Tonny Koeswoyo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 98:
Bersama adiknya Yon, ditambah Totok AR dan Murry (Kasmuri), ia membentuk group [[musik]] baru yang diberi nama sementara '''FREE AND PEACE'''. Nama itu tak bertahan lama. Kemudian ia pun terinspirasi dengan sebuah merek obat batuk kala itu '''APC PLUS''' . Hingga akhirnya Tonny pun memilih nama [[Koes Plus]] untuk nama Group band barunya ini dengan formasi awalnya terdiri dari Tonny, Yon, Totok AR, dan Murry. Maestro [[musik]] yang bernama asli Koestono ini seperti mendapat [[energi]] baru dengan masuknya Murry, sehingga kreatifitasnya tidak terbendung dengan menampilkan irama musik yang lebih bervariasi. Formasi ini mencoba merilis album untuk Koes Plus pada tahun 1969, meski tertatih-tatih karena belum belum dikenal dan sebagian alat musiknya pun terpaksa disewa dari luar.
 
Koes Plus mulai resmi muncul pada tahun 1969 lewat debut album Volume I ''Dheg Dheg Plas'' yang dirilis Dick Tamimi bersama label '''Dimita/Mesra'''. Begitu dibentuk, Koes Plus tidak langsung mendapat simpati dari pecinta musik Indonesia. Piringan hitam album pertamanya sempat ditolak beberapa toko kaset. Mereka bahkan mentertawakan lagu “Kelelawar” yang sebenarnya asyik itu. Hal itu membuat sebagian personel goyah, namuntetapi tidak bagi Tonny.
 
Murry sempat ngambek dan pergi ke [[Jember]], Jawa Timur sambil membagi-bagikan piringan hitam albumnya secara gratis pada teman-temannya. Dia bekerja di pabrik gula sambil bermain band bersama [[Gombloh]] dalam grup musik [[Lemon Tree's Anno '69|Lemon Trees]]. Tonny kemudian menyusul Murry ke Jember untuk diajak kembali ke Jakarta. Baru setelah lagu “Kelelawar” diputar di RRI, orang lalu mencari-cari album pertama Koes Plus. Beberapa waktu kemudian lewat lagu-lagunya ''“Derita”'', ''“Kembali ke Jakarta”'', ''“Malam Ini”'', ''“Bunga di Tepi Jalan”'' hingga lagu ''“Cinta Buta”'', Koes Plus mulai mendominasi musik Indonesia waktu itu di tangga musik radio.
Baris 144:
Tidak hanya tema [[cinta]] yang diusung oleh Tony Koeswoyo, tetapi merambah pada tema Ke-[[Tuhan]]-an, tema [[Nasionalisme]], [[Keindahan]] [[Alam]], dan lain-lain.
 
Kelebihan Koes Bersaudara pada saat itu ada pada diri Tonny Koeswoyo. Ia meramu musik Koes Bersaudara dengan resep ''Simple is beautiful'' - Sederhana itu indah. Walaupun pada waktu itu sempat menimbulkan pendapat miring bagi pengamat [[musik]], konsep mencipta [[lagu]] yang berlirik sederhana, dan ''easy listening'', menjadikan lagu [[Koes Bersaudara]] dan [[Koes Plus]] bertahan hingga 6 [[dasawarsa]], dan tidak mustahil menjadi "[[lagu]] rakyat" sepanjang masa. Ia juga menciptakan lirik yag indah serta penuh makna dengan gaya [[bahasa]] yang sederhana, komunikatif, namuntetapi penuh arti. Koes Bersaudara banyak menggunakan syair yang memiliki ritme (sajak persamaan bunyi) sehingga enak dibaca dan didengarkan. Hal itu juga dipengaruhi oleh kesukaannya membaca buku-buku sastra karya [[Chairil Anwar]] dan [[Yasunari Kawabata]]. Tak hanya itu, Tonny sebagai otak Koes Bersaudara tidak meninggalkan faktor ''metre'' (banyaknya kata dalam satu baris) dan harus tepat tekanan kata pada birama, serta notasi lagu harus sesuai dengan arti kata syair tertentu.
 
