahan]] [[Kaharuddin Halilullah]]. Pamannya yang bernama Pangeran Mas menjadi mangkubumi dengan gelar Ratu Anom Kasuma Yuda (mangkubumi Sultan [[Tahmidullah II]]). Ratu Anom Kasuma Yuda kemudian wafat dan digantikan [[Ratu Anom Ismail]] atau Ratu Anom Mangkudilaga.<ref name="tutur candi"/> Gelar lain : Sultan Tahmidullah II/Sunan Nata Alam (1772)/Pangeran Nata Dilaga/Pangeran Wira Nata/Pangeran Nata Negara/Akamuddin Saidullah([[1762]])/Amirul Mu'minin Abdullah(1762)/Sunan Sulaiman Saidullah I(1787)/Panembahan Batu ([[1797]])/Panembahan Anom. Mendapat bantuan VOC untuk menangkap Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang menuntut tahta dengan bantuan Arung Trawe/Petta To Rawe pimpinan [[suku Bugis]]-[[Paser]] yang mengalami kegagalan, kemudian Pangeran Amir menjalin hubungan dengan [[suku Bakumpai]] dan akhirnya ditangkap Kompeni Belanda [[14 Mei]] [[1787]], kemudian diasingkan ke [[Srilangka]]. Sebagai balas jasa kepada VOC maka dibuat perjanjian [[13 Agustus]] [[1787]] yang menyebabkan Kesultanan Banjar menjadi vazal VOC atau daerah protektorat, bahkan pengangkatan [[Sultan Muda]] dan [[mangkubumi]] harus dengan persetujuan VOC. Sultan Tahmidullah II mempunyai saudara perempuan bernama Ratu Laiya yang menikah dengan Sultan Muhammad dari Sumbawa.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=iQ1JAAAAMAAJ&dq=kris%20singkir&pg=PA503#v=onepage&q=kris%20singkir&f=true {{nl}} Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde, Jilid 14, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 1864]</ref></td>