Pandangan agama tentang masturbasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 1:
Di antara agama-agama di seluruh dunia, pandangan mengenai [[masturbasi]] bervariasi. Sebagian agama memandangnya sebagai suatu praktik yang merugikan secara rohani, beberapa menganggapnya tidak merugikan secara rohani, dan yang lainnya mengambil suatu pandangan situasional. Di antara agama-agama yang mengambil posisi terakhir, beberapa menganggap masturbasi diperbolehkan jika digunakan sebagai suatu sarana [[kontrol diri]] secara seksual, atau sebagai bagian dari eksplorasi diri yang sehat, namuntetapi melarangnya jika dilakukan dengan motivasi yang dianggap salah ataupun sebagai suatu [[adiksi behavioral|adiksi]].
 
== Agama Abrahamik ==
Baris 21:
 
Berbicara tentang kaum [[Gnostik]] Mesir terkait pengalaman dia sebelumnya dengan mereka, [[Epifanius dari Salamis]] (310/320 – 403), seorang [[Doktor Gereja]] dan Bapa Gereja Bizantin, menyatakan dalam ''[[Panarion]]'' atau ''Tabut Obat-obatan'' karyanya:
<blockquote>Mereka melakukan tindakan-tindakan genital, namuntetapi menghindari perkandungan anak-anak. Bukan untuk menghasilkan keturunan, tetapi untuk memuaskan nafsu, mereka asyik dengan penyalahgunaan.<ref name="Noonan"/></blockquote>
[[John T. Noonan Jr.]] mengatakan bahwa kaum Gnostik yang dideskripsikan oleh Epifanius mempraktikkan "tindakan-tindakan seksual non prokreatif" sebagai pusat dalam ritus-ritus keagamaan mereka. Epifanius menyebut praktik-praktik tersebut, yang meliputi coitus interruptus, masturbasi, dan tindakan homoseksual, sebagai "ritus-ritus dan upacara-upacara iblis".<ref name="Noonan">{{en}} {{cite book|last1=Noonan, Jr.|first1=John T.|title=Contraception: A History of Its Treatment by the Catholic Theologians and Canonists|date=2012|publisher=Harvard University Press|isbn=0674070267|pages=95–98|edition=Enlarged}}</ref> [[Shenoute]] (348-466), tokoh Bizantin lainnya yang dipandang sebagai seorang santo dalam [[Gereja Ortodoks Oriental]], memandang masturbasi sebagai suatu pelanggaran seksual<ref>{{en}} {{cite book|last1=Schroeder|first1=Caroline T.|title=Monastic Bodies: Discipline and Salvation in Shenoute of Atripe|date=2013|publisher=University of Pennsylvania Press|isbn=0812203380|page=36}}</ref> dan suatu "aktivitas seksual terlarang yang sesungguhnya".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Krawiec|first1=Rebecca|title=Shenoute and the Women of the White Monastery: Egyptian Monasticism in Late Antiquity|date=2002|publisher=Oxford University Press|isbn=0198029616|pages=26,189}}</ref>
 
Baris 28:
Namun, seorang teolog Katolik pembangkang bernama Charles E. Curran mengklaim bahwa "para bapa Gereja praktis memilih diam dalam hal pertanyaan sederhana mengenai masturbasi".<ref>{{en}} {{cite book |last1=Mielke|first1=Arthur J.|year=1995|chapter=Chapter 4. Christian Perspectives on Sex and Pornography|chapterurl=https://books.google.com/books?id=T08zZBoY7uYC&pg=PA59&lpg=PA59&dq=the+fathers+of+the+Church+are+pratically+silent+on+the+simple+question+of+masturbation&source=bl&ots=cdFIiqvfi4&sig=akjGs5zbQ2bDuMuxU5f527kYIuM&hl=nl&sa=X&ei=3b8IVOXIDMvZarnUgfAD&ved=0CCUQ6AEwAA#v=onepage&q=the%20fathers%20of%20the%20Church%20are%20pratically%20silent%20on%20the%20simple%20question%20of%20masturbation&f=false|title=Christians, Feminists, and the Culture of Pornography|publisher=University Press of America|page=59|isbn=9780819197658|oclc=878553779}}</ref> Arthur J. Mielke menyatakan pandangan [[James A. Brundage]] dengan kata-kata: "tema-tema mengenai masturbasi dan fantasi seksual tidak penting bagi para penulis pagan ataupun Kristen hingga abad keempat atau kelima" (saat terjadinya kebangkitan [[monastisisme]]).<ref>Mielke (1995: 60)</ref> Kenyataannya, Brundage sendiri menyatakan dalam bukunya bahwa para penulis itu tidak terlalu menaruh banyak perhatian pada hal-hal tersebut,<ref name="Brundage2009_p109">{{en}} {{cite book|last=Brundage|first=James A.|authorlink=James A. Brundage|title=Law, Sex, and Christian Society in Medieval Europe|url=https://books.google.com/books?id=SiGe-Zf0nTIC&pg=PA109|accessdate=10 October 2016|date=15 February 2009|publisher=University of Chicago Press|isbn=978-0-226-07789-5|page=109}}</ref> serta "hanya menaruh sedikit perhatian pada praktik-praktik masturbasi dan homoseksual",<ref>Brundage (2009), p. 174.</ref> tanpa menyatakan "tidak penting".
 
