Filsafat budi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
k bukan AP
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 13:
|isbn = 1406541508
}}</ref> [[Aristoteles]]<ref name="Rob">Robinson, H. (1983): ‘Aristotelian dualism’, Oxford Studies in Ancient Philosophy 1, 123–44.</ref><ref>Nussbaum, M. C. (1984): ‘Aristotelian dualism’, Oxford Studies in Ancient Philosophy, 2, 197–207.</ref><ref>Nussbaum, M. C. and Rorty, A. O. (1992): Essays on Aristotle's De Anima, Clarendon Press, Oxford.</ref> dan mazhab [[Samkhya]] dan [[Yoga]] dalam filsafat [[Hinduisme|Hindu]],<ref name="Sa">{{cite web | url=http://www.experiencefestival.com/a/Sankhya/id/23117
| title=Sankhya:Hindu philosophy: The Sankhya| author=Sri Swami Sivananda}}</ref> namun gagasan tersebut persisnya dirumuskan oleh [[René Descartes]] pada abad ke-17.<ref name="De">{{cite book|author=Descartes, René|title=[[Discourse on Method and Meditations on First Philosophy]]|publisher=Hacket Publishing Company|isbn=0-87220-421-9|year=1998 }}</ref> Pendukung dualisme substansi menyatakan bahwa budi adalah substansi yang berdiri sendiri, sementara penganut [[dualisme properti]] meyakini bahwa budi adalah kelompok properti independen yang [[emergentisme|muncul]] dari dan tidak bisa direduksi ke otak, namuntetapi budi bukan merupakan substansi yang berbeda.<ref name="Du">Hart, W.D. (1996) "Dualism", in Samuel Guttenplan (org) ''A Companion to the Philosophy of Mind'', Blackwell, Oxford, 265-7.</ref>
 
[[Monisme]] adalah pandangan bahwa budi dan tubuh bukan merupakan entitas yang terpisah secara [[ontologi]]s. Pandangan ini pertama kali dianjurkan dalam [[filsafat Barat]] oleh [[Parmenides]] pada abad ke-5 SM dan selanjutnya dianut oleh [[rasionalisme|tokoh rasionalis]] [[Baruch Spinoza]] pada abad ke-17.<ref name="Spin">Spinoza, Baruch (1670) ''[[Tractatus Theologico-Politicus]]'' (A Theologico-Political Treatise).</ref> [[Fisikalisme]] menyatakan bahwa hanya entitas yang didalilkan oleh teori fisik yang ada, dan entitas budi akhirnya akan dijelaskan seiring dengan berkembangnya teori fisik. [[Idealisme (filsafat)|Idealis]] meyakini bahwa budi adalah semua yang ada dan dunia luar merupakan budi itu sendiri, atau ilusi yang diciptakan oleh budi. Pendukung [[monisme netral]] bersandar pada pandangan bahwa ada substansi lain yang netral, dan baik materi maupun budi merupakan properti substansi yang tak dikenal ini. Monisme yang paling umum pada abad ke-20 dan ke-21 merupakan variasi fisikalisme; posisi-posisi tersebut meliputi [[behaviourisme]], [[fisikalisme tipe|teori identitas tipe]], [[monisme ganjil]] dan [[fungsionalisme (filsafat budi)|fungsionalisme]].<ref name="Kim">Kim, J., "Mind-Body Problem", ''Oxford Companion to Philosophy''. Ted Honderich (ed.). Oxford:Oxford University Press. 1995.</ref>
 
