Buruan, Blahbatuh, Gianyar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib)
LaninBot (bicara | kontrib)
k Menghilangkan spasi sebelum tanda koma dan tanda titik dua
Baris 37:
Melalui proses yang panjang, terjadilah pemukiman dengan pola menetap. Karena penduduk semakin banyak dan tempat memenuhi kebutuhan hidup sudah ada serta terdorong oleh persamaan nasib dan penderitaan berdirilah ''pekraman'' yang berangsur-angsur mempunyai pura ''parahyangan'' (kahyangan tiga). Pekuburannya terletak di sebelah selatan Pura Dalem Buruan. Kemudian terjadi lagi perpindahan penduduk dari desa Bedahulu (penyungsung Pura Samuan Tiga) bermukim disebelah selatan desa. Disana mendirikan pemujaan berbentuk [[Lingga (arca)|Lingga]] dan Yoni, Ratu Panji dan lain-lain. Ditempat mendirikan pemujaan prahyangan itu ada pohon ''embacang'' (pakel) yang besar. Sehingga parhyangan itu disebut '''Pura Penataran Batan Pakel'''. Sedangkan wilayah pemukiman penyungsungnya disebut '''Hyang Angga Yoni''' atau Yangloni.
 
Beberapa puluh tahun kemudian, saat keturunan I Gusti Ngurah Jelantik sudah menetap di Blahbatuh dan memegang kekuasaan, beliau berunding dengan Ida I Dewa Pemayun di Puri Agung Blahbatuh untuk meminta salah seorang putranya memimpin desa Buruan (sebagai ''pacek''- Kepala Desa), maka disetujuilah salah seorang putranya menjadi pacek di Buruan yang kemudian disebut sebagai ''I Dewa Buruan saha iringan panjak'' dari Blahbatuh dan tombak pusaka ''luk telu''. Mulailah pekraman itu ditata lebih baik untuk memperkuat kedudukan I Gusti Ngurah Jelantik disebelah utara dibentuklah prajurit yang disebut ''bekelan'' yaitu :
* ''Bekelan Teruna'' (pasukan tempur pelopor) diberi bagian tanah ''awinih sibak'' (kurang lebih 25 are).
* ''Bekelan Senapang'' (pasukan bedil) diberi tanah ''awinih tenah'' (kurang lebih 36 are).