Kalong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 28:
Kalong hanya memakan [[buah|buah-buahan]], [[bunga]], [[nektar]], dan [[serbuk sari]]; ini menjelaskan mengapa kalong terbatas penyebarannya di wilayah tropis. Kalong memiliki [[mata]] yang besar sehingga mereka dapat melihat dengan baik dalam keadaan kurang cahaya. Indra yang secara utama digunakan untuk navigasi adalah daya penciumannya yang tajam. Kalong tidak mengandalkan diri pada daya pendengaran seperti halnya kelelawar pemakan serangga yang menggunakan [[ekholokasi]]. Kalong sering mencari makanannya sampai jauh, hingga sejauh 40 mil dari tempatnya tidur.
 
Pada umumnya jenis kalong tidur dalam kelompok besar di [[pohon|pohon-pohon]] yang tinggi; pada pohon mati atau pada ranting-ranting yang gundul tak berdaun.<ref name=tim>{{aut|[[Tim Flannery|Flannery, T.]]}}. 1995. ''Mammals of the South-West Pacific & Moluccan Islands'': 184. Chatswood NSW :Reed Books.</ref>
<!--
Di Medan dan di beberapa tempat di Indonesia, kalong dijual untuk makanan yang berkhasiat sebagai obat asma. Dimasak dengan gulai, kalong bisa disantap bersama makanan yang lainnya. Kalong juga tinggal di dalam gua berstalaktit yang sering menjadi tempat kunjungan pencinta alam untuk " caving". Kalong di Jakarta banyak bermunculan di malam hari di pohon pohon Angsana, Akasia, dan pohon pohon besar atau agak besar tetapi tidak diburu dan dijual.
 
Kalong dianggap sebagai obat asma, konon karena dagingnya yang bisa memanaskan badan manusia. Mungkin setelah dimakan dagingnya lebih berasimilasi dengan oksigen sehingga pembakaran tubuh semakin tinggi panasnya dan membuat penderita asma mendapatkan hangat di bagian paru. Kabar lain lagi , kalong dipercaya sebagai obat asma karena kemampuannya hidup di malam hari dimana umumnya penderita asma merasa sesak napas dan alergi dengan udara malam.-->
 
== Status konservasi ==