Untuk mempertahankan originalitas lagu dan musik Koes Bersaudara, pada mulanya Tonny melarang adik adiknya membuat lagu. Meski ia kemudian berubah pikiran dengan mendorong adik-adiknya ikut menciptakan lagu untuk band mereka. Ia juga sempat melarang Nomo Koeswoyo (drummer) belajar memukul drum kepada [[Domingo Roda]] di [[Kemayoran]] yang gaya bermainnya tidak sesuai dengan konsep bermusik Tonny. Kedisiplinan, ketelatenan, dan keoptimisan Tonny Koeswoyo mengasah talenta adik-adiknya bermusik dan bernyanyi menghasilkan kesuksesan show Koes Bersaudara. Hal tersebut berlanjut pada masa Koes Plus, Lagu-lagu mereka benar-benar enak didengar dan bermutu, menjadi sesuatu yang akrab di telinga pencinta musik tanah air, menjadi lagu yang sering diputar dalam siaran radio dan banyak dinyanyikan dalam berbagai acara pesta.
Baris 154:
 
== Kehidupan pribadi dan sosial ==
Meski telah memutuskan untuk hidup dari musik, namuntetapi Tonny tetap berusaha memenuhi harapan kedua orang tuanya untuk meneruskan sekolah hingga sampai ke Perguruan Tinggi. Pendidikan terakhir yang sempat ditempuhnya adalah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta [[IKIP Jakarta]] (sekarang [[UNJ]]) jurusan [[Sastra Inggris]] namun tidak selesai meski sudah tingkat persiapan. Di tempat kuliah, ia rajin mengikuti berbagai kegiatan kesenian mahasiswa yang diadakan di kampusnya. Dalam situasi negara yang sedang mengalami krisis politik berat di era [[Orde Lama]], ia pun sempat ikut aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan. Ia aktif dalam organisasi (Himpunan Mahasiwa Islam) ([[HMI]]) dan Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia ([[GMNI]]). Di sana terlihat jelas 2 sisi pribadinya yang kuat yaitu unsur religiusitas dan nasionalisme.
 
Jiwa nasionalisme yang kuat tercermin dari seri lagu Nusantara 1-8 yang terdapat dalam beberapa album Koes Plus. Bersama Koes Plus, Tonny pernah pernah menjalankan misi rahasia dengan Pemerintah [[Orde Lama]] dalam rangka Operasi Ganyang Malaysia. Begitu pula dengan Pemerintahan [[Orde Baru]], dengan bermain di Bandara [[Dili]], [[Timor Timur]] menjelang masuknya tentara Indonesia ke wilayah bekas jajahan [[Portugis]] tersebut pada 1975. Dalam rangka “proyek politik” ini, lahir lagu semacam ''Diana'' (lagu itu bercerita mengenai putri petani, bernama Diana ~ Diana adalah nama yang tidak umum untuk petani di Jawa.) Selain itu juga lagu ''Da Silva'' yang terlihat jelas unsur Latinnya.
 
Tonny sempat bekerja pada instansi Perkebunan Negara, namuntetapi tidak lama. Ia mengundurkan diri dari pekerjaannya untuk fokus pada musik saat ditantang untuk menciptakan lagu sendiri sebagai syarat untuk masuk dapur rekaman. Di dalam kesuksesannya bermusik, ia pun tak melupakan jasa abangnya Jon Koeswoyo. Tonny dan adik-adiknya kerap membantu kehidupan keluarga sang abang dengan menyisihkan sebagian penghasilan mereka.
 
Tonny menikah dua kali. Pertama ia menikah dengan '''Astrid Tobing''', seorang wanita berdarah [[Tapanuli Selatan]] asal [[Sumatra Barat]]. Namun pernikahan ini berujung perceraian. Dari Pernikahan ini Tonny memperoleh 3 orang anak '''Ken Angelina''', '''Eki Diparamita''', dan '''Damon Wicaksi Wangsa'''. Damon ('''Damon Koeswoyo''') mengikuti jejak Tonnya sebagai gitaris dan sempat memperkuat grup Koes Plus formasi baru pada tahun 1994. Selanjutnya Damon membentuk kelompok '''Dadakoe''' bersama saudara sepupunya, '''[[David Koeswoyo]]''', putera Yon Koeswoyo.