Giovanni Cappelli, sebagaimana ditulis oleh James F. Keenan, berpendapat bahwa seiring dengan berkembangnya komunitas-komunitas monastik, kehidupan seksual para rahib menjadi sorotan dua orang teolog, [[Yohanes Kasianus]] (365–433) dan [[Sesarius dari Arles]] (470–543), yang berkomentar tentang berbagai kebiasaan atau perilaku buruk dalam kehidupan 'soliter'. Cappelli mengklaim bahwa "kekhawatiran mereka bukanlah pada tindakan masturbasi, namuntetapi pada para rahib yang berkaul [[kemurnian (kebajikan)|kemurnian]]. Janji para rahib menjadikan masturbasi suatu tindakan terlarang; tindakan itu sendiri tidak dianggap berdosa." Keenan menambahkan: "Bahkan, sepengamatan Cappelli, Louis Crompton, dan James Brundage, sebelum Kasianus masturbasi tidak dianggap sebagai suatu pelanggaran seksual bagi siapa saja."<ref name="Keenan2010">{{en}} {{cite book|author=James F. Keenan|title=A History of Catholic Moral Theology in the Twentieth Century: From Confessing Sins to Liberating Consciences|url=https://books.google.com/books?id=KWbtc5XPMw0C&pg=PA45|date=17 January 2010|publisher=A&C Black|isbn=978-0-8264-2929-2|pages=45–46}}</ref>
 
