Nurul Taufiqu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k sekedar → sekadar
Baris 60:
Ilmu yang dipelajari oleh Nurul sebenarnya bukan hanya nanoteknologi, akan tetapi dia melihat bahwa sekarang ini yang sangat potensial untuk dikembangkan dan dapat berinteraksi langsung dengan industri adalah nanoteknologi. Bukan hanya industri dalam negeri, akan tetapi juga dengan industri luar negeri dimana kita bisa menjadi ''leading sector''-nya. Oleh karena itu, Nurul semakin giat menciptakan peralatan-peralatan yang mengarah kepada keunggulan nanoteknologi. Dari 19 paten dan hak cipta yang dimilikinya, separuhnya adalah berkenaan dengan bagaimana menciptakan material berkarakter nano.
 
Untuk meraih obsesi itu maka Nurul menggerakkan timnya untuk berevolusi menuju ke arah sana. Nurul tidak mau hasil-hasil penelitian atau paten-patennya hanya sekedarsekadar bermuara di kertas tulisan yang menghiasi perpustakaan. Itu yang membedakan Nurul dan timnya dari peneliti lainnya. “Pokoknya apa yang sudah kami patenkan itu harus menjadi produk, harus ada di ''market'', harus bisa digunakan atau dirasakan oleh masyarakat. Itulah kebanggaan kita, baru kita mengatakan kita sukses.”
 
Tak hanya menghidupkan laboratorium nanoteknologi di LIPI, dia pun berusaha membangkitkan nanoteknologi di Indonesia. Ia mendirikan Masyarakat Nano Indonesia (MNI) dan menggandeng universitas, lembaga penelitian, hingga industri untuk mengembangkan nanoteknologi.
Baris 68:
Nurul menganalisis bahwa dalam struktur Gross National Product Indonesia sejak tahun 2008 impor bahan baku setengah jadi yang diimpor dari China nilainya melebihi angka 100 triliun rupiah. Itu adalah impor bahan baku setengah jadi yaitu bahan olahan dari sumber-sumber bahan baku yang berasal dari negara kita, seperti mineral dan tumbuhan herbal seperti tanaman kunyit. Kunyit, dan juga jahe, kita ekspor dalam bentuk yang sudah dikeringkan dengan harga hanya sekitar Rp 6000 sampai Rp10.000 per kilogram dengan proses yang panjang. Di negeri China bahan tersebut diproses untuk dijadikan ''powder.'' Kemudian ''powder'' tersebut dijual kembali ke Indonesia dengan harga relatif mahal mencapai 10 bahkan 100 kali lipat dari harga bahan bakunya. Keuntungan yang sangat luar biasa besarnya bagi China.
 
“Inilah yang ingin saya lakukan untuk Indonesia” kata Nurul untuk menjelaskan bahwa hanya sekedarsekadar membuat ''powder'' tidak usah lagi sampai menggunakan jasa teknologi luar ngeri. Menurut Nurul pengolahan sumber daya hayati yang kita miliki jauh lebih ''simple'', tidak membutuhkan biaya terlalu besar dengan menghasilkan nilai tambah yang sangat luar biasa. “Itulah yang akan saya beresin.” Nurul mengatakan bahwa seandainya dia diberi kesempatan untuk mengelola sumber daya alam Indonesia, maka langkah pertama yang akan dilakukan adalah nanoisasi sumber daya alam Indonesia. Dia beralasan karena produk-produk yang dihasilkannya sudah memiliki pasarnya yang jelas. Bahkan dia menjamin, di dunia kita bisa menjadi ''the number one'' karena kita menjadi penguasa sumber bahan baku. Kita tinggal menguasai teknologinya saja. Bahkan dibanding dengan negara lain dari segi teknologi pun kita bisa lebih unggul karena bahan bakunya ada di kita semua. Bahkan yang dapat dilakukan oleh mereka adalah hanya dalam bentuk kerja sama. Jangan sampai terjadi lagi tragedi seperti ini: kita disuruh mengidentifikasi ini-itu begitu ditemukan mereka yang menciptakan produk-produknya. Janganlah kita sampai ketinggalan, kita masih sangat bisa mengejar ketertinggalan terutama dalam bidang herbal nano, dan juga yang lainnya.
 
Di awal fajar abad ke-20 para pemuda Indonesia harus berani tampil sebagai penggerak perubahan bangsa di garda depan. Di rumah sang Guru Pergerakan yang dijuluki juga Raja Tanpa Tahta, HOS Tjokro Aminoto, hampir semua pemuda tokoh pergerakan seperti Soekarno, Hatta, dan lain-lain berhimpun untuk kemudian menjadi tokoh muda yang kelak dengan gagah berani berjuang untuk meraih Kemerdekaan Indonesia. Maka, para pemuda Indonesia pada zaman kiwari harus tampil lebih berani lagi dalam mengisi Kemerdekaan Indonesia. Salah satu caranya adalah terus berkreasi melalui inovasi ilmu pengetahuan dan tektologi.“Berkreasilah menjadi dirimu yang terbaik! Dan berhimpunlah untuk membangkitkan kembali bangsa ini!” Itulah pesan penting Nurul yang ditegaskan dalam buku berjudul ''Surat Dari Dan Untuk Pemimpin'' terbitan Tempo Institute.