Wayang cepak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
LaninBot (bicara | kontrib)
k Perubahan kosmetik tanda baca
Baris 2:
[[Berkas:Reynan-Tragtagan_-_.ogg|jmpl|300px|ka|''tetaluan'' (bahasa Indonesia : musik gamelan) Cirebon dengan judul ''tragtagan'' (bahasa Indonesia : ruang pagelaran) dengan notasi ''laras'' ''[[pelog]]'']]
 
'''Wayang Cepak''' atau wayang papak merupakan jenis kesenian ''[[wayang]]'' yang berkembang di wilayah [[Cirebon]] dan sekitarnya, bentuk ''wayang Cepak'' hampir mirip dengan ''wayang Golek'' dari budaya [[Sunda]] namun memiliki bentuk mahkota kepala ([[bahasa Cirebon]] : ''sirah-sirahan'') yang rata ([[bahasa Cirebon]] : ''cepak''), dari bentuk mahkota kepala itulah wayang ini mendapatkan namanya.<ref name=wayangindo>[http://wayangindonesia.web.id/cepak-wayang-golek.wayang Wayang Indonesia - Wayang Cepak]]</ref>James Redmond dalam bukunya ''Themes in Drama : Volume 8, Historical Drama '' terbitan tahun 1986 menjelaskan bahwa kesenian ''wayang Cepak'' ini berkembang di sekitar pantai utara [[pulau Jawa]] dari [[Cirebon]] hingga [[Pekalongan]].<ref>Redmond. James. 1986. Themes in Drama : Volume 8, Historical Drama. [[Cambridge]] : Cambridge University Press</ref> Cerita-cerita yang dipentaskan biasanya terpusat pada tiga hal, pertama, cerita-cerita muslim dari Arab karangan [[Amir Hamzah]], kedua, cerita-cerita dari masa kerajaan Hindu, seperti cerita Panji yang merupakan seorang pangeran dari sekitar tahun 1045 - 1222 dan yang ketiga adalah cerita-cerita lokal yang biasanya bersumber dari ''babad''.
 
== Sejarah ==
 
James Brandon dan Martin Banham dalam bukunya ''The Cambridge Guide to Asian Theatre'' menjelaskan bahwa pada tahun 1553 [[Sunan Giri]] membuat sebuah wayang yang bentuknya seperti boneka tangan dari kayu<ref name=brandon>Brandon, James dan Martin Banham. 197. The Cambridge Guide to Asian Theatre. [[Cambridge]] : Cambridge University Press</ref>. Wayang tersebut ditujukan agar dapat digelar sebagai dakwah Islam pada waktu siang hari dikarenakan [[wayang kulit]] yang merupakan seni pertunjukan bayangan pada masa tersebut hanya dapat digelar pada saat malam hari. Pada sekitar tahun 1583<ref>Sopandi, Atik. 1984. Pagelaran Wayang Golek Purwa Gaya Priyangan. [[Bandung]] : Pustaka Buana</ref> - 1584<ref name=brandon/>, [[Sunan Kudus]] kemudian melakukan inovasi pada wayang kayu buatan [[Sunan Giri]], hasil inovasi inilah yang kemudian populer di wilayah pantai utara [[pulau Jawa]]. Daerah yang pertama kali dimasuki kesenian wayang baru ini adalah [[Cirebon]] dengan menampilkan kisah-kisah ''Menak'' (bahasa Indonesia : bangsawan) yang memiliki nama-nama seperti Amir, Amir Mukminin, Jaya Dimuri, Jayang Jurit, Jayeng Laga, Jayeng Satru serta lainnya, wayang tersebut kemudian dikenal dengan nama ''wayang cepak''.
 
