Gaozu dari Tang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k ibukota → ibu kota
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 28:
 
== Kehidupan awal ==
Li Yuan dilahirkan di Chang'an (sekarang [[Xi'an]], [[Shaanxi]]), ia adalah generasi ketujuh dari salah seorang raja pada [[Zaman Enam Belas Negara]], yaitu [[Li Gao]], pendiri [[Liang Barat (Enam Belas Kerajaan)|Kerajaan Liang Barat]]. Ketelah runtuhnya kerajaan itu, cucu Li Gao, Li Chong’er menjadi pejabat di [[Wei Utara|Kekaisaran Wei Utara]], namuntetapi beberapa generasi setelahnya keturunannya hanya menjadi pejabat militer rendahan. Kakek Li, Li Hu adalah jenderal [[Wei Barat|Kekaisaran Wei Barat]] yang bekerja di bawah komando [[Yuwen Tai]], seorang jenderal yang sangat berpengaruh pada masanya. Li Hu mendapat gelar Adipati Longxi dan marga suku [[Xianbei]] (salah satu suku minoritas di Tiongkok utara) yaitu Daye. Li Hu wafat sebelum putra Yuwen Tai mendirikan [[Dinasti Zhou Utara|Kekaisaran Zhou Utara]] dan menjadi [[Kaisar Xiaomin dari Zhou Utara]], namuntetapi sang kaisar secara anumerta menganugerahinya gelar Adipati Tang. Putranya, ayah Li Yuan, bernama Li Bing, ia mewarisi gelar itu dan melayani Zhou Utara sampai Yang Jian meruntuhkan kekaisaran itu dan mempersatukan negara di bawah Dinasti Sui tahun [[581]]. Li Yuan sendiri masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Yang Jian yang telah naik tahta sebagai Kaisar Wen karena Permasuri Dugu Qieluo, istri Kaisar Wen adalah bibinya. Li menikah dengan Nyonya Dou, putri dari Dou Yi, seorang bangsawan dari Zhou Utara.
 
Selama masa pemerintahan Kaisar Wen, Li Yuan menjabat sebagai gubernur sebanyak tiga kali masa jabatan. Pada awal pemerintahan Kaisar Yang (putra Kaisar Wen) ia menjadi gubernur pos militer karena Kaisar Yang mengubah provinsi menjadi pos-pos militer. Belakangan ia diberi jabatan sebagai menteri junior dalam kabinet Kaisar Yang. Tahun [[613]]. ketika kaisar sedang melakukan kampanye militer kedua melawan [[Kerajaan Goguryeo]], [[Korea]], Li diberi tanggung jawab untuk mengurus urusan logistik. Memanfaatkan absennya kaisar yang sedang memimpin serangan ke [[Liaodong]], Jenderal [[Yang Xuan'gan]] melakukan pemberontakan di dekat ibu kota timur [[Luoyang]]. Kaisar Yang menugasi Li Yuan untuk menjaga bagian barat Terusan Tong, namuntetapi pada akhirnya pemberontakan Yang tidak pernah mencapai wilayah itu. Kesempatan itu dimanfaatkan olehnya untuk merekrut orang-orang berbakat. Pada akhir tahun itu, ketika kaisar memanggilnya, Li tidak memenuhi panggilan itu dengan alasan sakit. Kaisar Yang tidak mempercayai alasan itu dan mulai menaruh curiga padanya, maka ia bertanya pada Selir Wang, yang adalah sepupu Li, “Apakah ia akan mati ?” Untuk mengurangi kecurigaan kaisar, Li melewati hari-harinya dengan minum-minum hingga mabuk dan menerima sogokan yang diberikan padanya, dengan demikian Kaisar Yang berpikir bahwa ia bukanlah seorang yang ambisius dan patut diawasi. Tahun [[615]], kaisar menugasinya untuk menumpas pemberontakan petani di Hedong (sekarang [[Yuncheng]], [[Shanxi]]), namuntetapi ia dipanggil pulang tahun [[616]] dan akhir tahun itu kaisar memberinya tanggung jawab menjaga kota [[Taiyuan]], Shanxi, yang mempunyai nilai strategis.
 
