Joesoef Ronodipoero: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 30:
Pada tahun 1942, [[Hindia Belanda]] dikalahkan oleh Tentara ''Dai Nippon'' ([[Tentara Kekaisaran Jepang]]) dan Tentara [[KNIL]] menyerah. Sejak itu Hindia Belanda bubar dan administrasi [[Kerajaan Belanda]] keluar dari Nusantara. Yusuf Ronodipuro sendiri sejak tahun 1943 bekerja sebagai [[wartawan]] radio militer Jepang di Jakarta, yang disebut ''[[Hoso Kyoku]]''. Radio ini dipimpin oleh personil Tentara Jepang, yaitu Letkol [[Tomo Bachi]], sedangkan wakilnya adalah orang Indonesia bernama [[Utoyo Ramlan]]. Pemimpin redaksinya adalah [[Bahtar Loebis]], kakak dari sastrawan dan wartawan [[Mochtar Loebis]]. Mochtar Loebis kala itu juga sering dipercaya untuk membawakan siaran mancanegara di Radio ''Hoso Kyoku''.
 
Datangnya hari kemerdekaan Indonesia sama sekali tidak terduga. Jepang dijatuhi [[bom atom]] oleh [[Amerika Serikat]], yaitu di [[Hiroshima]] pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]], kemudian di [[Nagasaki]] tanggal [[9 Agustus]] 1945. Jepang kemudian menyerah tanpa syarat pada [[Tentara Sekutu]], namuntetapi berita ini belum sampai ke khalayak umum Indonesia, karena saat itu jumlah pendengar radio Indonesia sangat jarang.
 
Saat Ronodipuro bekerja di Radio ''Hoso Kyoku'', dia sendiri belum mendengar kabar tersebut. Tiba-tiba siaran luar negeri Radio ''Hoso Kyoku'' ditutup entah kenapa. Mochtar Loebis yang dipercaya menangani pemberitaan mancanegara kemudian membisiki Yusuf bahwa Tentara Kekaisaran Jepang telah menyerah pada Tentara Sekutu. Didorong semangat profesi wartawannya, Yusuf berangkat ke markas perkumpulan pemuda "[[Menteng 31]]", markas berkumpulnya pejuang muda Indonesia kala itu.
Baris 39:
Jumat pagi pukul 10.00 tanggal [[17 Agustus]] [[1945]], [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Proklamasi Kemerdekaan]] dibacakan oleh [[Soekarno]] di Jalan Pegangsaan Timur 56. Ronodipuro sendiri saat itu tidak mendengar kabar tersebut, karena para staf ''Hoso Kyoku'' sejak hari Rabu sebelumnya sudah tidak diizinkan untuk masuk atau keluar stasiun radio tersebut, semuanya ada di dalam. Mendadak seorang bernama Syahrudin mencari Ronodipuro dan memberikan selembar surat pendek dari [[Adam Malik]] yang berisi naskah proklamasi.
 
Ronodipuro tidak mengerti bagaimana Syahrudin bisa masuk gedung stasiun radio yang sekarang ada di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 ini, karena kala itu dijaga ketat oleh Kempetai. Saat akan menyiarkan berita tersebut, Ronodipuro juga bingung karena semua ruang studio siaran dijaga oleh Kempetai, namuntetapi dia mengingat bahwa studio siaran manca negara sudah tidak digunakan. Namun, ruangan ini tidak tersambung dengan pemancar. Ronodipuro kemudian menanyakan kepada bagian teknis, dan mendapat gagasan untuk mengubah pengaturan kabel stasiun radio, sehingga kabel pemancar siaran dalam negeri tersambung dengan pemancar manca negara, sehingga saat siaran, di studio akan terlihat dan terdengar layaknya siaran biasa.
 
Setelah semuanya siap, pada pukul 19.00, Yusuf Ronodipuro yang kala itu berusia 26 tahun, membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia lewat siaran manca negara ke seluruh dunia. Setelah kira-kira 20 menit, dia juga membacakan naskah tersebut dalam [[Bahasa Inggris]], sehingga radio-radio internasional seperti [[BBC]] [[London]], Radio [[Amerika]], [[Singapura]] dan lainnya bisa mengerti maksud siaran tersebut dan meneruskannya, sehingga seluruh dunia mendengar kabar tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia ini. Aksi berani Ronodipuro ini kemudian diketahui oleh Tentara Kekaisaran Jepang, karena siaran tersebut akhirnya juga ditangkap oleh radio di negeri [[Jepang]]. Seluruh staf ''Hoso Kyoku'' yang terlibat dalam aksi ini dikenai hukuman disipliner berupa siksaan fisik oleh tentara Jepang.