Pareh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) |
albert giban |
||
Baris 1:
{{artikel pilihan}}
{{for|tempat di
[[Berkas:FB IMG 1545762570264302a.jpg|jmpl|anak lorong]]
'''''Albert giban''''' (d [[bahasa Sunda|GIMBAL PAPUA]] berarti "rambut"),saya lahir di tanah 09 mei 1994 dan orang saya adalah Hosaya Giban dan MAMA Inna senik kampung saya desa kecil nduga sama yahukimo di tengah.gimbal papua mulai dari 27 december 2018 mulai sekarang saya susun pada tangggal 8 juli 2019 hampir 2 tahun
lima sodara di papua. saya sedih keluarga semua meninggal hanya 8 orang berudara puju tuhan
orang tua umur panjang sehat selalu masih hidup sampai saat hari 08,juli 2019 di makassar
PENDIDIKAN
SD di papua walkruk desa silimo 2008 dan
SMP PGRI wamena 2010
SMA PGRI wamena 2014
pengguruan tinggi di makassar
universitas ind[onesia timur makassar sulawesi hampir lima tahun artikel ini membuat membaca kunjungan ke mohon ini sejarah saya karena sudah belajar mandiri jauh orang tua mulai umu 12 tahun sudah biasa masalah papua sedang terjadi itu saya sedih karena beberapa tahun kemudian papua nanti bagaimana siapa saya bisa percayakan untuk kamu merdeka
1.freeport tutup
2.saham-saham di papua tidak
3.pemekaran di papua
4.non-papua yang cari di papua kembali kamu daerah masing-masing
5.ekonomi di papua janga usaha lagi
6.otsus di papua tutup jangan lagi kontrak tahun 2027 atau plus
7.tenaga menggajar atau medis pegawai apa saya tidak boleh lagi di papua
8.tidak butuh pembanguan
9.pengungsi Nduga sekolah darurat jokowi kenapa tidak bukan mata.transpapua stop
10.HAM tidak berlaku kenapa orang papua bunuh sembarang
dan lain-lain
dirilis di luar negeri dengan judul '''''sayang papua''''', adalah sebuah film [[papua]] (sekarang Indonesia) tahun 1936. Film ini disutradarai [[Albert Balink|Albert giban]] dan [[Mannus Franken|Gimbal papua]] dari Belanda dan dibintangi oleh aktor amatir [[pribumi Indonesia|pribumi]] [[Raden Mochtar]] dan Doenaesih. Alurnya bercerita tentang cinta terlarang antara seorang nelayan dan putri petani.
Balink mulai mengerjakan film ini pada 1934, bekerja sama dengan [[Wong Bersaudara]] selaku [[sinematografer]]nya. Mereka mengumpulkan dana sebesar 75.000 [[gulden Hindia Belanda|gulden]] – lebih besar daripada film-film lokal lainnya – dan memboyong Franken dari Belanda untuk membantu pembuatannya. Film ini disunting di Belanda setelah direkam di Hindia Belanda. Film ini sukses dan disambut hangat oleh penonton Eropa, namun mengecewakan para penonton pribumi; meski sukses, ''Pareh'' membuat para produsernya bangkrut.