== Pemberontakan melawan Kaisar Yang ==
Kaisar Yang tidak puas atas kinerja Li dan Wang Rengong, gubernur pos militer Mayi (sekarang [[Shuozhou]], Shanxi) karena ketidakmampuan keduanya mengatasi gangguan di perbatasan oleh suku [[Tujue Timur]] (suku [[Turki]]) dan pemberontakan petani yang semakin merajarela, terutama setelah kekalahan dari [[Liu Wuzhou]], Dingyang Khan, seorang pemberontak petani yang didukung oleh Tujue Timur, Liu berhasil membunuh Wang dan mencaplok istana kekaisaran kedua di dekat Taiyuan. Mendengar sebuah isu ramalan yang mengatakan bahwa kelak akan ada seorang kaisar bermarga Li, Kaisar Yang membunuh seorang pejabatnya yang bernama Li Hun beserta seluruh keluarganya. Hal ini mulai membuat Li Yuan takut dan mulai berjaga-jaga terhadap kemungkinan terburuk yang berisiko menimpanya.
 
Pada saat yang sama, putra keduanya, Li Shimin yang juga sedang bersamanya di Taiyuan, diam-diam berencana untuk memberontak tanpa sepengetahuan ayahnya, ia menjalin hubungan dengan [[Pei Ji]], kepala pengurus istana kekaisaran kedua, dan [[Liu Wenjing]], pejabat kabupaten Jinyang. Li Shimin membujuk Pei untuk mengatur sedemikian rupa agar ayahnya terlibat affair dengan dayang-dayang di istana kedua sehingga Li Yuan tidak punya pilihan lain selain memberontak. Li lalu mulai mengumpulkan pasukan dari wilayahnya dengan alasan untuk dipakai mempertahankan diri dari serbuan Tujue, namuntetapi dua orang deputinya, Wang Wei dan Gao Junya mulai mencurigai aktivitasnya. Li pun mengambil tindakan antisipasi sebelum keduanya menyerangnya, ia memanfaatkan sebuah serbuan Tujue sebagai dasar untuk menuduh Wang dan Gao telah bersekongkol dengan kepala suku Tujue, [[Shibi Khan]] (Ashina Duojishi) dan menjatuhkan hukuman mati pada mereka sambil mempersiapkan pernyataan resmi tentang pemberontakannya. Kemudian ia mengirim pesan rahasia untuk memanggil putra-putranya di Hedong yaitu Li Jiancheng, Li Yuanji (keduanya dari almarhum Nyonya Dou) dan Li Zhiyun (putranya dari Selir Wan) diperintahkan tinggal di Hedong untuk mengawasi kediaman mereka, ia juga memanggil putrinya (yang kemudian menjadi [[Putri Pingyang]]) dan suaminya [[Chai Shao]] di ibu kota Chang’an. Li Jiancheng dan Li Zhiyun bertemu dengan Chai di perjalanan lalu mereka bersama menuju Taiyuan, sementara putri Li yang saat itu merasa kesulitan untuk ikut suaminya, memilih untuk bersembunyi.
 
Begitu ketiganya tiba di Taiyuan, Li Yuan pun mendeklarasikan pemberontakannya dengan mengangkat cucu Kaisar Yang, [[Yang You]], Pangeran Dai, sebagai kaisar dan menjadikan Kaisar Yang sebagai mantan kaisar (Taishanghuang). Ia menghubungi Ashina Duojishi, menawarkan hadiah dan sebagai balasannya ia menerima bantuan logistik dari Tujue Timur. Ia mengangkat Li Shimin dan Li Jiancheng sebagai komandan pasukannya dan Li Yuanji diserahi tanggung jawab menjaga Taiyuan. Bersama kedua putranya, Li Yuan memimpin pasukannya ke selatan. Mendengar pemberontakannya, para pejabat Sui di Hedong menahan putranya yang masih di Hedong, Li Zhiyun dan mengirimnya ke Chang’an untuk dihukum mati.
 
