Stasiun Tanjung Enim: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 24:
Stasiun ini awalnya dioperasikan untuk melayani angkutan [[batu bara]] dari Tanjung Enim menuju Lampung. Stasiun ini dahulu dibuka bersamaan dengan pembukaan jalur cabang Muara Enim–Tanjung Enim pada tanggal 1 September 1919. Stasiun ini sangat besar dan banyak memiliki area bongkar muat batu bara.<ref>{{cite book|author=Staatsspoorwegen|year=1921–1932|title=Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932|place=Batavia|publisher=Burgerlijke Openbare Werken}}</ref>
 
Pada awal tahun 1980-an, sebuah kelompok kerja yang diberi nama Kelompok Proyek Pengembangan Pengangkutan Batu Bara Bukit Asam dengan Kereta Api (KP3BAKA), yang menjadikemudian cikalbernaung bakaldi daribawah [[Bukit Asam|PT Bukit Asam Tbk.]], memutuskan untuk memulai operasi kereta api batu bara berbasis gerbong terbuka sebagai integrasi moda transportasi. Kereta api ini terus berkembang dan akhirnya, kereta api babaranjang resmi beroperasi pada tanggal 1 Oktober 1986, yang oleh harian ''[[Pikiran Rakyat]]'' disebut-sebut sebagai "rangkaian KA terpanjang se-[[Perbara|ASEAN]]".<ref>{{cite news|newspaper=Pikiran Rakyat|title=Rangkaian KA terpanjang di ASEAN Mulai Operasi|date=Oktober 1986}}</ref>
 
Keberadaan KA ini memaksa pengoperasian stasiun baru. Stasiun Tanjung Enim yang lama dengan terpaksa harus dinonaktifkan karena tidak cukup untuk memperpanjang jalur kereta apinya untuk memuat 40–60 gerbong babaranjang. Selain itu, padatnya permukiman penduduk di wilayah Tanjung Enim memaksa pihak PJKA mengembangkan Stasiun Tanjung Raja di wilayah pedesaan menjadi [[Stasiun Tanjung Enim Baru]] yang lebih besar dan lebih modern.