Sebagian besar filsuf budi modern menerapkan pandangan fisikalis reduktif atau non-reduktif, bahwa budi bukanlah sesuatu yang terpisah dari tubuh.<ref name="Kim" /> Pendekatan tersebut telah memengaruhi ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang [[sosiobiologi]], [[ilmu komputer]], [[psikologi evolusioner]], dan [[neurosains]].<ref name="PsyBio">Pinel, J. ''Psychobiology'', (1990) Prentice Hall, Inc. ISBN 88-15-07174-1</ref><ref name="LeDoux">LeDoux, J. (2002) ''The Synaptic Self: How Our Brains Become Who We Are'', New York:Viking Penguin. ISBN 88-7078-795-8</ref><ref name="RussNor">Russell, S. and Norvig, P. ''Artificial Intelligence: A Modern Approach'', New Jersey:Prentice Hall. ISBN 0-13-103805-2</ref><ref name="DawkRich">Dawkins, R. ''The Selfish Gene'' (1976) Oxford:Oxford University Press. ISBN</ref> Filsuf-filsuf lain meyakini pandangan non-fisikalis yang mempertanyakan gagasan bahwa budi murni merupakan konsepsi fisik.<!--eg, Chalmers ref and whatever else you like----> Fisikalis reduktif menegaskan bahwa semua keadaan dan properti budi pada akhirnya akan dijelaskan oleh ilmu pengetahuan.<ref name="Pat">{{cite book|author=Churchland, Patricia|title=Neurophilosophy: Toward a Unified Science of the Mind-Brain.|publisher=MIT Press|year=1986|isbn=0-262-03116-7 }}</ref><ref name="Paul">{{cite journal | author=Churchland, Paul | title=Eliminative Materialism and the Propositional Attitudes | journal=Journal of Philosophy | year=1981 | pages=67–90 | doi=10.2307/2025900 | volume=78 | url=http://jstor.org/stable/2025900 | issue=2 | publisher=Journal of Philosophy, Inc.}}</ref><ref name="Smart">{{cite journal | author=Smart, J.J.C. | title=Sensations and Brain Processes | journal=Philosophical Review | year=1956}}</ref> Fisikalis non-reduktif bersikukuh bahwa meskipun otak ada untuk budi, predikat dan khazanah yang digunakan dalam penjelasan-penjelasan budi sangat diperlukan, dan tidak dapat disusutkan ke bahasa dan penjelasan ilmu fisik dalam tingkatan yang lebih rendah.<ref name="Davidson">{{cite book|author=Donald Davidson|title=Essays on Actions and Events|publisher=Oxford University Press|year=1980|isbn=0-19-924627-0 }}</ref><ref name="Pu">Putnam, Hilary (1967). "Psychological Predicates", in W. H. Capitan and D. D. Merrill, eds., ''Art, Mind and Religion'' (Pittsburgh: University of Pittsburgh Press.</ref> Perkembangan ilmu neurosains telah membantu memastikan masalah-masalah tersebut, namuntetapi masalah itu masih jauh dari selesai, dan filsuf-filsuf modern terus bertanya bagaimana kualitas subjektif dan intensionalitas keadaan dan properti budi dapat dijelaskan secara naturalistik.<ref name="Int">{{cite book|author=Dennett, Daniel|title=The intentional stance|publisher=MIT Press|location=Cambridge, Mass.|year=1998|isbn=0-262-54053-3 }}</ref><ref name="Searleint">{{cite book|author=Searle, John|title=Intentionality. A Paper on the Philosophy of Mind|publisher=Nachdr. Suhrkamp|location=Frankfurt a. M.|year=2001|isbn=3-518-28556-4 }}</ref>
 
== Masalah budi-tubuh ==
Baris 66:
Namun, pada saat yang sama, jelas bahwa keadaan budi Inem (hasrat, keyakinan, dll) memengaruhi tubuhnya dan sebaliknya: Inem menyentuh kompor panas (peristiwa fisik) yang mengakibatkan rasa sakit (peristiwa budi) dan membuatnya berteriak (peristiwa fisik), yang lalu memunculkan rasa takut dan hati-hati (peristiwa budi), dan lain-lain.
 
