Baihajar Tualeka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Menghilangkan spasi sebelum tanda koma dan tanda titik dua |
||
Baris 8:
Pada masa konflik antara Muslim dan Kristen di Maluku pada akhir tahun 1990-an, Baihajar berperan dalam menyiapkan bom molotov dan ketapel bagi kelompok Muslim. Pada saat itu umat Muslim dan umat Kristen seringkali bertengkar di jalan, melakukan arak-arakan dan saling melempar batu. Baihajar seperti orang Ambon lainnya, memandang bahwa konflik yang terjadi merupakan jalan suci membela agama. Rela mati sahid, percaya bahwa mati membela agama akan membuat seseorang langsung masuk surga. Akan tetapi pandangan Baihajar berubah saat ia melihat seorang lelaki dipukul sampai mati oleh umat dari agama lain. Pengalaman itu membuat Baihajar memikirkan ulang motivasinya untuk ambil bagian dalam konflik Ambon. Baihajar mempertanyakan apakah kekerasan sungguh menyelesaikan agama dan kenapa baik perempuan dan laki-laki harus membunuh satu sama lain atas nama agama<ref name="JakartaPost">[http://www.thejakartapost.com/news/2012/11/14/baihajar-tualeka-ex-bomb-maker-who-campaigns-peace.html]</ref>
Berdasarkan perenungan yang mendalam, Baihajar mengubah cara pandangnya terhadap konflik Ambon. Ia kemudian mendirikan Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak (disingkat LAPPAN) di Ambon pada tahun 2002. Baihajar ingin mengubah sikap dan perilaku masyarakat Ambon yang memunculkan kekerasan. Baihajar berkeinginan untuk mengakhiri konflik Ambon
== Penghargaan ==
2013, Penghargaan [[Saparinah Sadli]] Award 2012<ref name="Tempo" />
2013
== Rujukan ==
|