Li Yuan menulis surat pada seorang pemimpin pemberontak lainnya bernama [[Li Mi]], Adipati Wei yang berkuasa di sekitar [[Luoyang]], dalam suratnya ia ingin melihat apakah Li Mi berniat untuk bekerjasama dengannya. Namun Li Mi, yang terlalu percaya pada kekuatannya sendiri, menyuruh sekretarisnya, Zu Junyan membalas surat Li Yuan, ia menulis, ''“Walaupun saya dan anda, kakak, bukan satu keluarga, namuntetapi kita sama-sama bermarga Li. Saya sadar bahwa saya tidak punya cukup kekuatan, namuntetapi karena rasa cinta dari rakyat, saya telah diangkat sebagai pemimpin dan saya harap anda juga akan mendukung dan membantu saya. Mari kita menangkap [[Ziying]] di [[Xianyang]] dan membunuh [[Raja Zhou Xin dari Shang]] di [[Muye]], bukankah hal seperti itu adalah prestasi besar?”''
: <small>''(Ziying adalah kaisar terakhir [[Dinasti Qin]] yang menyerah di Xianyang, Raja Zhou Xin adalah raja terakhir [[Dinasti Shang]] yang terkenal sebagai seorang tiran).''</small>
 
Li Yuan walau tersinggung dengan surat balasan itu, membalasnya dengan rendah hati karena tidak ingin menciptakan musuh baru, apalagi Li Mi adalah pemimpin pemberontak yang cukup berpengaruh pada saat itu. Ia menulis, ''“Walaupun saya hanya orang biasa dan bodoh, namuntetapi berkat kemurahan hati para leluhurku, saya masih beroleh kesempatan untuk menjadi pembawa pesan kekaisaran ketika meninggalkan ibu kota dan kepala pengawal di ibu kota. Bila negara ini jatuh dan saya tidak bisa berbuat apapun untuk menolongnya, bahkan orang bijak yang paling pengertian pun akan mengutukku. Karenanya lah saya menghimpun pasukan atas nama kebenaran dan melakukan berdamai dengan suku-suku barbar di utara (misalnya Tujue) demi ketenangan negara dan melindungi Sui. Bagaimanapun, manusia di dunia ini membutuhkan seorang pemimpin dan siapa lagi yang pantas untuk itu selain anda? Saya sudah terlalu tua, sudah lima puluh tahun lebih, namuntetapi saya sudah senang dengan mendukungmu, adikku.Saya berharap suatu hari nanti dapat memanjat sisik naga dan berpegang pada sayap phoenix, dan saya harap andalah, adikku, yang akan menggenapi ramalan itu, yang akan menaklukkan dunia ini. Anda adalah pemimpin marga Li dan saya berharap anda akan senang dan menerima saya serta memberikan kembali wilayah Tang pada saya, hal itu sudah cukup bagi saya. Saya tidak memiliki niat lebih jauh seperti membunuh Zhou Xin di Muye ataupun menangkap Ziying di Xianyang. Selain itu juga wilayah Fen dan Jin memerlukan kedamaian sekarang ini sehingga saya belum punya waktu untuk mengatur pertemuan di Mengjin'' (sekarang [[Zhengzhou]], [[Henan]], di mana [[Raja Wu dari Zhou]] pada masa lampau berkumpul dengan para pendukungnya sebelum menyerang sang tiran, Raja Zhou Xin).
 
Li Mi sangat terkesan dengan surat Li Yuan ini, ia berpikir bahwa Li Yuan tulus mendukungnya sehingga sejak itu keduanya sering bertukar pesan. Li Mi pun tidak menentang kampanye militer Li Yuan menyerang Chang’an. Ketika Li Yuan dan pasukannya tiba di dekat Hedong, mereka terhalang cuaca buruk dan mulai kehabisan makanan, tersiar sebuah isu yang mengatakan bahwa Tujue Timur dan Liu Wuzhou akan menyerang Taiyuan. Awalnya, Li Yuan berencana untuk menarik mundur pasukan, namuntetapi atas desakan dari Li Jiancheng dan Li Shimin, ia terus maju. Setelah mengalahkan pasukan Sui di Huoyi (sekarang wilayah Yuncheng), ia memutuskan untuk meninggalkan sebuah kontingen kecil untuk menjaga Hedong sementara ia dan yang lainnya terus maju menyeberangi [[Sungai Kuning]] menuju ke Guanzhong (wilayah sekitar Chang’an). Begitu tiba di sana ia memasuki Chang’an sambil memerintahkan Li Jiancheng mencaplok wilayah sekitar Terusan Tong untuk mencegah pasukan Sui di Luoyang mengirim bala bantuan ke Chang’an dan Li Shimin diperintahkan mencaplok wilayah utara Sungai Wei. Di tempat lain putrinya yang telah keluar dari persembunyian juga turut mendukung pemberontakan ayahnya, ia berhasil menghimpun sejumlah pasukan dan mencaplok beberapa kota. Ia lalu bergabung dengan kakaknya, Li Shimin dan suaminya, Chai Shao. Tak lama kemudian Li Yuan telah mengkonsolidasi pasukannya dan mengepung kota Chang’an. Musim dingin [[617]], ia berhasil menduduki kota itu dan disanalah ia mengukuhkan Yang You sebagai kaisar dengan gelar Kaisar Gong, ia juga mengankat dirinya sebagai wali atas Yang You dengan gelar perdana menteri agung serta mendapat gelar kebangsawanan Pangeran Tang. Namun sebagian besar wilayah Sui tidak mengakui Yang You sebagai kaisar dan mereka masih menganggap Kaisar Yang adalah penguasa yang sah. Li Yuan lalu mengirim keponakannya, [[Li Xiaogong]], ke selatan untuk membujuk beberapa kota untuk menyerah. Li Xiaogong melakukan tugasnya dengan baik, beberapa kota yang sekarang dikenal sebagai wilayah selatan [[Shaanxi]], [[Sichuan]], dan [[Chongqing]] menyatakan menyerah pada Tang.
 
