Jelangkung (film): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
sesudah pemindahan templat | t=58 su=0 in=0 at=0 -- only 215 edits left of totally 216 possible edits | edr/ovr=000/010 | clean up (3) : tab&trailspc&reduceol&killreddot & {{Italic title}}--(ci=3,0x)-->{{Judul miring}} & {{bei}}--(ci=3,0x)-->{{BEI}} | only whitespace |
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
||
Baris 25:
|imdb_id = 0298943
}}
'''Jelangkung''' (Internasional:'''''The Uninvited''''') adalah sebuah [[film]] [[film horor|horor]] dari [[Indonesia]] yang dirilis tahun [[2001]]. Film yang disutradarai [[Rizal Mantovani]] dan [[Jose Poernomo]] ini mengusung tema ritual mistis kuno ''[[jailangkung]]'' dari Indonesia dan legenda-legenda urban dari daerah [[Jakarta]], seperti legenda ''[[Hantu Rumah Kentang]]'' dan ''[[Suster Ngesot]]''. Dengan ''tag-line''-nya yang terkenal setelah dirilis, yaitu "''Datang tak dijemput, pulang tak diantar''". Film ini berbiaya produksi 400 juta rupiah, dengan biaya total 1 miliar rupiah. Film ini tercatat telah ditonton 1,3 juta penonton di layar bioskop setelah dirilis, dengan total penonton sampai sekarang 5,7 juta penonton, dan meraup pendapatan sekitar lima miliar rupiah. ''Jelangkung'' masih memimpin sebagai film dengan penonton terbanyak di seluruh Indonesia,
== Latar belakang ==
Menurut artikel di ''Variety'', film "''Jelangkung''" pada awalnya sama sekali tidak diharapkan akan menjadi sebuah kesuksesan. Film yang hanya memakan waktu syuting sepuluh hari <ref>[http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Hiburan&id=23021 Preview Tusuk Jelangkung], Pontianak Post, 15 Maret 2003. Diakses 19 Oktober 2009.</ref> ini diproduksi untuk ditayangkan di jaringan [[televisi]] [[swasta]] [[TransTV]], yang pada saat itu belum mulai mengudara di [[Indonesia]] (TransTV baru mulai mengudara awal tahun 2002). Produser [[Erwin Arnada]] menyarankan untuk menayangkan "''Jelangkung''" di bioskop, dan pada tanggal 5 Oktober akhirnya "''Jelangkung''" ditayangkan di salah satu bioskop [[Jakarta]]. Walau tanpa dukungan [[sponsor]] dan [[iklan]], film "''Jelangkung''" ternyata sangat sukses karena penonton yang kebanyakan adalah [[mahasiswa]] dan anak muda. Pada tanggal 18 November 2001, lebih dari 50 ribu tiket telah terjual untuk film ini, sehingga akhirnya [[Harris Lasmana]], pengusaha pemilik jaringan [[bioskop 21]] membeli hak tayang film ini untuk diputar di 25 bioskop 21. "''Jelangkung''" mulai tayang pertengahan Desember 2001 secara nasional.<ref>[http://www.sixthsenseproductions.com/press/VarietyJelangkung.jpg Majalah Variety - Auds Scream for Horror Hit], Ryanto, Tony. [[Variety]] 2 Desember 2001</ref>
Kesuksesan komersial film ini dianggap telah menghidupkan perfilman horor di bioskop Indonesia, terutama karena saat dirilis, film ini tidak lagi bertumpu pada klise "wajah seram hantu" pada umumnya,
Film ini melambungkan nama [[Rizal Mantovani]] sebagai sutradara. [[Sekuel]] pertama, ''[[Tusuk Jelangkung]]'', diproduksi tahun [[2003]] dan disutradarai [[Dimas Djayadiningrat]], sedangkan sekuel berikutnya ''[[Jelangkung 3]]'', dirilis pada tahun 2007 dan disutradarai [[Angga Dwimas Sasongko]].
Baris 36:
== Sinopsis ==
Ferdi ([[Winky Wiryawan]]), Gita ([[Melanie Ariyanto]]), Gembol ([[Rony Dozer]]), dan Soni ([[Harry Panca|Harry Pantja]]) adalah empat sekawan berbeda karakter dari [[Jakarta]] yang selalu penasaran mencari pengalaman bertemu dengan [[hantu|makhluk halus]] di tempat-tempat [[angker]]. Mereka telah mendatangi berbagai tempat yang dikabarkan ber[[hantu]],
Setibanya di desa Angkerbatu semua terasa biasa-biasa saja sampai mereka menemukan sebuah [[kubur]] tanpa nama di tengah hutan desa tersebut. Kubur tersebut sangat misterius karena tidak diletakkan bersama kubur lain seperti kubur-kubur pada umumnya. Setelah putus asa tidak menemukan penampakan apa pun selama tiga hari, mereka putus asa dan memutuskan untuk pulang. Namun pada malam terakhir, Soni yang menginginkan untuk memiliki ilmu [[gaib]], diam-diam melakukan ritual "''[[jelangkung]]''" di kubur misterius tersebut. ''Jelangkung'' adalah sebuah [[ritual]] [[mistik]] kuno yang konon bisa memanggil arwah dari [[alam baka]] untuk datang ke dunia nyata dan menitis ke sebuah [[boneka]] dari [[batok]] [[kelapa]] dan tongkat kayu. Soni menjalankan ritual sambil mengucapkan [[mantra]]: "''Jelangkung, jelangkung, di sini ada pesta kecil-kecilan, datang tak dijemput, pulang tak diantar''" untuk memanggil makhluk halus. Kemudian Soni menancapkan boneka ''jelangkung'' ke kubur tersebut. Ferdi, Gita, dan Gembol mengetahui hal ini, dan walau tertarik untuk melihat reaksi boneka ''jelangkung'', mereka memaksa Soni untuk menghentikan ulahnya tersebut. Kecewa karena tak ada reaksi dari boneka itu, Soni pun marah dan pergi meninggalkan teman-temannya beserta boneka yang masih tertancap di kubur misterius. Mereka pun akhirnya meninggalkan kubur tersebut tanpa mencabut boneka ''jelangkung'', tak menyadari bahwa sesuatu telah terjadi pada boneka ''jelangkung'' setelah mereka pergi. Setibanya di Jakarta, rentetan peristiwa aneh pun mulai terjadi dengan mereka, masing-masing dengan cara tersendiri oleh sesosok hantu anak kecil yang mengerikan.
|