=== Perkembangan masa [[kesultanan Cirebon]] ===
 
Pada masa lalu, ketika ''wayang Cepak'' berkembang di daerah [[Cirebon]] dan sekitarnya, masyarakat pada masa itu menggelar pertunjukan ''wayang Cepak'' untuk menyambut para ''[[mualaf]]'' (bahasa Indonesia : orang yang baru masuk [[Islam]]) hal tersebut dikarenakan pada masa lalu ada tiga hal yang harus ''dipapak'' (bahasa Indonesia : diratakan / dibuat ''cepak'') dari orang yang baru masuk [[Islam]] yaitu kemaluannya disunat ''([[bahasa Cirebon]] : sunat)'', giginya diratakan ''([[bahasa Cirebon]] : pangur)'' dan rambutnya dirapikan ''([[bahasa Cirebon]] : pangkas)'' atau hanya untuk meramaikan acara sunatan anak-anak. ''Ki Dalang'' Tanggal Gunawijaya dari wilayah desa sumber (sekarang telah dimekarkan menjadi [[Sumber Lor, Babakan, Cirebon|desa Sumber Lor]] dan [[Sumber Kidul, Babakan, Cirebon|desa Sumber Kidul]]) [[Babakan, Cirebon|kecamatan Babakan]],[[kabupaten Cirebon]] menceritakan sebuah sejarah lisan<ref name=wayangindo/> bahwa pada masa Pangeran Adining Kesumah (Pangeran Girilaya) berkuasa, Pangeran Sutajaya (senopati kesultanan Cirebon sekaligus penguasa [[Gebang, Cirebon|wilayah Gebang]]) dan sekitarnya memberikan seperangkat ''wayang Cepak'' kepada ''dalang'' wayang terkenal pada masa tersebut yaitu ''Ki Dalang'' Prengut<ref name=ary>Pratama, Ary. 2012. Perancangan font dengan inspirasi bentuk toko Prabu Cakrabuana Wayang Cepak Cirebon. [[Bandung]] : Universitas Komputer Indonesia</ref> dengan pesan untuk digunakan sebagai sarana dakwah agama [[Islam]], sejak saat itu wayang cepak pemberian Pangeran Sutajaya selalu dipakai oleh ''Ki Dalang'' Prengut.
 
Pada masa pemerintahan [[Herman Willem Daendels|Gubernur Jendral Herman Willem Daendels]] tahun 1808 -1811 dibuatlah jalan raya pos, kemudian kesenian wayang kayu mulai memasuki wilayah [[Parahyangan|Priyangan]], di wilayah ini kesenian wayang kayu kemudian berkembang dengan bentuk yang berbeda dari ''wayang Cepak'' yang ada di [[Cirebon]] dan oleh masyarakatnya disebut sebagai [[wayang Golek]]<ref name=ary/>
Baris 25:
== Alat musik dan ''nayaga'' ==
 
Para ''nayaga'' (bahasa Indonesia : pemain gamelan) yang mengiringi pagelaran ''wayang Cepak Cirebon'' biasanya terdiri atas para penabuh yang susunannya tidak jauh berbeda dari ''nayaga'' pada pagelaran ''[[wayang Kulit Cirebon]]''. Para ''nayaga'' tersebut terdiri atas para penabuh ;
* Saron 2 pangkon
Baris 45:
* Keprak (kecrek)
 
''Laras'' (bahasa Indonesia : intonasi nada) yang digunakan pada pagelaran ''wayang Cepak Cirebon'' adalah ''laras [[pelog]]''<ref>[http://sekarenggal.weebly.com/gamelan-salendro.html Sekar Enggal - Gamelan Salendro]</ref>.
 
== Sanggar ''wayang Cepak'' ==
 
* Sanggar Langgeng Kusuma, pimpinan ''Ki Dalang'' Amo Wijaya, berlokasi di [[Karangtengah, Karangsembung, Cirebon|desa Karang Tengah]], [[Karangsembung, Cirebon|kecamatan Karang Sembung]], [[kabupaten Cirebon]] (telp : +6282218075057)
 
== Referensi ==