Manusia Solo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 80:
Permasalahan berikutnya, di antara semua penemuan dari zaman pleistosen di Indonesia, belum pernah ditemukan alat-alat yang letaknya berdekatan dengan fosil ''homo''. Akibatnya, sulit menyimpulkan siapa pemilik sebenarnya dari alat-alat yang dikemukakan di atas.
 
Petunjuk untuk memecahkan kebuntuan ini datang dari penemuan di [[Beijing]], [[Tiongkok]]. Di gua [[GoaChoukoutien]] Choukoutien, sejumlah fosil ''Sinanthropus pekinensis'' (sekelas dengan ''Pithecanthropus erectus'') ditemukan bersama perkakas bebatuan yang mirip dengan alat-alat di Situs Pacitan maupun Situs Ngandong. Maka kesimpulan sejauh ini, jika ''Sinanthropus pekinensis'' saja sudah memiliki budaya menggunakan dan menciptakan alat, boleh jadi ''Pithecanthropus erectus'' pun telah berbudaya.
 
Kesimpulan selanjutnya, jika makhluk seperti ''Pithecanthropus'' saja berbudaya dan mampu menciptakan Kebudayaan Pacitan lengkap dengan alat-alatnya, seharusnya Kebudayaan Ngandong yang dipelopori kaum homo, dalam hal ini ''Homo erectus soloensis'', jauh lebih maju. Apalagi penelitian kemudian menunjukkan bahwa alat-alat tersebut memang berasal dari Pleistosen Atas, hasil kebudayaan ''Homo soloensis'' dan ''Homo wajakensis''.<ref name="Soekmono"/>