Argumen Descartes sangat bergantung kepada premis bahwa apa yang diyakini Inem sebagai gagasan yang "jelas dan berbeda" di budinya itu benar. Banyak filsuf kontemporer yang meragukannya.<ref name="CE">Dennett D., (1991), ''Consciousness Explained'', Boston: Little, Brown & Company</ref><ref name="SS">Stich, S., (1983), ''From Folk Psychology to Cognitive Science''. Cambridge, MA: MIT Press (Bradford)</ref><ref>Ryle, G., 1949, The Concept of Mind, New York: Barnes and Noble</ref> Contohnya, [[Joseph Agassi]] menyatakan bahwa semenjak abad ke-20, penemuan-penemuan ilmiah telah mengacaukan gagasan mengenai akses istimewa terhadap gagasan seseorang. [[Sigmund Freud|Freud]] telah menunjukkan bahwa pengamat yang dilatih secara psikologis dapat lebih memahami motivasi bawah sadar seseorang daripada orang itu sendiri. [[Pierre Duhem|Duhem]] telah membuktikan bahwa filsuf sains dapat lebih mengetahui metode penemuan seseorang daripada orang itu sendiri, sementara [[Bronisław Malinowski|Malinowski]] telah menunjukkan bahwa seorang antropolog dapat lebih mengetahui adat dan perilaku seseorang daripada orang yang memraktikkan adat dan perilakunya. Agassi juga menekankan bahwa percobaan psikologis modern yang mengakibatkan orang-orang melihat hal yang tidak ada merupakan dasar untuk menolak argumen Descartes karena ilmuwan dapat lebih mendeskripsikan persepsi seseorang daripada orang itu sendiri.<ref>{{cite book|author=Agassi, J.|title=Privileged Access; ''Science in Flux, Boston Stidues in the Philosophy of Science'', 80|publisher=Reidel|location=Dordrecht|year=1975}}</ref><ref>{{cite book|author=Agassi, J.|title=La Scienza in Divenire|publisher=Armando|location=Rome|year=1997}}</ref> Akan tetapi, kritik ini punya titik lemah karena meremehkan kemampuan introspeksi manusia. Memang benar bahwa orang melakukan kesalahan di dunia, namuntetapi mereka tidak selalu melakukan kesalahan. Maka, mengasumsikan bahwa seseorang selalu salah mengenai keadaan dan sifat budinya sendiri merupakan sesuatu yang menggelikan.
 
