Panjidur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
||
Baris 1:
'''Panjidur''' atau '''Panjidor''', merupakan [[kesenian rakyat]] dari Dusun Jambon, Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, [[Kabupaten Kulon Progo]]<ref name=":0">{{Cite web|url=https://budaya-indonesia.org/Kesenian-Panjidor|title=Kesenian Panjidor » Perpustakaan Digital Budaya Indonesia|website=budaya-indonesia.org|access-date=2019-03-27}}</ref>. [[Seni tradisional|Kesenian tradisona]]<nowiki/>l ini berdiri pada tahun 1948. Sastrodiwiryo adalah inisiator dalam terciptanya kesenian Panjidur<ref name=":0" />. [[Kesenian tradisional]] ini berupa [[tari]]an yang awalnya adalah kumpulan [[ragam gerak]] yang sederhana. [[Iringan musik]]nya sangat sederhana yang dikolaborasikan dengan lantunan [[syair]] atau ''singir'' yang berisikan kiasan-kiasan tentang nilai-nilai [[agama Islam]] dan [[Moral|nilai-nilai moral]]. Dahulu, kesenian ini berfungsi sebagai [[Dakwah|sarana dakwah]],
== Rangkaian pertunjukan ==
Kesenian rakyat Panjidur, disadur dari cerita ''[[serat menak]]'', yang bercerita tentang ''[[Amir Ambyah]]'' dalam lakon ini sering juga disebut [[Wong Agung Jayengrana.|''Wong Agung Jayengrana''.]] Mempunyai dua komandan prajurit andalannya, yakni ''Umarmaya'' dan ''Umarmadi''<ref name=":2">{{Cite web|url=https://budayajawa.id/kesenian-panjidor-yogyakarta/|title=Kesenian Panjidor Yogyakarta - Informasi Budaya Jawa Kesenian Panjidor Yogyakarta|date=2018-12-12|website=Informasi Budaya Jawa|language=id-ID|access-date=2019-03-27}}</ref>. Digambarkan ''Umarmaya'' dan ''Umarmadi'' sedang melatih prajuritnya dalam olah ketrampilan berperang. Para [[prajurit]] yang sedang berlatih tersebut memakai kostum seperti [[Militer|tentara]], dengan pakaian [[celana hitam]], [[kain]], [[ikat pinggang]], [[kaos tangan]] warna putih, baju putih lengan panjang, lengkap dengan aksesori pangkat, topi pet, dan [[kacamata]] hitam. Ragam gerak para [[prajurit]] itu dikembangkan menjadi suatu pola tari yang mempunyai [[simbol]] dan [[makna]]. Sehingga, walaupun sesederha, ragam gerak tersebut memberikan aksen-aksen semakin dinamis. [[Pola lantai]]<nowiki/>nya pun dikembangkan tidak lagi sejajar dan berbaris, tetapi bisa menjadi diagonal, lingkaran, pecah, dan rakit. Kebutuhan p[[properti|roperti]], meliputi senapan yang terbuat dari kayu yang bisa dibawa dan diputar, serta bisa memberi kesan tembakan seperti senapan yang utuh. Sedangkan untuk perlengkapan alat musiknya antara lain, [[Kendhang|kendang]], [[bedug]], [[rebana]], dan perkembangannya memakai [[Drumset|''drumset'']]. Dengan diiringi rampak tetabuhan musik ''hadrah'' yang bernuansa Islami. Alunannya terdengar lirih,
|