== Berdirinya Dinasti Tang, langkah awal penyatuan negara ==
Baris 55:
Sementara, Li Gui, walau telah menyatakan tunduk pada Tang ia menolak gelar Pangeran Liang yang dianugerahkan padanya dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Tang. Kaisar Gaozu pun memutuskan hubungan dengannya. Musim panas 619, seorang bawahannya bernama An Xinggui, yang juga mantan pejabat Tang, berontak terhadapnya dan menangkapnya. An menyerahkan Li Gui pada Gaozu dan menyatakan tunduk pada Tang. Gaozu menjatuhkan hukuman mati pada Li dan mencaplok seluruh wilayah kekuasaannya. Dalam waktu yang hampir bersamaan, seorang pemimpin pemberontak yang berkuasa di selatan [[Anhui]] bernama [[Du Fuwei]] menyerah pada Tang. Gaozu menganugerahi Du gelar Pangeran Wu. [[Luo Yi]], mantan jenderal Sui yang menguasai wilayah [[Beijing]] juga menyerah dan dianugerahi gelar Pangeran Yan. Kedua orang itu juga memperoleh hak istimewa memakai marga kekaisaran, marga Li.
 
Gaozu juga masih harus menghadapi ancaman dari Liu Wuzhou, musuh lamanya dari utara. Liu memimpin pasukannya ke selatan untuk melawannya. Kaisar Gaozu mengirim Pei Ji untuk menghadapi Liu, namuntetapi Liu berhasil mengalahkannya dan mengepung kota Taiyuan. Li Yuanji yang menjaga kota itu kabur ke Chang’an, seluruh wilayah yang sekarang meliputi Provinsi Shanxi jatuh ke tangan Liu. Kaisar Gaozu kali ini mengirim Li Shimin untuk menghadapi Liu. Pada musim panas [[620]], Li berhasil mengalahkan Liu dan memaksanya melarikan diri ke wilayah Tujue Timur. Wilayah Liu pun direbut pemerintah Tang. Namun di tempat lain, [[Dou Jiande]], seorang pemimpin pemberontak yang bergelar Pangeran Xia menyerang kota-kota milik Tang di Hebei, Henan, dan wilayah utara Sungai Kuning. Dou berhasil menduduki wilayah-wilayah itu serta menawan [[Li Shentong]], Pangeran Huai’an (sepupu kaisar), Putri Tong’an (saudari kaisar), dan Li Gai (ayah Li Shiji). Karena ayahnya menjadi sandera, Li Shiji pun terpaksa menyerah pada Dou. Tak lama kemudian, Li Shiji berkomplot dengan Li Shanghu, seorang jenderal Tang yang juga dipaksa menyerah untuk menyergap Dou. Namun rencana ini gagal, Li Shanghu terbunuh dan Li Shiji melarikan diri kembali ke wilayah Tang.
 
