Buku ibadat harian: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 40:
Pada abad ke-14, buku ibadat harian menggeser posisi buku mazmur sebagai buku yang paling lazim dihiasi iluminasi mewah. Kenyataan ini turut mencerminkan peningkatan jumlah iluminasi yang dipesan maupun yang dikerjakan oleh kalangan awam alih-alih oleh kalangan rohaniwan biara. Dari penghujung abad ke-14, sejumlah raja [[bibliofilia|pecinta buku]] mulai mengoleksi naskah-naskah beriluminasi mewah untuk tujuan pamer. Kebiasaan yang menyebar ke seluruh Eropa ini muncul dari lingkungan istana [[wangsa Valois|Valois]] di Prancis dan [[Kadipaten Bergougne|Burgundia]], maupun dari [[Praha]] pada masa pemerintahan [[Karl IV, Kaisar Romawi Suci|Kaisar Karl IV]] dan [[Wenceslaus, Raja Orang Romawi|Raja Wenceslaus]].<!-- A generation later, Duke [[Philip the Good]] of Burgundy was the most important collector of manuscripts, with several of his circle also collecting.<ref>Thomas, 8-9</ref> It was during this period that the [[Flanders|Flemish cities]] overtook Paris as the leading force in illumination, a position they retained until the terminal decline of the illuminated manuscript in the early 16th century.
The most famous collector of all, pangeran Prancis, [[John, Duke of Berry]] (1340–1416)
Pada pertengahan abad ke-15, semakin banyak kaum ningrat dan usahawan kaya yang mampu memesan buku ibadat harian yang dihias secara mewah dan seringkali berukuran kecil. Kemunculan mesin cetak membuat pesanan turun drastis. Pada tahun 1500, buku-buku ibadat harian berkualitas terbaik kembali dibuat, tetapi hanya untuk memenuhi pesanan raja-raja atau kolektor yang sangat terkemuka. Salah satu buku harian berkualitas terbaik yang terakhir adalah ''[[buku ibadat harian Farnese]]'', dibuat untuk [[Alessandro Farnese (kardinal)|Kardinal Alessandro Farnese]] pada tahun 1546 oleh [[Giulio Clovio]], salah seorang iluminator besar yang terakhir.
|