Karawitan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mrbonbon (bicara | kontrib)
Dikembalikan ke revisi 14075727 oleh MyStori (bicara). (TW)
Tag: Pembatalan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 2:
{{tanpa_referensi|date=2011}}
'''Karawitan''' adalah [[seni suara]] daerah baik [[vokal]] atau [[instrumental]] yang mempunyai klarifikasi dan perkembangan dari daerahnya itu sendiri.
Karawitan di bagi 3, yaitu :
* Karawitan Sekar,
* Karawitan Gending,
Baris 69:
Pembagian Sekar Menurut Bentuk
 
Menurut bentuk ditinjau dari penggunaan irama, karawitan sekar dibagi dua bagian besar yaitu : Sekar Irama Merdeka (bebas irama) dan Sekar Tandak (ajeg, tetap)
 
2.1. Sekar Irama Merdeka
Baris 75:
Yang dimaksud dengan sekar irama merdeka ialah sekar (vokal, nyanyian) yang dalam membawakan lagunya tidak terikat oleh irama. Panjang pendeknya dalam membawakan lagu, terutama pada bagian-bagian frasa lagu (kenongan, goongan) bebas menurut keinginan juru sekar itu sendiri. Walaupun demikian, bukan berarti bahwa kebebasan itu bisa berlanjut panjang tanpa ketukan sama sekali, ketukan masih tetap ada, hanya sifatnya semu yang bersatu dalam ungkapan perasaan pada waktu membawakan lagunya. Para tokoh tembang lebih cenderung menyebutnya dengan istilah wirahma.
 
Lagu-lagu yang dibawakan sekar irama merdeka biasanya bersifat lagu anggana (solo) dengan melodi lagu yang masih bisa dikembangkan oleh pribadi-pribadi penyanyi terutama dalam menghias mamanis-mamanisnya. Mamanis-mamanis itu akan terasa pada senggol-senggol atau pedotan kenongan dan goongan lagu. Dikenal beberapa istilah seperti : Leot, Cacag, Galasar, Reureueus, Gedag dan lain-lain.
 
Materi-materi sekar yang terdapat pada kelompok sekar irama merdeka antara lain: Tembang, Beluk, Kakawen.
Baris 253:
Hanja------kal saumur-umur
 
Contoh tulisan Lagu Tembang :
 
2.1.2. Beluk
Baris 363:
Pada dasarnya lagu-lagu sinden banyak mempergunakan laras salendro. Lagu-lagu ageng yang pertama mereka pelajari kebanyakan lagu lagu ageng yang berlaras salendro. Mungkin hal ini disebabkan oleh beberapa pendapat di kalangan para nayaga yang menyebutkan bahwa salendro merupakan “rajana laras”
 
Satu hal yang tidak bisa dikesampingkan ialah lagu-lagu sindenan selalu diiringi dengan gamelan salendro. Walaupun dalam beberapa hal dibawakan lagu yang tidak berlaras salendro, pirigan (iringan) tetap menggunakan laras salendro dengan mengambil jalur tumbuk. Tumbuk ialah nada-nada yang sama dari laras yang berbeda. Nama-nama lagu sindenan antara lain : Macan Ucul, Senggot, Kulu Kulu Bem, Tablo, Gawil, Kawitan, Badaya, Papalayon Ciamis dan lain sebagainya
 
Contoh tulisan lagu sindenan:
Baris 407:
Lagu-lagunya kebanyakan berirama tandak. Cirri khas dari lagu ketuk tilu adalah dalam iringannya serta melodi lagu yang melengking tinggi dengan warna suar penyanyi wanita yang lincah segar. Keunikan dari penampilan lagu ketuk tilu banyak diwarnai pula dengan kehadiran senggak. Ketuk tilu tanpa senggak rasanya sepi sekali. Keakraban ini telah menjalin suatu warna yang khas yang memberikan warna kemeriahan dan suasana pedesaan (lembur). Senggak adalah suara manusia yang tidak beraturan untuk meramaikan suasana.
 
Laras-laras yang dipergunakan dalam lagu ketuk tilu kebanyakan laras salendro. Sangat sedikit sekali yang mempergunakanlaras pelog atau madenda. Laras salendro dipergunakan pada ketuk tilu, semarak membawa warna pedesaan, di mana lagu-lagu rakyat banyak dihias dengan warna-warna salendro. Lagu-lagu ketuk tilu buhun sampai kini tetap lestari, tetapi dalam perkembangan akhir-akhir ini banyak lagu-lagu ketuk tilu yang diubah larasnya ke dalam laras degung dan sekaligus diiringi gamelan degung. Tentu saja dalam penjiwaannya kurang sesuai karena lingkungan degung dan ketuk tilu jauh berbeda. Tetapi karena beberapa hal, antara lain rumpaka, teknik menyanyikan, surupan sudah sedemikian rupa diolah ke dalam bentuk kawih, maka tidak jarang orang menganggap seolah-olah lagu itu merupakan ciptaan baru. Nama-nama lagu ketuk tilu yang populer dan terkenal sampai sekarang, antara lain : Polostomo, Geboy, Gaya, Cikeruhan, Bardin.
 
Penyanyi ketuk tilu mempunyai keistimewaan tersendiri, yaitu mereka harus bisa bernyanyi sambil menari (panggilannya disebut; Ronggeng). Isi lagu-lagu ketuk tilu banyak mengetengahkan sindiran-sindiran cinta atau pikatan supaya “seseorang” mmberi imbalan materi. Dahulu penyanyi ketuk tilu biasa disebut Ronggeng/Doger. Istilah ini kini jarang dipakai, mungkin karena sebutan itu sendiri sedikit berbau/menyerempet tata susila moral tertentu