Miagan, Mojoagung, Jombang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 21:
Sejarah wong kang babah desa Miagan di desa miagan terdapat dua dukuhan yaitu dusun Pandean dan Miagan menurut cerita yang berkembang di masyarakat desa miagan yang dulu masih berupa alas gung lewang liwung (Hutan Belantara), hutan ini masuk ke dalam wilayah wirasaba sebutan pada zaman Mojopahit (sekarang Mojoagung) dahulu disini adalah daerah luar pertama yang berbatasan dengan benteng keraton mojopahit, konon dahulu raja mojopahit Brawijaya VII memerintahkan Mbah Dalem membabat alas wirasaba untuk di jadikan sebagai tempat berlatih pasukan kerajaan, perkemahan pengawal tamu-tamu keraton dan tempat peristirahatan berburu raja sehingga kawasan ini menjadi gundul sehingga dinamakan Desa Karang Bulak, Mbah Dalem adalah seorang pande besi atau orang yang ahli dalam membuat alat-alat persenjataan, dan alat logam lainnya beliau juga mempunyai seorang keturunan sebagai seorang empu yang terkenal di zaman majapahit/kasultanan demak yaitu Ki Ageng Pekik (bukti autentik berupa kitab salinan kuno dari negeri belanda)
 
Kembali ke cerita karang bulak setelah Mbah Dalem berhasil membabat alas wirasaba beliau akhirnya dijadikan sebagai kuwu di Desa Karang bulak, dalam mengemban tugasnya beliau dibantu oleh pendekar linuwih yaitu Mbah To Goeno, Mbah To Wirdjo, dan Mbah To Djojo, yang punya kesaktian tinggi dan punya keahlian lain yaitu mahir dalam menabuh gamelan, melalui keahliannya dalam memainkan alat-alat kesenian gamelan mbahMbah To Goeno, mbahMbah To Wirdjo, MbakMbah To Djojo biasa menghibur pasukan dan tamu-tamu kerajaan yang sedang singgah di kampung perkemahan desa karang bulak.
Adapun bukti sejarah desa Karang Bulak ialah adanya prasasti yang ada di jembatan sungai kecil yang juga bernama sungai karang bulak yang mengalir di sepanjang desa miagan dan di prasasti itu tertulis jelas bernama jembatan Karang Bulak namun prasasti yang terukir di sungai tersebut kini sudah di museumkan, selain itu ada dua peninggalan sejarah di desa miagan yaitu berupa pemakaman kuno/punden keramat, di wilayah dusun pandean ada makam mbah dalem yang juga dijadikan sebagai komplek pemakaman bagi kepala desa yang telah meninggal dunia dan didusun miagan ada juga komplek pemakaman/punden keramat dari Mbah To Goeno, Mbah To Wirdjo dan Mbah To Djoyo)   
 
Dari perkembangan desa karang bulak pada masa pemerintahan mojopahit pada masa kehancuran setelah Perang Paregreg, berkembangnya kasultanan Demak di tanah Jawa dan pengaruh siar WALISONGO banyaknya orang didesa Karang Bulak yang mendalami seni Karawitan sehingga masyarakat desa karang bulak banyak yang ahli dalam bermain Gamelan maka sejak saat itulah oleh pemerintahan kerajaan mojopahit yang sudah menjadi kadipaten dan merupakan bagian kesultanan Demak pada masa Bhre Girindrawardhana memangku pimpinan kadipaten Mojopahit desa karang bulak berganti nama menjadi desa Wiyagan yang artinya desa tempat bermukimnya para Wiyaga (Tukang penabuh gamelan), mungkin karena pengaruh salah penulisan dan pengucapan kosakata istilah wiyagan tersebut berganti nama menjadi "Miyagan", dan selanjutnya di era penyempurnaan ejaan dan kosakata yang terjadi di Indonesia istilah nama Miyagan disempurnakan mejadi Miagan dan nama itulah yang sampai sekarang menjadi nama resmi dari desa Miagan ini.