Tahun 620, Li Fuwei berhasil mencaplok wilayah-wilayah di selatan [[Sungai Yangtze]]. Ia mengalahkan [[Li Zitong]], Kaisar Wu. Li Zitong, yang dalam kekalahannya masih sempat meraih kemenangan dari [[Shen Faxing]], Pangeran Liang, mantan pejabat Sui yang berkuasa di [[Zhejiang]].
Baris 63:
Pada tahun 621 juga, Li Xiaogong berhasil mengalahkan [[Xiao Xi]], Kaisar Liang, yang menguasai wilayah [[Hubei]], [[Hunan]], dan [[Guangxi]]. Di tempat lain, Li Zitong dikalahkan dan terpaksa menyerah pada [[Fu Gongshi]], seorang letnan bawahan Li Fuwei. Wilayah Tang pun bertambah luas lagi dengan dianeksasinya wilayah kedua orang itu.
 
Kaisar Gaozu walaupun tidak seperti Liu Bang ([[Kaisar Han Gaozu]]) yang membunuhi para pejabat yang berjasa membantunya setelah naik tahta, namuntetapi sejarah mencatat ada beberapa pejabat berjasa yang turut mendirikan dinasti dijatuhi hukuman mati atas dasar pelanggaran hukum atau tuduhan lain yang kekurangan bukti kuat, seperti misalnya:
* Liu Wenjing, tahun 619, atas tuduhan terlibat praktik sihir yang dilarang semasa Dinasti Tang.
* Dugu Huai’en, sepupu kaisar, tahun 620, atas tuduhan makar.
Baris 72:
{{utama|Kudeta di Gerbang Xuanwu}}
 
Musim semi 621, Li Shimin mengalahkan Liu Heita dan memaksanya kabur ke wilayah Tujue. Namun tak lama kemudian, Liu kembali beserta bala bantuan dari Tujue dan membunuh keponakan Gaozu, Li Daoxuan, Pangeran Huaiyang dalam pertempuran. Liu merebut kembali wilayah Xia walaupun saat itu sekutunya, Xu Yuanlang telah dikalahkan oleh Li Shimin dan Li Yuanji. Sementara itu perselisihan antara Li Shimin dengan kakaknya, Li Jiancheng semakin meruncing. Li Jiancheng walaupun banyak berkontribusi bagi berdirinya Dinasti Tang, namuntetapi prestasinya kalah jauh dari adiknya yang telah mengalahkan banyak pesaing Dinasti Tang seperti Xue Rengao, Liu Wuzhou, Dou Jiande dan Wang Shichong. Dalam konflik ini, Li Yuanji mendukung kakak tertuanya, Li Jiancheng. Ia sering memuji-muji Li Jiancheng di depan ayah mereka dan menjelek-jelekan Li Shimin. Keduanya juga memiliki hubungan dekat dengan beberapa selir muda ayahnya sehingga para selir itu membantu membicarakan kebaikan-kebaikan sang putra mahkota di depan kaisar. Perkataan mereka membuat Kaisar Gaozu membatalkan niatnya untuk mengalihkan status putra mahkota pada Li Shimin yang dianggapnya lebih pantas.
 
Hingga musim dingin [[622]], Liu Heita masih menjadi ancaman besar bagi pemerintah Tang. Bawahan-bawahan Li Jiancheng seperti [[Wang Gui]] dan [[Wei Zheng]] menyarankannya agar mengambil kesempatan ini untuk menaikan reputasinya. Maka Li Jiancheng pun menawarkan jasa pada ayahnya untuk menumpas pemberontakan Liu. Maka Kaisar Gaozu pun memberi tugas itu padanya dan Li Yuanji juga ditugasi untuk mendampinginya. Sekitar awal tahun [[623]], gerak laju pasukan Liu terhambat ketika mereka menyerang Weizhou (sekarang [[Handan]], Hebei) kekuasaan Tang. Kedua pangeran itu berhadapan dengan Liu di Guantao (juga di wilayah Handan) dan mengalahkannya. Liu melarikan diri ke utara ke wilayah Tujue, namuntetapi dalam pelarian ia dikhianati oleh bawahannya, Zhuge Dewei. Zhuge menangkap dan menyerahkannya pada Li Jiancheng untuk dihukum mati. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Xu Yuanlang juga telah terbunuh dalam pelariannya oleh anak buahnya sendiri. [[Lin Shihong]], Kaisar Chu, pemimpin pemberontak yang berkuasa di [[Jiangxi]] dan [[Guangdong]] juga telah wafat dan pengikutnya tercerai-berai. Tiongkok hampir seluruhnya dipersatukan kembali, rezim separatis yang masih tersisa tinggal [[Liang Shidu]], Kaisar Liang, yang berkuasa di Shaanxi dan wilayah barat [[Mongolia Dalam]]. Tahun itu juga, ketika Li Fuwei sedang berada di Chang’an, bawahannya, Fu Gongshi, memberontak dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar Song, namuntetapi pemberontakan ini segera ditumpas pada tahun berikutnya oleh Li Xiaogong.
 
