Erik Erikson: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k perbaiki
LaninBot (bicara | kontrib)
k orangtua → orang tua
Baris 33:
Erikson lahir di Frankurt Jerman pada [[tanggal]] 15 Juni 1902. Ayahnya adalah seorang kebangsaan Denmark yang tidak dikenal namanya dan ibunya, Karla Abrhamsen, adalah wanita Yahudi. Orang tuanya berpisah sebelum Erik lahir. Ibunya, Karla kemudian menikah dengan Dr. Theodore Homburger, lalu pindah ke Karlsruhe, Jerman Selatan.
 
Erikson menyelesaikan pendidikan di Gymnasium. Pada usia 25 tahun ia diundang untuk mengajar di sebuah sekolah swasta di Wina. Erikson menjadi begitu tertarik pada pendidikan anak-anak. Erikson akhirnya memilih kesenian, karena ia memiliki bakat dan minat di bidang itu. Pada masa hidupnya ini (Erikson pada waktu itu berusia 25 tahun) terjadilah sesuatu yang membuatnya berubah secara drastis. Ia diundang untuk mengajar pada suatu sekolah swasta kecil, di Wina. Sekolah ini dibangun sebagai tempat mendidik anak anak, sementara mereka dan (atau) orangtuaorang tua mereka menjalani psikoanalisis. Sekolah itu progresif dan para guru serta murid diberi kebebasan penuh dalam mengembangkan kurikulum. Erikson menjadi begitu tertarik pada pendidikan anak anak sehingga ia mengikuti dan tamat dari sekolah pendidikan guru yang menerapkan metode Montessori. Metode Montessori menekankan perkembangan inisiatif anak sendiri melalui permainan dan pekerjaan. Pengalaman ini memiliki pengaruh yang tidak pernah hilang dalam diri Erikson. Pengaruh lain yang lebih dalam ialah perkenalannya yang tak teralakan dengan psikoanalisis ialah ia berkenalan dengan perkumpulan Freud, mengikuti pendidikan pbeliau dengan konsep psikoanalisis di bawah bimbingan Anna Freud, mempelajari psikoloanalisis di Institut Psikoanalisis di Wina, dan tamat dari sana pada tahun 1933. Bisa dikatakan, ia telah menemukan identitas profesinya.
 
Reputasi Erikson hampir seluruhnya berasal dari uraiannya tentang perkembangan psikososial sepanjang masa kehidupan, dari masa bayi sampai masa tua, terutama konsep-konsepnya tentang identitas dan krisis identitas. Pada umumnya para psikolog lebih menyukai tahap Erikson daripada tahap psikoseksual Freud. Mereka berpendapat bahwa Erikson telah memberikan sumbangan untuk perkembangan kepribadian, setara dengan apa yang telah dilakukan Piaget tentang perkembangan intelektual. Erikson juga dikagumi karena observasinya yang tajam dan inteprestasinya yang peka dan perasaan kasihnya dalam terhadap segala sesuatu yang bersifat manusiawi.
Baris 81:
==== 4. Kerajinan vs. Inferioritas ====
 
Pada tahap ini, anak harus belajar mengontrol imjinasinya yang sangat kaya, dan mulai menempuh pendidikan formal. Bahaya dari tahap ini ialah anak bisa mengembangkan perasaan rendah diri apabila ia tidak berhasil menguasai tugas-tugas yang dipilihnya atau yang diberikan oleh guru dan orangtuaorang tua.
 
Nilai kompetensi muncul pada tahap kerajinan ini. Rasa kompetensi dicapai dengan menerjunkan diri pada pekerjaan dan penyelesaian tugas, yang pada akhirnya mengembangkan kecakapan kerja.