Muhammad Sujono: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
NaidNdeso (bicara | kontrib)
NaidNdeso (bicara | kontrib)
Baris 34:
'''[[Marsekal Madya]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) Haji Muhammad Soedjono''', {{lahirmati||8|1|1923||16|8|2010}}, wafat di [[Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto|RSPAD Gatot Subroto]], [[Jakarta]], adalah seorang [[Purnawirawan]] [[Perwira Tinggi]] [[TNI Angkatan Udara]] yang juga merupakan salah satu tokoh pelopor, perintis [[terjun payung]] yang dimiliki [[TNI AU]].
 
== Karir Militer ==

=== Perintis Terjun Payung TNI AU ===
Awal ketertarikan ia ke dunia militer adalah pada saat sekolah di [[AMS]], [[Yogyakarta]]. Ketika kelas tiga, pemuda Soedjono melamar untuk masuk ''Vrijwilling Vliegers Corps'' (VVC) yang merupakan suatu korps Penerbang Sukarela Belanda. Setelah diadakan berbagai tes, akhirnya Soedjono terpilih diantara para pemuda yang lainnya untuk mengikuti pendidikan. Soedjono bersama para calon siswa lainnya berlatih terbang di sekolah tersebut setiap sore hari di daerah Sekip. Pesawat yang digunakan adalah pesawat buatan [[Belanda]] dan pelatihnya tentara ''[[Militaire Luchtvaart van het Koninklijk Nederlands-Indisch Leger|Militaire Lucthvaart]]'' ([[Militaire Luchtvaart van het Koninklijk Nederlands-Indisch Leger|ML]]) [[Belanda]]. [[Belanda|Pemerintah Belanda]] menyadari bahwa disaat mendekati [[Perang Dunia ke-2]] dibutuhkan banyak tenaga penerbang yang akan diterjunkan ke berbagai front pertempuran. Pada saat mendekati [[Perang Dunia ke-2]], ia bersama para pemuda lainnya dimiliterisasi untuk dijadikan tentara wajib militer. ia bersama para siswa lainnya kemudian dibawa ke [[Tasikmalaya]], lalu ke [[Bandung]], kemudian dari Jakarta diungsikan ke [[Australia]] melalui jalur laut. Jadi sebelum tentara pendudukan Jepang masuk ke wilayah [[Hindia Belanda|Hindia-Belanda]], pemuda Soedjono sudah berangkat terlebih dahulu ke [[Australia]]. Sesampainya disana, rupanya timbul berbagai permasalahan baru seperti keterbatasan instruktur penerbang untuk melatih calon-calon penerbang, minimnya persediaan bahan bakar pesawat dan permasalahan lainnya. Dari permasalahan yang ada pemerintah [[Belanda]] kemudian membuat kebijakan yaitu para calon penerbang tersebut diberangkatkan ke [[Amerika Serikat]] untuk berlatih terbang. Dari [[Amerika Serikat]], Soedjono kemudian dikembalikan lagi ke [[Australia]] untuk dilatih di ''Jungle Warfare Training Camp'' di [[Queensland]] sebelum diberangkatkan ke front pertempuran di [[Biak]]. Satu tahun di front pertempuran [[Biak]], ia lalu mendapat istirahat di kota [[Melbourne]] lalu ke [[Brisbane]], [[Australia]]. Sebelum berangkat lagi ke front pertempuran, pada pertengahan bulan [[September]] [[1945]], ia mendengar berita bahwa [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] telah dikumandangkan pada tanggal [[17 Agustus]] [[1945]]. Untuk itu ia mencari informasi ke berbagai sumber untuk mendapat keterangan mengenai kondisi terakhir di [[Indonesia]].<ref>[https://tni-au.mil.id/content/pioner-terjun-payung-indonesia "PIONER TERJUN PAYUNG INDONESIA"]</ref>
 
Soedjono dengan berbagai cara, akhirnya tiba dengan selamat di tanah air, pesawat yang ditumpangi mendarat dengan selamat di [[Bandar Udara Internasional Kemayoran|Lapangan Udara Kemayoran]] pada tanggal [[5 Oktober]] [[1945]]. Tiba di tanah air, Soedjono melihat masih banyak tentara [[Jepang]] yang berkeliaran. Bersama Bapak [[Halim Perdanakusuma]] dan Bapak Roeslanoedanoeroesamsi berusaha mencari kontak dengan para pemuda untuk bisa sampai ke kota [[Yogyakarta]]. Pada saat tiba di [[Bandar Udara Internasional Kemayoran|Lapangan Udara Kemayoran]], ia masih mengenakan seragam [[Belanda]], dengan memakai topi pet, membawa pistol sehingga membuat orang-orang pribumi segan, malah cenderung takut untuk didekati kalau ditanya informasi seputar keadaan di tanah air. Akhirnya dengan pertolongan beberapa tokoh pejuang ia bisa berangkat ke [[Yogyakarta]] melalui [[Stasiun Manggarai]]. Sebelum berangkat ia dipesan oleh Dr. Kuswolodigo agar jangan bertanya macam-macam karena tentara dan mata-mata [[Belanda]] ada dimana-mana, di samping itu juga agar tidak menimbulkan kecurigaan pihak [[Belanda]] tentang keberadaan mereka. Sesampainya di [[Yogyakarta]], ia menginap di rumah orang tua Bapak Roeslanoedanoeroesamsi yaitu Bapak Brontodiningrat. Kemudian ia menghubungi orang-orang di KNI pusat dan Polisi. Polisi datang ke tempat Soedjono menginap di rumah orang tua Bapak Roeslan. Tindakan polisi selanjutnya bukan membantu apa yang diminta Soedjono tetapi justru menahannya mungkin karena kesalah pahaman. Setelah ditahan kemudian atas pertolongan temannya yang bernama Umar Slamet ia dibebaskan.
 
=== Bergabung AURI ===
Setelah itu pemuda Soedjono mulai memasuki kancah revolusi dengan secara resmi masuk ke [[AURI]] tanggal [[1 April]] [[1946]] dengan mendapatkan Nomor Registrasi Prajurit (NRP) 461010. Mengawali karier di [[AURI]] (sekarang [[TNI AU]] dengan pangkat [[Opsir Udara II]] menjabat Perwira Staf Khusus merangkap perwira diperbantukan pada Komandan [[Pangkalan Udara Maguwo]] dengan tugas khusus untuk mengatur pertahanan pangkalan dan disiplin lainya, karena [[Agustinus Adisoetjipto|Komodor Muda Udara A.Adisutjipto]] yang ditunjuk untuk menjabat sebagai Komandan Pangkalan, sibuk mendidik calon-calon penerbang di Sekbang [[Bandar Udara Adi Sucipto|Maguwo]].