Bagaimanapun, Brundage menulis dalam bukunya bahwa Kasianus memandang "masturbasi dan kecemaran nokturnal sebagai isu-isu sentral dalam moralitas seksual dan mencurahkan banyak perhatian pada kedua hal itu". Kasianus memandang "[[mimpi basah|emisi nokturnal]]" sebagai suatu masalah yang sangat penting karena merupakan suatu indikasi adanya "[[hawa nafsu|nafsu]] badani" dan, apabila seorang [[rahib]] masih belum berhasil mengatasinya, "kehidupan rohaninya dan keselamatannya mungkin berada dalam bahaya".<ref name="Brundage2009_p109"/> Dalam ''Conlationes'', Kasianus menggunakan kata "kenajisan" (''immunditia'', sebagaimana tertulis dalam Kolose 3:5) sebagai suatu istilah yang setara untuk menyebut masturbasi maupun emisi nokturnal, dengan tegas memandang masturbasi sebagai suatu bentuk "pelampiasan seksual" yang tidak dapat diterima.<ref>{{en}} {{cite book|last1=Stewart|first1=Columba|author-link=Columba Stewart|title=Cassian the Monk|date=1998|publisher=Oxford University Press|isbn=0195354354|pages=67,185}}</ref> Dalam ''De institutis coenobiorum'', ia memberikan penekanan khusus pada "dosa percabulan, yang mencakup masturbasi dan berfantasi seksual".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Berry|first1=Christopher J.|title=The Idea of Luxury: A Conceptual and Historical Investigation|date=1994|publisher=Cambridge University Press|isbn=0521466911|page=97}}</ref> Brundage melihat Sesarius menganut pandangan yang sama seperti Kasianus. Dalam ''Khotbah-Khotbah'' karyanya, Sesarius memandang "setiap kerinduan seksual, untuk mengatakan tidak pada stimulasi diri yang disengaja, suatu dosa yang serius dan menempatkannya setara dengan perzinaan ataupun pengumbaran yang berlebihan dalam hubungan seks oleh pasangan suami-istri".<ref name="Brundage2009_p109"/> Menurut Simon Lienyueh Wei, sebagaimana dikutip oleh beberapa akademisi, Yohanes Kasianus dan Agustinus dari Hippo berpendapat bahwa adalah dosa apabila emisi tersebut merupakan akibat dari "suatu pengalaman ataupun pembangkitan kenangan menyenangkan yang penuh nafsu"; apabila di luar hal-hal itu maka dipandang sebagai "suatu fungsi jasmaniah".<ref name="Sauer"/><ref name="Cain">{{en}} {{cite book|last1=Cain|first1=Andrew|title=The Greek Historia Monachorum in Aegypto: Monastic Hagiography in the Late Fourth Century|date=2016|publisher=Oxford University Press|isbn=0191075809|page=257}}</ref>
Baris 76:
Menurut [[Brian F. Linnane]], "sampai abad ke-20, norma-norma moral yang sesungguhnya dalam hal perilaku seksual adalah sama bagi kalangan [[Protestan]] maupun Katolik Roma, kendati justifikasi atas norma-norma ini mungkin, ..., cukup berbeda. ... Bagi kedua kelompok tersebut, ungkapan seksual terbatas pada perkawinan seumur hidup, monogami, heteroseksual. Seks pranikah, perzinaan, hubungan homoseksual, masturbasi, dan penggunaan alat pengendalian kelahiran, semuanya dilarang oleh gereja-gereja Kristen".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Linnane|first1=Brian F.|editor1-last=Espín|editor1-first=Orlando O.|editor2-last=Nickoloff|editor2-first=James B.|title=An Introductory Dictionary of Theology and Religious Studies|date=2007|publisher=Liturgical Press|isbn=0814658563|page=419|chapter=Sexual Ethics}}</ref> Adrian Thatcher mengatakan bahwa kalangan Protestan secara historis memandang masturbasi sebagai suatu dosa, walaupun mereka "merujuk langsung pada Alkitab bilamana memungkinkan".<ref name=Thatcher_GSG/>
 
Para reformis Protestan seperti [[Martin Luther]] dan [[Yohanes Calvin]] mengutuk masturbasi dalam karya-karya tulis mereka.<ref>{{en}} {{cite book|editor1-last=Clement|editor1-first=Priscilla Ferguson|editor2-last=Reinier|editor2-first=Jacqueline S.|title=Boyhood in America: A - K., Volume 1|date=2001|publisher=ABC-CLIO|isbn=1576072150|page=431}}</ref> Dengan mengacu pada pelanggaran [[Onan]] untuk mengidentifikasi bahwa masturbasi adalah dosa, dalam ''Komentar tentang Kitab Kejadian'' karyanya, Calvin mengajarkan bahwa "menumpahkan [[semen (reproduksi)|semen]] secara sengaja di luar persetubuhan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan adalah suatu hal yang mengerikan. Dengan sengaja menarik [penis] dalam hubungan seks supaya semen tersebut {{interp|orig=jatuh di tanah|terbuang}} adalah dua kali lipat mengerikannya."<ref name=Thatcher_GSG>{{en}} {{cite book|last1=Thatcher|first1=Adrian|title=God, Sex, and Gender: An Introduction|date=2011|publisher=John Wiley & Sons|isbn=1405193697|pages=184–185}}</ref><ref>{{en}} {{cite book|last1=Reilly|first1=Kevin|editor1-last=Laderman|editor1-first=Gary|editor2-last=León|editor2-first=Luis|title=Religion and American Cultures: Tradition, Diversity, and Popular Expression|date=2014|publisher=ABC-CLIO|isbn=1610691105|page=770|edition=Second|chapter=Masturbation}}</ref> Luther melihat masturbasi sebagai suatu dosa yang lebih mengerikan daripada pemerkosaan heteroseksual karena tindakan perkosaan tersebut masih dipandang "selaras dengan kodrat", sedangkan masturbasi adalah tidak wajar atau tidak selaras dengan kodrat manusia.<ref>{{en}} {{cite book|last1=De La Torre|first1=Miguel A.|title=A Lily Among the Thorns: Imagining a New Christian Sexuality|date=2007|publisher=John Wiley & Sons|isbn=0787997978|page=119}}</ref> Ia juga memandang masturbasi dan coitus interruptus sebagai tindakan-tindakan yang setara dengan membunuh anak-anak sebelum mereka berkesempatan untuk dilahirkan; oleh karena itu, baginya, masturbasi pada dasarnya sama dengan [[Agama dan aborsi|aborsi]].<ref>{{en}} {{cite book|last1=Anderson|first1=Judith H.|last2=Vaught|first2=Jennifer C.|title=Shakespeare and Donne: Generic Hybrids and the Cultural Imaginary|date=2013|publisher=Fordham University Press|isbn=082325125X|page=75}}</ref> Luther berpendapat bahwa tindakan perkawinan adalah suatu cara untuk menghindari dosa masturbasi: "Kodrat tidak pernah surut ... kita semua digerakkan menuju dosa tersembunyi tersebut. Kasarnya, namuntetapi sejujurnya, apabila [semen] tidak masuk ke dalam seorang perempuan, [semen] masuk ke bajumu."<ref>{{en}} {{cite book|last1=Seeman|first1=Erik R.|editor1-last=Smith|editor1-first=Merril D.|title=Sex and Sexuality in Early America|date=1998|publisher=New York University Press|isbn=0814729363|page=124|chapter=Sarah Prentice and the Immortalists: Sexuality, Piety, and the Body in Eighteenth-Century New England}}</ref>
 
