Hu, bagaimanapun, tetap bekerja dengan Union. Produksi perusahaan ini berikutnya, ''[[Soeara Berbisa]]'', disutradarai oleh Hu, dengan teknisi suara berdarah [[peranakan]] Boen Kin Nam sebagai asisten sutradara. Ditulis oleh Djojopranoto, karya ini mengisahkan dua pemuda yang bersaing untuk cinta seorang wanita sebelum mengetahui bahwa mereka adalah saudara yang telah lama terpisah.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Soeara Berbisa}} Djoewita tidak lagi berakting bagi perusahaan ini pada saat itu. Maka, studio ini menyewa Raden Soekarno sebagai pemeran utama dalam film yang dirilis akhir 1941 ini.{{sfn|Biran|1979|p=397}} Film produksi akhir perusahaan ini, ''[[Mega Mendoeng]]'', disutradarai oleh Boen dan diumumkan segera setelah syuting untuk ''Soeara Berbisa'' telah dimulai. Film ini, sebuah roman yang dibintangi Soekarno dan bintang baru Sofiati, dirilis pada awal 1942.{{sfn|Pertjatoeran Doenia dan Film 1941, Tirai Terbentang}}{{sfn|Pertjatoeran Doenia dan Film 1942, Studio Nieuws}} Dalam memproduksi kedua film ini, Union menekankan realisme dan memasarkannya untuk sasaran kaum inteligensia.{{sfn|Pertjatoeran Doenia dan Film 1941, Studio Nieuws|p=28}}
Pada awal 1942 , pemerintah kolonial Hindia Belanda telah kuatir dengan adanya kemungkinan invasi oleh [[Kekaisaran Jepang]].{{sfn|Sardiman|2008|p=98}} Ketakutan ini mencapai masyarakat umum Hindia, dan dalam edisi Februari 1942 majalah ''Pertjatoeran Doenia Dan Film'' dilaporkan bahwa beberapa studio film akan menjauh dari ibu kota kolonial Batavia atau masuk dalam masa hiatus produksi. Union, meskipun sudah memulai proses produksi film yang berlatar di era [[Majapahit]] berjudul ''Damar Woelan'', terpaksa menutup perusahaan.{{sfn|Pertjatoeran Doenia dan Film 1942, Studio Nieuws|p=18}} Ketika [[Masa Pendudukan Jepang|Jepang menduduki Hindia]] pada Maret 1942,{{sfn|Biran|2009|p=234}} Union Films ditutup, dan tidak pernah dibuka kembali.{{sfn|Biran|2009|pp=319, 332}}
Selain Ariffien , yang terus menyutradarai film hingga tahun 1960-an,{{sfn|Biran|1979|p=390}} tidak ada direksi atau produser dari Union Films yang kembali ke industri film setelah berakhirnya masa pendudukan Jepang pada tahun 1945. Namun beberapa aktor meneruskan karier mereka . Djoewariah, misalnya, membuat film pertamanya setelah meninggalkan Union, ''Sehidup Semati'', pada tahun 1949, dan terus berakting sampai pertengahan 1950-an.{{sfn|Biran|1979|p=145}} Sementara itu, karier Rd Soekarno berlangsung melampaui 1970-an; ia sebagian besar ditulis namanya sebagai Rendra Karno.{{sfn|Biran|1979|p=397}} Tokoh-tokoh lainnya, seperti bintang ''Kedok Ketawa'' Basoeki Resobowo, memiliki karier di belakang layar; Resobowo menjadi penata seni di film-film seperti ''[[Darah dan Doa]]'' (1950).{{sfn|Filmindonesia.or.id, Basuki Resobowo}}
{{-}}
|