Tarekat Wetu Telu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k analisa → analisis
Baris 49:
 
== Aturan perkawinan ==
Dalam melaksanakan perkawinan, ada dua [[sistem]] yang pernah berlaku dalam ajaran Islam Wetu Telu yaitu sistem [[lama]] dan sistem [[baru]].<ref name=":2" /> Sistem lama tidak melengkapi [[rukun]] [[nikah]] sehingga ᴡalaupun tanpa [[akad]] nikah kedua mempelai sudah dapat melakukan hubungan [[suami]] [[isteri]].<ref name=":2" /> Asalkan sudah menyelesaikan proses-proses yang lain seperti ''tobat kakas''.<ref name=":2" /> Sejauh berkaitan dengan perkawinan menurut ajaran Wetu Telu sistem lama, tidak banyak mencerminkan nilai-nilai Islam karena ritualnya lebih didominasi oleh [[budaya]] [[lokal]].<ref name=":2" /> Di samping itu, sistem ini tidak menerapkan rukun nikah secara lengkap dengan ditiadakannya akad nikah.<ref name=":2" /> Ini artinya, sistem lama sudah dikenal sejak [[zaman]] pra Islam.<ref name=":2" /> Sedangkan perkawinan menurut ajaran Wetu Telu sistem baru, telah menerapkan [[syara]]t dan rukun perkawinan sesuai ajaran Islam.<ref name=":2" /> Pada sistem baru, akad nikah dijadikan sebagai proses inti dan harus dilaksanakan sebelum melakukan hubungan suami isteri.<ref name=":2" /> Upacara perkawinan di Desa Bayan langsung dipimpin oleh Kepala [[Kantor Urusan Agama]] dengan mengikuti tata cara Islam yakni pembacaan [[khutbah]] nikah dan ijab kabul yang dilakukan langsung oleh wali dari mempelai [[wanita]] di hadapan calon [[pengantin]] [[laki-laki]].<ref name=":2" /> Khutbah nikah dibacakan dengan menggunakan [[bahasa Arab]], sedangkan ijab dan kabul digunakan [[bahasa]] Sasak setempat.<ref name=":2" /> Kearifan lokal dalam tata cara perkawinan yang dilaksanakan oleh masyarakat Wetu Telu ditampakkan dari [[akulturasi ]]ajaran Islam dengan ajaran agama Siwa-Budha sebagai agama asli orang Bayan dan Hindu Bali selaku agama kerajaan Bali yang pernah menjajah daerah Pulau Lombok.<ref name=":2" /> Hal ini, menunjukan bahwa dalam perkawinan digunakan [[tiga]] cara yaitu perondongan, mepadik lamar, dan selarian dengan diselesaikan melalui prosesi seperti ''menjojak, memulang, sejati, pemuput selabar, akad nikah, sorong serah, nyongkolan dan balik onos nae''.<ref name=":2" /> Ritual yang dilakukan seperti [[bedak]] [[keramas]] dan merariq (kawin lari) adalah bagian dari ritual yang dilaksanakan oleh [[Hindu]] Bali.<ref name=":2" /> Sementara, ajaran Islam menjadi substansi acara-acara inti seperti pada syarat dan rukun nikahnya.<ref name=":2" /> Dengan demikian, prosesi perkawinan menurut ajaran Wetu Telu menunjukkan masuknya [[unsur]] nilai dari tiga agama yaitu [[Siwa-Budha]] sebagai agama asli masyarakat Bayan pra Islam, Hindu-Bali, dan Islam.<ref name=":2">{{Cite journal|last=Rachmadhani|first=Arnis|date=2011-06-03|title=Perkawinan Islam Wetu Telu Masyarakat Bayan Lombok Utara|url=https://blasemarang.kemenag.go.id/journal/index.php/analisa/article/view/124|journal=Analisa: Journal of Social Science and Religion|language=id|volume=18|issue=1|pages=59–74|doi=10.18784/analisaanalisis.v18i1.124|issn=2621-7120}}</ref>
 
== Referensi ==