=== Ragam dualisme lainnya ===
Baris 102:
# [[Dualisme properti]] adalah pandangan yang menyatakan bahwa dunia ini hanya terdiri dari satu substansi saja - yang fisik - dan ada dua macam properti yang berbeda: [[properti fisik]] dan [[budi]]. Dalam kata lain, berdasarkan pandangan ini, properti budi yang non-fisik (seperti kepercayaan, hasrat dan emosi) menjadi bagian dari substansi fisik tertentu (misalnya otak).
## [[Emergentisme kuat]] menekankan bahwa saat materi diatur dengan cara yang tepat (contohnya pengaturan tubuh manusia), properti budi akan muncul. Maka, pandangan ini merupakan salah satu bentuk [[materialisme emergen]].<ref name="Du" /> Properti-properti emergen tersebut akan punya status ontologis yang independen dan tak dapat disusutkan ke, atau dijelaskan dalam ranah substrat fisik tempat mereka muncul.<!--Salah satu bentuk dualisme properti telah dikemukakan oleh [[David Chalmers]] dan konsep ini telah banyak berubah pada tahun-tahun terakhir,<ref name="Chalmers">{{cite book|last=Chalmers|first=David|authorlink=David Chalmers|title=The Conscious Mind|publisher=Oxford University Press|year=1996|isbn = 978-0-19-511789-9 }}</ref> namun sudah diungkapkan oleh [[William James]] pada abad ke-19.-->
## [[Epifenomenalisme]] adalah doktrin yang dirumuskan oleh [[Thomas Henry Huxley]].<ref>Huxley, T. H. [1874] "On the Hypothesis that Animals are Automata, and its History", ''The Fortnightly Review'', n.s.16:555\u2013580. Reprinted in ''Method and Results: Essays by Thomas H. Huxley'' (New York: D. Appleton and Company, 1898).</ref> Menurutnya, fenomena budi itu tak berguna secara kausal; satu atau banyak keadaan budi tidak memengaruhi keadaan fisik sama sekali. Peristiwa fisik dapat mengakibatkan peristiwa fisik lain dan peristiwa fisik dapat mengakibatkan peristiwa budi, namuntetapi peristiwa budi tak dapat mengakibatkan apa-apa karena mereka hanya epifenomena dunia fisik.<ref name="DuSEP" /> Pandangan ini didukung oleh [[Frank Cameron Jackson|Frank Jackson]].<ref>{{cite journal | author=Jackson, Frank | title=What Mary didn't know | journal=Journal of Philosophy. | year=1986, |pages=291\u2013295}}</ref>
## [[Fisikalisme non-reduktif]] adalah pandangan yang meyakini bahwa properti budi membentuk kelas ontologis yang terpisah dari properti fisik: keadaan budi (seperti qualia) tidak dapat disusutkan ke keadaan fisik. Posisi ontologis terhadap qualia dalam kasus fisikalisme non-reduktif tidak menunjukkan bahwa qualia itu tidak berguna secara kausal; inilah yang membedakannya dari epifenomenalisme.
## [[Panpsikisme]] adalah posisi yang meyakini bahwa semua materi punya aspek budi, atau (alternatifnya) semua objek punya pusat pengalaman atau sudut pandang yang bersatu. Secara dangkal, pandangan ini seolah merupakan salah satu bentuk dualisme properti karena pandangan ini menganggap semuanya punya properti budi dan fisik. Akan tetapi, beberapa pendukung panpsikisme menyatakan bahwa perilaku mekanis itu berasal dari mentalitas atom dan molekul primitif - begitu pula mentalitas mutakhir dan perilaku organik, dan perbedaannya dikaitkan dengan keberadaan atau ketidakberadaan struktur kompleks dalam objek campuran. Selama ''reduksi'' properti non-budi menjadi budi berlangsung, panpsikisme bukanlah bentuk dualisme properti (kuat); jika tidak, panpsikisme merupakan bentuk dualisme properti.
Baris 152:
{{Main|Fisikalisme#Fisikalisme non-reduktif|l1=Fisikalisme non-reduktif}}
 
Terkait dengan hubungan budi-tubuh, filsuf non-reduksionis meyakini dua hal: 1) Fisikalisme itu benar dan keadaan budi adalah keadaan fisik, namuntetapi 2) Semua usulan reduksionis tidak memuaskan karena keadaan budi tidak dapat direduksi menjadi perilaku, keadaan otak, atau keadaan fungsional.<ref name="Stol" /> Pertanyaan berikutnya adalah apakah fisikalisme non-reduktif itu memang ada. [[Monisme ganjil]] [[Donald Davidson (filsuf)|Donald Davidson]]<ref name="Davidson" /> berupaya merumuskan fisikalisme semacam itu.
 
Davidson menggunakan tesis [[supervenien]]: keadaan budi bergantung pada keadaan fisik, namuntetapi tidak dapat direduksi menjadi keadaan fisik. Maka "supervenien" mendeskripsikan kebergantungan fungsional: budi tidak dapat berubah bila tidak terjadi beberapa perubahan redusibilitas fisik-kausal antara budi dan fisik tanpa melibatkan redusibilitas ontologis.<ref>Stanton, W.L. (1983) "Supervenience and Psychological Law in Anomalous Monism", ''Pacific Philosophical Quarterly'' 64: 72-9</ref>
 
Teori fisikalis non-reduktif tidak hanya berupaya mempertahankan pemisahan ontologis antara budi dan tubuh, namuntetapi juga menyelesaikan masalah tersebut. Akibatnya, para kritikus memandangnya sebagai sebuah paradoks dan menekankan kemiripannya dengan [[epifenomenalisme]], yaitu dalam pernyataan bahwa penyebab keadaan budi adalah otak, bukan budi.
 
