Mantri Sakai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ibukota → ibu kota |
k Perubahan kosmetik tanda baca |
||
Baris 7:
Mantri Sakai membawahi beberapa kepala kampung yang disebut Patih (Patis) yang kemudian sebutannya berubah menjadi [[Pambakal]] (Pamakal). Pada masa berikutnya pejabat Mantri Sakai mendapat gelar Kiai Ingabei atau Ngabei, selanjutnya sebutannya berubah menjadi Kiai Demang, sebagian di antaranya para Kiai Demang tersebut gelarnya ditingkatkan menjadi [[Kiai]] [[Tumenggung]] (Tamanggung/Tomonggong). Di antarapara Tumenggung, ada yang mendapat gelar lebih tinggi yaitu [[Raden]] [[Tumenggung]].
Keberadaan Sakai (desa adat) yang sudah ditaklukan oleh [[Lambung Mangkurat]] meliputi wilayah dari [[Tanjung Puting]] sampai [[Tanjung Silat]], diceritakan dalam [[Hikayat Banjar]], (Rass:314) sebagai berikut
''Maka orang piadak ampat puluh hari ampat puluh malam, makan dan minum. Sagala Sakai sama datang
Keterangan
Disebutkan para Mantri Sakai yang datang dari seluruh daerah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yang datang ke ibu kota [[kerajaan Negara Dipa]] yang terletak di sungai Negara/sungai Bahan, berasal dari Daerah Aliran Sungai sebagai berikut:
* Batang Barito = [[sungai Barito]] yang berpusat di [[Barito Utara]]
Baris 37:
=== Ekspedisi Penaklukan Aria Magatsari dan Tumanggung Tatah Jiwa dari Negara Dipa ===
Setiap sakai ditaklukan oleh Aria Magatsari dan Tumanggung Tatah Jiwa atas perintah maharaja Negara Dipa yaitu '''Ampu Jatmaka''' yang bergelar '''Maharaja di Candi'''.
Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan
{{cquote|Kemudian daripada itu maka raja itu menyuruh Aria Magatsari menundukkan batang Tabalung dan batang Balangan dan batang Pitap serta bukitnya. Maka sekalian itu sama tunduk; sama suka hatinya karena bartantu tata perintahnya Aria Magatsari itu. Sekalian menteri-menteri itu sama dibawa Aria Magatsari menghadap maharaja Negara Dipa itu serta persembahannya. Maka kata raja Negara Dipa: "Hai sekalian kamu menteri sakai, engkau kuserahkan pada Aria Magatsari itu memerintah kamu. Maka pada tiap-tiap musim jangan kamu menanti dimudiki, kamu hantarkan sendiri upeti kamu. Jangan kamu lalai, niscaya kamu beroleh perintah kesakitan." Maka sembah segala menteri sakai itu: Hamba junjung sabda tuanku itu atas batu kepala patik."
|