Kepausan Avignon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ridwanong (bicara | kontrib)
Ridwanong (bicara | kontrib)
Baris 47:
Saat Sri Paus sedang mempersiapkan surat resmi yang akan mengucilkan Raja Perancis dan Perancis, dan akan memecat semua rohaniwan di Perancis, [[William Nogaret]], kritikus paling tajam terhadap tahta kepausan di lingkaran penguasa Perancis, memimpin sebuah delegasi ke Roma dengan perintah Raja Perancis yang sengaja dibuat tidak mengikat untuk membawa Sri Paus, bila perlu dengan paksa, ke sebuah pengadilan untuk memutuskan semua tuduhan terhadapnya. Nogaret bekerja sama dengan para kardinal dari Keluarga Colonna, yang sejak lama merupakan musuh-musuh [[Paus Bonifasius VIII]], yang pernah diancam akan diserbu oleh Sri Paus pada awal-awal masa kepemimpinannya. Pada tahun 1303 tentara-tentara Perancis dan Italia menyerang Sri Paus di Anagni, kota asalnya, dan berhasil menangkapnya. Ia dibebaskan oleh para penduduk Anagni tiga hari kemudian. Namun, akibat usianya yang sudah lanjut (86 tahun) dan kondisinya yang tercabik-cabik akibat serangan fisik terhadap dirinya, [[Paus Bonifasius VIII]] meninggal dunia beberapa minggu setelah kejadian ini.
 
=== Masa Kerja Sama dengan Raja Perancis ===
Wafatnya [[Paus Bonifasius VIII]] menyebabkan tahta kepausan kehilangan politisi yang paling handalnya yang mampu bertahan melawan kekuatan sekuler Raja Perancis. Setelah masa damai di bawah kepemimpinan [[Paus Benediktus XI]] (1303-1304), [[Paus Klemens V]] (1305-1314) terpilih menjadi Sri Paus. Ia dilahirkan di Perancis bagian selatan (Gascony), tapi tidak memiliki hubungan langsung dengan para bangsawan Perancis. Ia berhutang budi pada para rohaniwan Perancis atas terpilihnya dia menjadi Sri Paus. Ia tidak menyetujui pindah kembali ke Roma dan mendirikan istananya di Avignon.
 
Dalam situasi ketergantungan terhadap tetangga-tetangga yang berkuasa di Perancis, tiga prinsip utama menjadi strategi politis [[Paus Klemens V]]: penindasan terhadap gerakan-gerakan sesat (seperti aliran Kathar di Perancis bagian selatan); reorganisasi administrasi internal gereja; dan usaha-usaha pelestarian citra gereja sebagai alat tunggal Tuhan di bumi. Prinsip ketiganya itu langsung ditentang oleh Raja [[Philippe IV]] ketika ia mendorong sebuah pengadilan malawan mantan musuhnya, [[Paus Bonifasius VIII]], atas tuduhan ajaran sesat. Memberikan pengaruh yang kuat pada Asosiasi para Kardinal, hal ini bisa menjadi sebuah pukulan yang telak pada kekuasaan gereja. Dan sebagian besar politik dari Paus Klemens V memang dirancang untuk menghindari pukulan politis seperti itu, yang pada akhirnya ia memang berhasil mengelakkannya. Namun, harga yang dibayar untuk hal ini sangat banyak. Salah satunya, meski secara pribadi sangat ragu, pada akhirnya Sri Paus mendorong diambilnya tindakan-tindakan terhadap Ksatria Templar, dan ia secara pribadi memutuskan untuk menindas organisasi tersebut.
 
Salah satu masalah penting di masa kepemimpinan [[Paus Yohanes XXII]] (terlahir Jacques Dueze di Cahors, dan sebelumnya adalah Kardinal Avignon), adalah konfliknya dengan Kaisar [[Louis IV]] dari [[Kekaisaran Romawi Suci]]. Sang kaisar menolak hak Sri Paus untuk mengangkat seorang kaisar dengan meletakkan mahkota di atas kepalanya. Ia menggunakan taktik yang mirip dengan apa yang dipakai oleh Raja Perancis Philippe sebelumnya dan memerintahkan para bangsawan Jerman untuk mendukung keputusannya. Marsilius dari Padua memberikan pembenaran terhadap supremasi sekuler di atas wilayah Kekaisaran Romawi Suci. Konflik dengan sang kaisar ini, yang seirngkali menyebabkan perang-perang yang mahal, membawa tahta kepausan semakin ke dalam tangan kekuasaan Raja Perancis.
<!--
 
[[Paus Benediktus XII]] (1334-1342), terlahir Jacques Fournier di Pamiers, sebelumnya aktif dalam gerakan inkuisisi melawan gerakan Kathar. Tidak seperti gambaran kejam dalam gerakan inkuisisi pada umumnya, ia diceritakan sangat hati-hati dalam berhubungan dengan orang-orang yang diperiksa, mengambil banyak waktu dalam proses pemeriksaan mereka. Keinginannya untuk membuat Perancis bagian selatan yang damai juga menjadi motivasinya untuk menengahi konflik antara Raja Perancis dan Raja Inggris sebelum pecahnya [[Perang Seratus Tahun]].
Add something about the Cathar movement; maybe in background section check out Ladurie, E. le Roi. Montaillou, Catholics and Cathars in a French Village, 1294-1324, trans. B. Bray, 1978. Also published as Montaillou : The Promised Land of Error. Benedict XII's reports were used for this book.
 
=== Masa Tunduk pada Raja Perancis ===
One important issue during the Papacy of [[John XXII]] (born Jaques Dueze in [[Cahors]], and previously Archbishop in Avignon), was his conflict with [[Louis IV, Holy Roman Emperor]]. The latter refuted the right of the pope to install the Emperor by coronation. He resorted to a similar tactic as King of France Philippe earlier and summoned the nobles of Germany to back his decision. [[Marsilius of Padua]] gave the justification of this secular supremacy over the lands in the [[Holy Roman Empire]]. This conflict with the Emperor, often fought out in expensive wars, drove the Papacy even more into the arms of the French king.
 
Pope [[Benedict XII]] (1334-1342), born Jaques Fournier in Pamiers, was previously active in the inquisition against the [[Cathar]] movement. In contrast to the rather bloody picture of the [[inquisition]] in general, he was reported to be very careful about the souls of the examined, taking a lot of time in the proceedings. His interest in pacifying southern France was also motivation for mediating between the king of France and the King of England, before the outbreak of the [[Hundred Years War]].
 
<!--
=== Submission ===