Epifenomenalisme menganggap keadaan budi sebagai efek samping dari keadaan budi fisik yang tidak memengaruhi keadaan fisik. Interaksi berlangsung satu arah, namuntetapi menyisakan keadaan budi yang tak dapat direduksi (sebagai efek samping keadaan otak) baik secara ontologis maupun sebab-musabab. Bagi para epifenomenalis, rasa sakit disebabkan oleh keadaan otak namun tidak memengaruhi keadaan otak lain, walaupun mungkin memengaruhi keadaan budi lain (misalnya penderitaan).
 
==== Emergentisme lemah ====
Baris 170:
Seorang materialis meyakini bahwa semua aspek [[psikologi akal sehat]] manusia dapat direduksi menjadi neurosains kognitif, dan bahwa materialisme non-reduktif itu salah. Namun, terdapat posisi yang lebih radikal lagi, yaitu materialisme eliminatif.
 
Terdapat beberapa macam materialisme eliminatif, namuntetapi semuanya menganut pandangan bahwa "[[psikologi rakyat]]" tidak menggambarkan sifat dasar beberapa aspek kognisi dengan baik. Pendukung materialisme eliminatif seperti [[Patricia Churchland|Patricia]] dan [[Paul Churchland]] menekankan bahwa meskipun psikologi rakyat menganggap kognisi seperti kalimat, model vektor/matriks non-linguistik suatu teori jaringan saraf atau [[koneksionisme]] merupakan penjelasan otak yang lebih akurat.<ref name="Pat" />
 
Churchland sering menggunakan "takdir hal lain", teori populer yang keliru, dan [[ontologi]] yang muncul dalam sejarah untuk menekankan argumennya.<ref name="Pat" /><ref name="Paul" /> Misalnya, astronomi [[Ptolemeus]] mencoba menjelaskan dan memprediksi pergerakan planet-planet selama berabad-abad, namuntetapi pada akhirnya model ini digantikan oleh model [[Copernicus]]. Churchland yakin bahwa takdir eliminatif menanti model "penghancur kalimat" yang menyatakan bahwa pikiran dan perilaku disebabkan oleh keadaan seperti kalimat yang manipulatif (yang disebut "[[sikap proposisional]]").
 
=== Monisme non-fisikalis ===
Baris 194:
 
==== Monisme netral ====
Dalam [[filsafat]], [[monisme netral]] adalah pandangan metafisik bahwa budi dan fisik merupakan dua cara untuk mengorganisasi atau mendeskripsikan unsur yang sama yang bersifat "netral", atau dalam kata lain merupakan sesuatu yang tidak bersifat fisik maupun mental. Monisme netral menolak pandangan bahwa budi dan tubuh merupakan dua hal yang sepenuhnya berbeda. Malahan, pandangan ini mengklaim bahwa alam semesta terdiri dari satu jenis substansi yang netral.<ref>[[Edward Craig (filsuf)|Craig, Edward]]. (1998). ''Routledge Encyclopedia of Philosophy''. Routledge. hlm. 816. {{ISBN|0415-07310-3}}</ref> Substansi netral ini mungkin punya warna atau bentuk sama seperti yang kita alami sehari-hari, namuntetapi bentuk dan warna tersebut tidak ada dalam budi (dianggap sebagai entitas substansial, baik dualistik ataupun fisikalistik) karena warna dan bentuk tersebut ada dengan sendirinya.
 
== Misterianisme ==
Baris 298:
 
==== Materialisme ====
Ditinjau dari sejarahnya, uraian awal tentang [[materialisme]] [[empirisisme|empiris]] dalam sejarah filsafat terdapat dalam mazhab [[Carwaka]] alias Lokayata. Mazhab [[Carwaka]] menolak keberadaan apapun selain materi (yang menurut mereka terbagi menjadi [[empat unsur]]), termasuk Tuhan dan jiwa. Maka mereka meyakini bahwa kesadaran itu tersusun dari atom-atom. Sebagian dari mazhab [[Carwaka]] menganut pandangan bahwa jiwa material terbuat dari udara atau napas, namuntetapi substansi-substansi tersebut akan mati karena juga merupakan salah satu bentuk materi.<ref>{{citation|url=http://www.iep.utm.edu/indmat/#H1|title= The Internet Encyclopedia of Philosophy}} Lokāyata/Cārvāka – Indian Materialism, Abigail Turner-Lauck Wernicki</ref>
 
