Curug Cipendok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Herudianto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 57:
Dari jalan raya Cilongok menuju lokasi berjarak 8 km dengan kondisi jalan naik dan berkelok, tetapi aspalnya sudah halus. Di sekitar lokasi ''Curug Cipendok'', ada juga wisata telaga yang sungguh menakjubkan yakni Telaga Pucung. Telaga setempat dikelilingi oleh hutan pinus dan damar, sehingga sangat cocok untuk camping ground.
 
Bagi yang tidak mempunyai kendaraan pribadi ataupun ingin mengunjungi kawasan Curug Cipendok tanpa menggunakan kendaraan pribadi, dapat memanfaatkan angkutan umum (Koperades). Angkutan umum ini mempunyai trayek jalur [[Ajibarang]] - Losari - [[Kalisari, Cilongok, Banyumas|Kalisari]] - [[Karangtengah, Cilongok, Banyumas|KarangTengah]] - Lebaksiu - Curug [[Cipendok]]. Pada hari biasa Koperades ini biasanya hanya melayani rute Ajibarang - Losari - Lebaksiu (KarangTengah), namuntetapi bisa disewa (dicarter) untuk membawa pelancong yang ingin menuju Curug Cipendok. Biasanya untuk para pelancong yang ingin menyewa Koperades, bisa mencari di pertigaan Losari [[Karanglo, Cilongok, Banyumas|(desa KarangLo)]].
 
Antara Curug Cipendok dengan tempat parkir mobil masih tersisa sekitar 500 meter. Namun jangan khawatir, perjalanan 500 meter jalan dari pintu masuk menuju curug tidak bakal membuat bosan. Justru sebaliknya, perjalanan tersebut membuat pengunjung dibawa memasuki alam yang masih asri. Dengan jalan yang naik turun, wisatawan yang datang akan disambut dengan suara-suara serangga khas hutan tropis.
Baris 107:
Nama Curug Cipendok bermula dari legenda yang masih berkaitan dengan sejarah Perang Diponegoro. Perang ini merupakan perang lima tahun (1825-1830) antara Pangeran Diponegoro melawan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Perang yang dimenangkan Belanda itu membuat seluruh wilayah kerajaan Surakarta termasuk wilayah Dulangmas, meliputi Kedu, Magelang, Banyumas berada di bawah kekuasaan pemerintahan kolonial. Perjanjian tersebut tertuang dalam perjanjian Dulangmas.<ref>[https://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-tengah/curug-cipendok---karang-tengah---banyumas Curug Cipendok - Banyumas]</ref>
 
Salah satu wilayah Banyumas, yaitu Ajibarang, saat itu dipimpin oleh seorang Wedana Priangan timur bernama Raden Ranusentika. Pada saat itu diberi tugas untuk melakukan kerja rodi, berupa pembukaan hutan belantara di sekitar lereng Gunung Slamet untuk dijadikan area perkebunan. Sudah delapan bulan lamanya dia memimpin pembukaan hutan di lereng Gunung Slamet, namuntetapi belum juga mendapatkan hasil. Senantiasa terjadi keanehan, pada saat pohon-pohon selesai ditebang, esoknya tumbuh lagi seperti semula. Seolah-olah seperti belum pernah ditebang sama sekali. Kejadian ini terjadi berulang-ulang, sehingga membuat bingung dan pusing Raden Ranusentika.
 
Karena baru kali ini menemukan permasalahan yang aneh, maka kemudian Raden Ranusentika berdoa dan bermohon kepada Tuhan dengan cara bertapa beberapa saat. Karena merasa belum mendapat petunjuk juga, dia kemudian menyudahi bertapanya. Sembari mengusir kegundahan dan mencari jalan keluar, Raden Ranusentika pergi memancing ikan di dekat air terjun. Di tengah-tengahnya memancing, tiba-tiba dia merasa kailnya seperti ditarik-tarik oleh ikan yang besar, sampai-sampai gagang pancingnya melengkung.