[[John Wesley]], pendiri [[Methodisme]], memegang suatu pandangan yang serupa seperti Calvin. Menurut Bryan C. Hodge, Wesley meyakini bahwa "setiap penyia-nyiaan semen dalam suatu tindakan seksual yang non produktif, entah dalam bentuk masturbasi atau ''coitus interruptus'', seperti dalam kasus Onan, menghancurkan jiwa-jiwa dari individu-individu yang mempraktikkannya".<ref>{{en}} {{cite book|last1=Hodge|first1=Bryan C.|title=The Christian Case against Contraception: Making the Case from Historical, Biblical, Systematic, and Practical Theology & Ethics|date=2010|publisher=Wipf and Stock Publishers|isbn=1621892190|url=https://books.google.com/books?hl=id&id=pHtJAwAAQBAJ&q=john+wesley+masturbation#v=snippet&q=john%20wesley%20masturbation&f=false}}</ref> Wesley memandang masturbasi sebagai suatu cara yang tidak dapat diterima untuk melepaskan "ketegangan seksual". Sebagaimana orang-orang pada zamannya, ia meyakini bahwa banyak orang telah menderita sakit parah yang bahkan menyebabkan kematian karena "masturbasi habitual".<ref name="Coe">{{en}} {{cite book|last1=Coe|first1=Bufford W.|title=John Wesley and Marriage|date=1996|publisher=Lehigh University Press|isbn=0934223394|page=64}}</ref> Ia berpendapat bahwa "[[gangguan kecemasan]], bahkan [[gangguan mental|kegilaan]], bisa disebabkan oleh bentuk lain kelebihan luapan badani – masturbasi."<ref name="Madden">{{en}} {{cite book|last1=Madden|first1=Deborah|title='Inward & Outward Health': John Wesley's Holistic Concept of Medical Science, the Environment and Holy Living|date=2012|publisher=Wipf and Stock Publishers|isbn=1620321270|pages=152–153}}</ref> Ia menuliskan ''Pemikiran tentang Dosa Onan'' (1767), yang dipublikasikan ulang dengan judul ''Sepatah Kata untuk Yang Berkepentingan'' pada tahun 1779, sebagai suatu upaya untuk menyensor sebuah karya tulis [[Samuel-Auguste Tissot]].<ref name="Numbers">{{en}} {{cite book|last1=Numbers|first1=Ronald L.|last2=Amundsen|first2=Darrel W.|title=Caring and Curing: Health and Medicine in the Western Religious Traditions|date=1986|publisher=Johns Hopkins University Press|isbn=0801857961|page=322}}</ref> Dalam karyanya itu, Wesley memperingatkan akan "bahaya-bahaya kecemaran diri", yakni dampak-dampak buruk masturbasi secara fisik dan mental,<ref name="Madden"/><ref name="Numbers"/> menulis banyak kasus demikian bersama dengan rekomendasi-rekomendasi penanganannya.<ref name="Coe"/>