=== Filsafat budi Buddhisme ===
Baris 316:
Mazhab [[Yogācāra]] juga mengembangkan teori gudang kesadaran (''ālayavijñāna'') untuk menjelaskan keberlanjutan budi saat kelahiran kembali dan akumulasi karma. Gudang kesadaran merupakan penyimpanan bibit karma ([[bija]]) saat indra-indra lain sedang tidak ada selama proses kematian dan kelahiran kembali.<ref name="Coseru" /> Maka, menurut [[B. Alan Wallace]]:
<blockquote> Tidak ada bagian dari tubuh—di otak atau yang lainnya—yang berubah menjadi keadaan dan proses budi. Pengalaman
subjektif semacam itu tidak muncul dari tubuh, namuntetapi pengalaman tersebut juga tidak muncul dari ketiadaan. Justru semua kenampakan budi objektif muncul dari substrat, dan semua keadaan dan proses budi subjektif berasal dari kesadaran substrat <ref name="Wallace">B. Alan Wallace; Mind in the Balance: Meditation in Science, Buddhism, and Christianity, hal. 95-96</ref></blockquote>
 
==== Buddhisme Tibet ====
Baris 331:
Bahasan utama dalam filsafat budi [[Zen]] [[Tiongkok]] adalah perbedaan antara budi yang murni dan terbangun dengan budi yang bernoda. Ahli [[Chan]] Tiongkok [[Huangbo Xiyun|Huangpo]] mendeskripsikan budi sebagai sesuatu yang tanpa awal dan tanpa bentuk atau batas, sementara budi bernoda adalah budi yang dikaburkan karena terikat dengan bentuk dan konsep.<ref name="Zeuschner">{{citation|url=http://www.thezensite.com/ZenEssays/HistoricalZen/Understanding_mind_in_NorthernChan.htm|title= Zeuschner, Robert B., "The Understanding of Mind in the Northern Line of Ch'an (Zen)"}}, Philosophy East and West, V. 28, No. 1 (January 1978), hal. 69-79, University of Hawaii Press, Hawaii, USA.</ref> Budi Buddha yang murni dapat melihat hal-hal sebagaimana yang sebenarnya, sebagai hakikat yang absolut dan non-dual ([[Tathatā/Dharmatā|Tathatā]]). Penglihatan non-konseptual juga meliputi fakta bahwa tidak ada perbedaan antara budi yang murni dengan yang bernoda, sama seperti tidak ada perbedaan antara [[samsara]] dengan [[nirwana]].<ref name="Zeuschner"/>
 
Dalam ''[[Shobogenzo]]'', filsuf Jepang [[Dogen]] menulis bahwa tubuh dan budi tidak berbeda secara ontologis atau fenomenologis, namuntetapi dicirikan oleh suatu kesatuan yang disebut ''shin jin'' (tubuh-budi). Menurut Dogen, "membuang budi dan tubuh" (''Shinjin datsuraku'') dalam [[zazen]] dapat membuat seseorang mengalami hal-hal sebagaimana benarnya (''genjokoan'') yang merupakan sifat dasar pencerahan (''[[hongaku]]'').<ref name="Shaner">{{citation|url=http://www.thezensite.com/ZenEssays/HistoricalZen/Understanding_mind_in_NorthernChan.htm|title= David E. Shaner, "The bodymind experience in Dogen's Shobogenzo: a phenomenological perspective"}}, Philosophy East and West 35, no. 1 (January 1985), University of Hawaii Press, Hawaii, USA.</ref>
 
== Topik yang terkait dengan filsafat budi ==