Tan Liong Houw: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3:
Tan Liong Houw tumbuh remaja di Jakarta. Nama yang diberikan orangtuanya mempuyai arti naga (liong) dan harimau (hauw), dua binatang perkasa dalam mitologi etnis tionghoa. Sedangkan Tan merupakan nama keluarganya (she). Ayahnya, Tan Chien Hoat, semula tidak mengijinkannya menjadi pemain sepak bola. Adiknya, Tan Liong Pha, yang sempat bermain untuk Persib Bandung Junior akhirnya berhenti karena larangan sang ayah.
Berbeda dengan adiknya, Liong Houw tetap bermain bola secara sembunyi-sembunyi. Sang ayah memergokinya dan kemudian mengirimnya ke Surabaya agar tak bermain bola lagi. Namun nasib baik justru mempertemukannya dengan orang-orang dari klub [[
Tanoto, demikian Ia juga biasa dipanggil, tidak menggantungkan penghidupan dari bermain sepak bola. Bermain sepak bola baginya benar-benar karena hobi dan mengabdi kepada negara. Pada waktu itu sebagian dari pemain Tim Nasional Indonesia berasal dari keturunan Tionghoa, seperti; [[Endang Witarsa]]
Pada dekade itu Indonesia dua kali bertemu dengan Cina yaitu pada kualifikasi [[Olimpiade]] 1956 dan kualifikasi [[Piala Dunia]] 1958. Faktanya, Indonesia selalu sukses melewati para pemain Cina. Tanoto dan kawan-kawan masuk putaran final Olimpiade 1956 di [[Melbourne]]. Pada ajang inilah cerita legendaris itu tertoreh: Tim Merah Putih berhasil menahan [[Uni Soviet]] 0-0 sebelum akhirnya kalah 0-4 pada partai ulang. Tanoto bermain dengan "keringat darah". Kaus kakinya sampai robek di tengah pertandingan karena termakan permainan keras lawan.
|