Arsyad Thawil al-Bantani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Palladin911 (bicara | kontrib) update transklusi templat |
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
||
Baris 100:
== Hubungan dekat dengan Syekh Nawawi ==
Selama lima tahun (dari 1868 - 1873), Arsyad adalah murid dari ulama Mekkah yang juga berasal dari [[Banten]], Syekh [[Nawawi al-Bantani]].<ref name=:'Pratiwi' /> Suatu hari, Syekh Nawawi mengirimkan karyanya berupa naskah buku ([[kitab]]) kepada ulama [[Mesir]],
Kedatangan ulama [[Banten]] tersebut disambut baik oleh ulama [[Mesir]] meskipun tanpa upacara. Di hadapan ulama Mesir, Arsyad yang bersandiwara menjadi Syekh Nawawi pun duduk di atas kursi, sedangkan Syekh Nawawi duduk di bawah sebagai pengawalnya. Banyak pertanyaan diajukan oleh ulama Mesir yang tidak mudah untuk dijawab oleh sembarang ulama. Sebagai Syekh Nawawi, Arsyad pun mempersilakan pengawalnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Semua masalah dan pertanyaan dijawab dengan memuaskan oleh Syekh Nawawi yang bertindak sebagai pengawal Arsyad. Para ulama Mesir pun kagum mendengar jawaban memuaskan tersebut, hingga mereka berpikir bahwa pengawalnya saja sudah sedemikian hebat, apalagi yang dikawal, pastinya akan lebih hebat lagi.<ref name=:'Banten pos' />{{sfn|Effendi, 1983|p=212}}
Baris 121:
=== Di tempat pengasingan ===
Setelah kalah dalam [[Geger Cilegon 1888|Perang Cilegon]] tahun 1888, Arsyad ditangkap bersama 100 pejuang lain yang terlibat dalam pertempuran tersebut. Dia dipenjara di [[Serang]], lalu dipindahkan ke [[Batavia]]. Saat dipenjara di Batavia inilah Snouck Hurgronje menemuinya,
Arsyad aktif mengajar masyarakat di tempat pengasingannya, Manado. Ia mengajar di bidang ilmu pengetahuan Islam, di antaranya adalah [[fikih]], [[Ilmu nahwu|nahwu]]-[[Saraf (linguistik)|sharaf]], [[tasawuf]], [[hadis]] dan lain-lain. Tidak kurang ratusan ulama dari Manado, [[Gorontalo]], [[Ambon]], [[Ternate]], [[Kabupaten Poso]], [[Kabupaten Tolitoli]], [[Kabupaten Donggala]], dan daerah lainnya belajar kepada Arsyad. Dia juga dikenal sebagai salah satu penyebar agama Islam ke wilayah [[Kekristenan di Indonesia|mayoritas Kristen di Indonesia]]. Bahkan, dia menikahi anak seorang pendeta yang telah masuk Islam, bernama Magdalena Runtu.<ref name=:'Cilegon' />
|