Peristiwa Tiga Daerah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Igho (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 36:
 
== Tinjauan ==
Dalam menyajikan karyanya ini, Anton E. Lucas telah mengkombinasikan antara pendekatan strukturalis dan pendekatan individualis, meskipun yang disebutkan pertama lebih dominan terlihat dalam karya ini. Pendekatan struktural memperhatikan masalah kontinuitas dalam sejarah (cf. : Sartono,1986;108-19). Karena itu Anton E. Lucas menjelaskan revolusi yang terjadi di tiga daerah ini, melihat akar-akar kausalitasnya historisnya pada beberapa fenomena kesejarahan yang terjadi pada waktu-waktu yang jauh ke belakang seperti Tanam Paksa, terutama menyangkut dengan faktor perekonomian. Kondisi-kondisi struktur sosio ekonomis masyarakat dideskripsikan sebagai fenomena yang cukup untuk meledakkan suatu gejolak sosial. Dalam melihat gejolak sosial, Lucas menggunakan teori Marxis dari Karl Marx. Ia melihat adanya dua kelompok sosial yang saling bertentangan, yaitu pihak elit birokratis serta para tuan tanah dan orang-orang kaya sebagai kelompok atas dengan rakyat kecil sebagai kelompok bawah. Gaya hidup kedua kelompok ini berbeda sangat tajam. Perbedaan ini pada akhirnya membawa ‘dendam’ dan kebencian yang mendalam, terutama dari golongan bawah di wilayah ini. Keadaan ini memudahkan pihak-pihak tertentu (baca: komunis) untuk memobilisasi massa untuk melakukan gerakan protes. Koalisi pihak komunis dengan rakyat tertindas ini membentuk sebuah wadah perjuangan yang disebut dengan Front Rakyat atau Gabungan Badan Perjuangan Rakyat Tiga Daerah (GBP3D).
Dalam mengemukakan pola kelakuan kolektif dalam situasi revolusi, Lucas menggunakan teori psikologi. Ia menggambarkan gejolak sosial yang penuh kekerasa dan anarkis dengan penjelasan berdasarkan motivasi, sikap dan tindakan kolektif yang dianalisis melalui berbagai faktor prilaku kolektif, seperti kepemimpinan. organisasi, mobilisasi, ideologi dan kondisi sosial. Dalam studinya ini Lucas menggunakan kombinasi sumber tertulis dan sumber lisan. Khusus untuk sumber lisan, ia telah menempuh prosedur sejarah lisan secara mengagumkan. Jumlah informan yang diwawancarai sangat luar biasa yaitu 324 orang yang berasal dari berbagai kelompok sosial, baik yang terlibat dan mengalami langsung peristiwa yang diteliti, maupun yang mengetahui jalannya peristiwa. Klassifikasi informan terdiri dari bekas elit birokrasi, anggota Front Rakyat, kelompok agama, kaum nasionalis, kelompok pemuda, guru serta TKR. Ia telah menyelami lebih jauh bagaimana individu atau kelompok dari berbagai lapisan mengalami sendiri kehidupan mereka dengan pendekatan verstehen seperti yang disarankan oleh Weber (cf. Rex Martin,1977;14-15).<ref>[http://tokobukuburuhmembaca.blogspot.com/2014/09/one-soul-one-struggle-peristiwa-tiga.html Toko Buku Buruh Membaca], diakses 25 Februari 2015</ref>