Arsitektur Gereja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Baris 81:
Di Bandung, Gereja Katedral yang masih utuh saat ini juga mengakomodasi unsur [[alam]] yang penuh perhitungan.<ref name="Winarwan"/> Prof. [[Charles Prosper Wolff Schoemaker]] yang mendekorasi bangunan itu mengeksploitasi cahaya [[matahari]] dalam mengolah fasad bagunan.<ref name="Winarwan"/> Dengan moulding pada [[eksterior]] gereja akan menighasilkan efek bayangan dari pergeseran sinar [[matahari]]. Selain itu juga mengakomodasi unsur budaya di mana lekuk-lekuk yang mendominasi pada eksteriornya dibuat mirip [[candi]] di [[Jawa]] dan [[India]].<ref name="Winarwan"/>
 
=== Arsitektur Gereja dan Budaya ===
Takenaka berpendapat bahwa setiap gaya bangunan pada sejarahnya merepresentasikan tanggapan gereja akan zamannya.<ref name="Takenaka">{{en}}Masao Takenaka., The Place where God Dwells – An Introduction to Church Architecture in Asia, Christian Conference of Asia 1995</ref> Sebagaimana periode katakomba, basilika, [[Byzantine]], [[Romanes]], Gotic, bahkan gaya kolonial.<ref name="Takenaka"/> Seperti gaya arsitektur Gereja di [[Romania]] [[ortodoks]], rata-rata Gereja di sana luas, tetapi juga ada yang berukuran kecil, tetapi keduanya sama-sama saling menyesuaikan dengan lingkungan alam. Gereja di [[Switzerland]] yang menggunakan [[simbol]] ayam jantan sebagai lambang kebangkitan, dan Gereja di [[Jepang]] yang memasukkan unsur ''[[Shakkei]]'' yang artinya “meminjam pemandangan” adalah sebuah model dari arsitektur yang mempertimbangkan budaya dan alamnya.<ref name="Takenaka"/> Hal ini menurut Takenaka adalah respon dari [[Firman]] [[Tuhan]] pada [[Kejadian|Alkitab]] 1 dan 2, yaitu dalam hal menguasai dan memeliharanya.<ref name="Takenaka"/> Di Indonesia sendiri terdapat Gereja di [[Blimbingsari]] yang membuat gerbangnya sebagai undangan naik ke atas (filosofi [[Himalaya]] dan Mt. Meru) sebagai adaptasi dari [[budaya]] yang erat dengan masyarakat [[Hindu]], atapnya bisa diterobos udara dan sinar matahari sebagai tanda kedekatan dengan alam. Ketenangan Gereja di [[Legian]] yang teduh itu sebagai wujud dari pesan pada [[Ayub]] 31:32, yakni memberi sambutan kepada para pejalan, atau pelancong.<ref name="Takenaka"/>