Puasa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Alfaaluska (bicara | kontrib)
Baris 26:
{{Main|Saum}}
Dalam [[Islam]], puasa (disebut juga ''Shaum'') yang bersifat wajib dilakukan pada bulan [[Ramadhan]] selama satu bulan penuh dan ditutup dengan Hari Raya [[Idul Fitri]]. Puasa dilakukan dengan menahan diri dari makan dan minum dan dari segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari dengan niat sesuai perintah dalam kitab suci umat Islam [[Al Quran]]. Puasa juga menolong menanam sikap yang baik dan kesemuanya itu diharapkan berlanjut ke bulan-bulan berikutnya dan tidak hanya pada bulan puasa. Jika didasarkan pada ritual puasa itu sendiri, maka jika kita hendak mengakhirinya atau berbuka, maka terasa bertolak belakang jika kita tidak berbuka sekedarnya saja.
 
=== '''Puasa dalam Buddhisme''' ===
{{Main|Uposatha|en:Eight_precepts}}
Dalam Buddhisme, puasa merupakan bagian dari pelaksanaan [[En:Eight precepts|Atthasila]] yang bisa dilaksanakan pada hari [[uposatha]] atau hari apapun. Hari [[uposatha]] ([[bahasa Sanskerta]]: Upavasatha) merupakan hari dimana umat Buddha melakukan perenungan dan pengamatan yang sudah dilakukan sejak masa kehidupan Buddha Gautama dan masih dipraktikkan hingga hari ini.<ref>For a description of the contemporary practice of the Uposatha in Thailand, see Khantipalo (1982a), which is also excerpted in this article below. Kariyawasam (1995), ch. 3, also underlines the continuity of the ancient ''uposatha'' practice in Sri Lanka: "The ''poya'' [Sinhala for ''uposatha''] observance, which is as old as Buddhism itself, has been followed by the Sinhala Buddhists up to the present day, even after the Christian calendar came to be used for secular matters. Owing to its significance in the religious life of the local Buddhists, all the full-moon days have been declared public holidays by the government."</ref><ref>The uposatha day is sometimes likened to the Judeo-Christian notion of the Sabbath. Pali English dictionaries that define "Uposatha" as "Sabbath," are Buddhadatta (2002), p. 63, and, and PED(Rhys-Davids & Stede,1921-25), p. 151. For an example of the Uposatha being equated with Sabbath by a modern Buddhist master, see Mahasi (''undated''), p. 2, where he writes: "For lay people, these rules [of discipline] comprise the eight precepts which Buddhist devotees observe on the Sabbath days (uposatha) and during periods of meditation." Harvey (1990), p. 192, also refers to the ''uposatha'' as "sabbath-like."</ref>Buddha mengajarkan bahwa hari Uposatha diperuntukkan "membersihkan pikiran dari hal-hal kotor," yang menyebabkan ketenangan batin dan kebahagiaan.
 
Secara umum, Uposatha dilakukan sekali dalam seminggu di negara-negara Theravada, sesuai dengan empat fase bulan: bulan baru, bulan purnama, dan dua kali bulan separuh. Pantangan saat berpuasa dalam Atthasila adalah sebagai berikut.
 
# Aku bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.
# Aku bertekad melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan.
# Aku bertekad melatih diri menghindari perbuatan tidak suci.
# Aku bertekad melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.
# Aku bertekad melatih diri menghindari minuman memabukkan hasil penyulingan atau peragian yang menyebabkan lemahnya kesadaran.
# '''Aku bertekad melatih diri menghindari makan makanan setelah tengah hari.'''
# Aku bertekad melatih diri menghindari menari, menyanyi, bermain musik, dan pergi melihat pertunjukkan, memakai, berhias dengan bebungaan, wewangian, dan barang olesan (kosmetik) dengan tujuan untuk mempercantik tubuh
# Aku bertekad untuk melatih diri menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yang tinggi dan besar (mewah).
 
Puasa dalam Buddhisme merupakan pelaksanaan sila ke-6 pada [[En:Eight precepts|Atthasila]]. Selain berpuasa, umat Buddha juga perlu melaksanakan pantangan yang tertera pada sila-sila lainnya.
 
== Puasa dan kesehatan ==