Hak-hakan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 3:
Berawal dari sebuah dusun yang ditempati beberapa keluarga memiliki masalah dengan keberadaan air selama mereka bercocok tanam. Mereka pun mengadakan [[musyawarah]] dan mencari sumber air hingga ke daerah Muncar. Sumber air yang ditemukan diberi nama sumber ''buda'', yaitu sumber air yang dibuat saluran menuju daerah mereka. Pembuatan saluran ini tidak semudah yang dibayangkan. Mereka bekerja keras meratakan gunung dan tanah miring, menyingkirkan batu besar dan membersihkan pohon yang menghalangi jalur air. Hingga akhirnya air pun dapat dialirkan ke daerah mereka. Saluran tersebut dinamai “Kaliyoso” yang berarti sungai yang dibuat bersama. Tanah [[pertanian]] menjadi subur dan berangsur-angsur daerah tersebut menjadi [[Kampung|perkampungan]] yang ramai. [[Kampung|Perkampungan]] ini akhirnya dinamai juga “Kaliyoso” sama seperti saluran air yang dibuat<ref>{{Cite book|title=Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2018|last=Penyusun|first=Tim|publisher=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|year=2018|isbn=|location=Jakarta|pages=213-214}}</ref> .
 
Sebagai wujud syukur, mereka merefleksikan kegembiraannya dengan [[tradisi]] ''hak-hakan'' yang dilaksanakan setiap tahun, namun tidak ada ketetapan waktu dalam pelaksanaannya. Biasanya dilaksanakan setelah [[panen]] berakhir<ref name=":0">{{Cite journal|last=Sujarno|first=|date=Desember 2013|title=Tradisi Hak-Hakan di Wonosobo (Salah Satu Sarana Pendidikan Karakter di Masyarakat Pedesaan)|url=http://slims.radenfatah.ac.id/index.php?p=show_detail&id=19532&keywords=|journal=Jantra (Jurnal Sejarah dan Budaya)|volume=Vol. 8, No. 2|issue=|doi=|pmid=|access-date=}}, p. 171</ref>. Adapun tahapan [[tradisi]] ''hak-hakan'' sebagai berikut :
 
# [[Ziarah]]  
Baris 21:
Dalam pementasannya, ada cerita atau [[Sandiwara|lakon]] yang dipentaskan yang dinamakan “Rama Tambak”. Dalam [[Sandiwara|lakon]] ini dalang harus mengerti kemauan dari masyarakat Kaliyoso, yakni musuh-musuh Sri Rama harus bisa dikalahkan bahkan harus mati. Di sini ada kekhawatiran dari kepercayaan masyarakat setempat, yakni jika [[prajurit]] dari [[Kerajaan Alengka|Alengka]] tidak dapat dikalahkan maka bendungan dan selokan yang mereka miliki akan mengalami kerusakan. Pementasan [[wayang]] dimulai pukul 22.00-05.00 WIB. Rangkaian [[tradisi]] ''hak-hakan'' ditutup dengan pengajian yang  bertempat di Masjid Dusun Kaliyoso<ref name=":0" />.
 
[[Tradisi]] ''hak-hakan'' memiliki manfaat yaitu :
 
# Pelestarian lingkungan alam