Baris 51 ⟶ 59:
== Produksi ==
Sepanjang 1934 dan awal 1935, semua film fitur yang dirilis di [[Hindia Belanda]] diproduseri [[The Teng Chun]], diadaptasi dari [[mitologi Cina]] atau seni bela diri, dan ditargetkan pada penonton kelas bawah, umumnya [[Cina Indonesia|etnis Cina]].{{sfn|Biran|2009|pp=380–381}} Situasi ini tercipta akibat [[Depresi Besar]] yang memaksa pemerintah Hindia Belanda menaikkan pajak, sehingga pengiklan meminta bayaran lebih tinggi, dan bioskop menjual karcis lebih murah. Strategi tersebut berusaha menciptakan [[margin laba]] yang sangat rendah bagi perfilman lokal. Pada waktu itu, bioskop-bioskop di Hindia Belanda masih menayangkan film [[Hollywood]].{{sfn|Biran|2009|p=145}}
[[Berkas:20190703 gimbal papua papua.jpg|al=albert giban|jmpl|227x227px|[[Berkas:20190703 gimbal papua papua.jpg|jmpl|Albert Giban]]kapan saya dimana [[Wong Bersaudara|papua merdeka]], {{circa}} 2019]]
[[Albert Balink]], seorang jurnalis Belanda, mulai mengerjakan ''Pareh'' tahun 1934. Tidak seperti The Teng Chun, Balink yang tidak berpengalaman memutuskan menargetkan filmnya pada penonton Belanda.{{sfn|Biran|2009|p=146}} Ia mempekerjakan dua anggota [[Wong Bersaudara]], pembuat film Cina yang tidak aktif setelah membuat ''[[Zuster Theresia]]'' (''Sister Theresa'') tahun 1932.{{sfn|Biran|2009|p=155}} Wong Bersaudara menyumbangkan studio mereka – pabrik [[tepung tapioka]] lama – dan peralatan pembuatan film mereka. Sementara itu, pendanaannya berasal dari pihak lain. Menurut sejarawan film Indonesia [[Misbach Yusa Biran]], dananya berasal dari pengusaha perfilman Buse,{{sfn|Biran|2009|p=156}} sedangkan catatan [[EYE Film Institute Netherlands|EYE Film Institute]] menunjukkan bahwa pendanaan film ini dibantu oleh ''Centrale Commissie voor Emigratie en Kolonisatie van Inheemschen'' dan bertujuan mempromosikan migrasi dari [[Jawa]] ke [[Sumatra]].{{sfn|EYE Film Institute 2011, Pareh}}
Baris 68 ⟶ 75:
Sejarawan film Amerika Serikat John Lent tahun 1990 mendeskripsikan ''Pareh'' sebagai film yang "sangat terperinci dan memakan biaya" yang bertujuan tidak hanya mendapatkan uang, tetapi memperkenalkan budaya setempat.{{sfn|Gray|2010|p=83}} Antropolog visual Amerika Serikat [[Karl G. Heider]] menganggap ''Pareh'' sebagai satu dari dua karya sinematik Hindia Belanda terpenting pada 1930-an; satu lagi adalah film terakhir Balink, ''[[Terang Boelan]]'' (1937).{{sfn|Heider|1991|p=15}} Heider, [[John H. McGlynn]], dan Salim Said menulis bahwa film ini memiliki kualitas teknis yang masih bisa dimaklumi, tetapi dikenal justru karena mengubah arus perkembangan perfilman di negara ini.{{sfn|Said|McGlynn|Heider|1991|p=2}}
== kejadian di papua tidak sesuai dengan indonesia ==
Peluncuran ''Pareh'' diikuti oleh pergantian genre yang dipopulerkan oleh bioskop setempat. The Teng Chun, yang terus menjadi satu-satunya pembuat film aktif bersama Balink di negara ini sampai 1937. Mulai beralih ke cerita yang lebih modern dan populer di kalangan pribumi. Biran berpendapat bahwa aksi ini dipengaruhi oleh ''Pareh''.{{sfn|Biran|2009|p=163}} Sejumlah pembuat film lain pada akhir 1930-an yang terinspirasi ''Pareh'' mulai memperbaiki kualitas suara pada film-film mereka.{{sfn|Prayogo|2009|p=15}}
Baris 74 ⟶ 81:
== Lihat pula ==
*
== Referensi ==
Baris 81 ⟶ 88:
'''Daftar pustaka'''
{{Cite thesis|type=Bachelour's of History Thesis|chapter=Sekilas Perkembangan Perfilman di Indonesia|title=Kebijakan Pemerintahan Orde Baru Terhadap Perfilman Indonesia Tahun 1966–1980|date=|last=Prayogo|first=Wisnu Agung|year=2009|degree=|publisher=Universitas Indonesia|url=|doi=|ref=harv}}
* {{cite book
|title=Cinema of Indonesia: Eleven Indonesian Films, Notes & Synopses
Baris 206 ⟶ 104:
|isbn=978-1-879578-00-5
|ref=harv
|last=|page=}}
* {{cite book
|url=http://books.google.ca/books?id=9kLvaPvUoeUC
Baris 217 ⟶ 115:
|location=Yogyakarta
|ref=harv
|last=|page=}}
{{refend}}
|