Di tengah keberhasilan menaklukan para pesaingnya, konflik antara putra-putra Gaozu, Li Jiancheng dan Li Shimin semakin tajam. Tahun [[624]], Li Jiancheng mengambil sejumlah pasukan dari Jenderal Li Yi, Pangeran Yan, untuk memperkuat pasukan pengawal pribadinya, sebuah tindakan yang melawan peraturan yang dibuat ayahnya. Ketika hal ini diketahui Gaozu, ia memarahi Li Jiancheng dan mengasingkan kepala pengawalnya, Keda Zhi. Namun belakangan Li Jiancheng meminta Yang Wen’gan, komandan Qingzhou (sekarang [[Qingyang]], [[Gansu]]) untuk merekrut tentara, kemungkinan untuk berjaga-jaga dari Li Shimin. Dua orang perwira, Erzhu Huan dan Qiao Gongshan melaporkan hal ini pada Gaozu, mereka mengatakan bahwa putra mahkota mengajak Yang memberontak sehingga mereka dapat merebut tahta bersama. Dengan marah, Gaozu memanggil Li Jiancheng ke Istana Renzhi (di [[Tongchuan]], Shaanxi). Li Jiancheng tidak menuruti perintah itu, namuntetapi belakangan ia melapor ke Istana Renzhi untuk meminta maaf dan Gaozu menjatuhkan hukuman tahanan padanya. Ketika Yang mendengar kabar ini, ia memberontak. Gaozu memerintahkan Li Shimin menumpas pemberontakan itu dengan janji akan diangkat sebagai putra mahkota bila ia berhasil dan status Li Jiancheng akan diturunkan sebagai Pangeran Shu serta akan dikirim ke [[Sichuan]]. Namun begitu Li Shimin berangkat, para selir kaisar dan perdana menteri [[Feng Deyi]] angkat suara membela sang putra mahkota. Di bawah bujukan selir-selir kesayangannya, hati Gaozu luluh, ia membebaskan Li Jiancheng dan mengizinkannya kembali ke Chang’an serta menjamin statusnya tetap sebagai putra mahkota. Sebagai gantinya, ia menimpakan kesalahan pada para staff Li Jiancheng, Wang Gui dan Wei Ting, juga staff Li Shimin, [[Du Yan]]. Merekalah yang dipersalahkan sebagai pemicu konflik di antara putra-putranya sehingga harus diasingkan. Pemberontakan Yang Wen’gan akhirnya berhasil ditumpas dan Yang dibunuh dalam pelarian oleh anak buahnya.
 
Gaozu juga masih menghadapi masalah lain mengenai gangguan perbatasan oleh suku Tujue. Ia mempertimbangkan untuk membumihanguskan kota Chang’an lalu memindahkan ibu kota ke Fancheng (sekarang [[Xiangfan]], Hubei). Rencana ini juga mendapat dukungan dari Li Jiancheng, Li Yuanji, dan Pei Ji. Namun Li Shimin menentang keras rencana ini sehingga Gaozu pun membatalkannya. Sementara itu, Li Shimin mengirim kaki tangannya ke Luoyang untuk membangun kekuatannya disana. Gaozu berencana untuk mengirim Li Shimin untuk ditempatkan di Luoyang menjaga kota itu untuk mencegah konflik lebih jauh setelah sebuah insiden keracunan makanan yang menimpa Li Shimin dalam suatu jamuan di kediaman Li Jiancheng yang dianggap sebagai usaha pembunuhan. Namun Li Jiancheng dan Li Yuanji menentang pemindahan ini karena mereka takut saudaranya itu akan memakai kesempatan untuk membangun kekuatan bagi dirinya sendiri sehingga Gaozu pun akhirnya membatalkan rencana itu.