Abdullah bin Nuh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 105:
Teman Rd. Abdulah bin Nuh yang bersama-sama belajar di Mesir yang masih ada di Kota Surabaya sekarang, dialah AI-Ustadz Abdul Razak AI-‘Amudi di kompleks IAIN Wonocolo. Ialah yang menyandang gelar: Syahadatul Aalimiyah dari “Jami’atul Azhar” dan Deblum Daril ‘Ulumil ‘Ulya dari Madrasah Darul ‘Ulumul ‘Ulya.
 
== MESIRMesir DANdan ALAl-AZHARNYAAzharnya ==
 
Bertepatan dengan didudukinya Kota [[Makkah]] ALAl-Mukarromah oleh kaum Wahabiyyin dan keluarnya Malik Husen meninggalkan [[Makkah]] pada tahun 1343 H (± tahun 1925 M), AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh bersama sama teman-temannya yang 15 orang itu dibawa gurunya ke Mesir untuk melanjutkan pelajarannya. Perguruan Tinggi di Mesir pada waktu itu hanya dua:
 
=== Jami’atul Azhar ( [[Syari’ah]] ) ===
diDi Fakultas ini, lama belajarnya 6 tahun mendapat gelar: '''Syahadatul ‘Alimiyah'' dan kalau belajar 3 tahun mendapat gelar: '''Syahadatul Ahliyyah.'''
 
=== Madrasah Darul’ Ulum AI-‘Ulya (AIAl-Adaab) ===
 
Lama belajar 4 tahun mendapat gelar: '''Deblum Daril ‘Ulumil ‘Ulya''' Syarat-syarat masuk Jami’atul Azhar di antaranya harus hafal AI-Qur’an 30 Juz. Tetapi murid-murid yang dibawa oleh AIlI-Ustadz Sayyid Muhammad bin Hasyim yang 15 orang itu mendapat prioritas diterima dengan hafal beberapa surat. Pengecualian ini menunjukkan kebesaran dan keberkahan murid-murid AI-Ustadz Sayyid Muhammad bin Hasyim. AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh bersama-sama dengan teman-temannya mula-mula bertempat tinggal di Syari’ul Hilmiyyah, lalu berpindah ke Syari’ul Bi’tsah Bi Midanil Abbasiyah. Pelayannya orang-orang Yaman.
 
Siang dan malam AIAl-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh tidak henti-hentinya belajar. Waktu adalah betul-betul berharga bagi betiau. Keluar dari Jami’atul Azhar ia pulang hanya mengganti pakaian, memakai pantalon, berdasi dan memakai torbus, terus mengikuti pengajian-pengajian di luar AI-Azhar. Mahasiswa AIAl-Azhar mempunyai ciri khas ialah berjubah dan bersorban dibalutkan dikepala (udeng).
 
AI-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh di [[Mesir]] sudah tidak mempelajari [[bahasa Arab]] lagi, karena ia ketika masih di [[Indonesia]] sudah benar-benar pandai dan ahli, menguasai berbagai bahasa. Ia di Mesir hanya belajar fak. Fiqih (ini menurut cerita ia kepada salah seorang muridnya, katanya dalam bahasa Sunda "Mama mah di Mesir teh mung diajar ilmu fiqih wungkul”. Selanjutnya ia bertanya:, “Dupi salira kitab-kitab fiqih naon anu parantos diaos?" Dijawab oleh muridnya dengan menyebutkan beberapa kitab Fiqih. Setelah sampai menyebut kitab Iqna, maka ia berkata: “Mama mah tamatna Iqna teh di Mesir, ari salira mah tamat Iqna teh di Indonesia.”
 
Dengan berkah ketekunan dan kesungguh-sungguhan, maka AI-Ustadz Abdullah bin Nuh di Mesir telah kelihatan sebagai seorang Pelajar yang paling cakap di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. AI-Ustadz Abdur Rozzaq berpendapat: “Sebabnya Abdullah itu mempunyai kelainan daripada teman-¬temanya yang semasa, karena dia mendapatkan banyak ilmu dari hasil muthola’ah. Muthola’ah satu kitab saja sampai 10 kali. Inilah syarat muthola’ah kata AI-Ustadz Abdullah bin Nuh. Di antara kitab yang didawamkan muthola’ah ialah kitab: ARABArab 2
AI-Ustadz Abdullah bin Nuh belajar di Mesir hanya selama dua tahun, dikarenakan putra gurunya yang ia temani tidak merasa betah dan gurunya pulang ke Hadrolmaut, maka AIAl-Ustadz Rd. Abdullah bin Nuh pun pulang ke Indonesia. Inilah riwayat hidup singkat ia masa belajar/ tholabul’ilmi atau masantren.
 
== MADRASAH P.S.A. ==