Kuil Buddhis Korea: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Cun Cun (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 6:
Arsitektur Korea dimulai dengan transfer budaya dari daratan Tiongkok. Aspek-aspek arsitektur Tiongkok di Korea berkembang dengan elemen-elemen asli, dikembangkan dan dibina selama berabad-abad sehingga menciptakan keunikan tersendiri. Praktik Buddhisme di Korea telah dimulai sejak abad ke-4 Masehi pada periode [[Tiga Kerajaan Korea|Tiga Kerajaan]] (57 SM-668 M).<ref name="koreantemple-palace"/> Perkembangan Buddhisme dalam jangka waktu yang sangat panjang ini membuatnya menyerap unsur-unsur kepercayaan asli setempat yang lebih lama berakar. Tiga Kerajaan mendukung Buddhisme sebagai agama resmi dan aktif membangun kuil-kuil Buddha.<ref name="markpeterson">[http://intl.ikorea.ac.kr/korean/UserFiles/UKS6_Korea_Religious_Places_eng.pdf Korea's Religious Places by Mark Peterson], 30-11-2018.</ref>
 
Pada Periode [[Silla Bersatu]] (668-935) seni Buddha yang paling bermutu diciptakan bersamaan dengan pendirian kuil-kuil, pagoda, arca dan menara genta.<ref name="koreantemple-palace"/> Mengingat Semenanjung Korea merupakan kawasan yang rawan penyerbuan dan perang, sisa arsitektur dari zaman ini hampir-hampir tidak ada yang tersisa.
 
Kuil-kuil besar Baekje runtuh di saat pendudukan Silla. Penggalian arkeologis berhasil mendapatkan informasi tentang jejak kuil penting di Baekje seperti [[Kuil Jeongrim]], [[Kuil Mireuk]] dan [[Kuil Wangheung]]. Kuil Buddha zaman Baekje, Silla, atau Goguryeo yang kini masih berdiri merupakan pembangunan kembali dari periode Goryeo dan Joseon. Periode Goryeo dan Joseon pun tak lepas dari invasi bangsa asing. Periode terparah terhadap penghancuran arsitektur kemungkinan terjadi ketika Invasi Mongol ke Goryeo yang melanda sebagian besar semenanjung, sehingga konon tak ada satu pun bangunan kayu yang luput dari amukan pasukan Mongol. Kuil Hwangryong yang amat besar juga musnah oleh penyerbuan Mongol.
 
Kuil-kuil besar pada zaman kuno menunjukkan dukungan besar dari penguasa kepada Buddhisme. Walau dianggap lenyap dari semenanjung Korea, arsitektur Tiga Kerajaan, terutama Baekje ternyata terpelihara di Jepang.<ref>[https://www.nytimes.com/2003/04/06/arts/art-architecture-japanese-art-and-its-korean-secret.html Art/Architecture; Japanese Art And Its Korean Secret], 30-11-2018.</ref> [[Penyebaran Agama Buddha di Jepang]] pertama kali dilakukan oleh paderi asal Baekje. Imigran-imigran Baekje yang terampil telah dipekerjakan untuk membangun kuil-kuil Buddha di Jepang. [[Kongo Gumi|Keluarga Kongo]] dari Baekje diundang oleh [[Pangeran Shotoku]] untuk membangun [[Kuil Horyuji]] di [[Nara]], hingga kini dianggap sebagai salah satu dari bangunan kayu tertua di dunia yang masih berdiri. Penelitian lain menunjukkan adanya kaitan kuat antara arsitektur Korea kuno dengan kuil lain di Jepang seperti [[Kuil Asuka]] dan [[Shitennoji]].
 
Seni dan arsitektur Buddhis berlanjut pada periode [[Goryeo]] (918-1392). Sebagian besar kuil Buddha yang tersisa telah direnovasi mengikuti perkembangan zaman. Kehidupan religi terkonsentrasi pada kuil-kuil ini. Di antara yang terpenting adalah [[Kuil Bulguk]] di [[Gyeongju]].<ref name="markpeterson"/> Tiga kuil besar lain dianggap sebagai perlambang tiga ratna-–"Buddha, dharma, dan sangha".<ref name="markpeterson"/> Buddha dilambangkan dengan [[Kuil Tongdo]] ([[Busan]]) yang menyimpan relik Sakyamuni dalam [[stupa]]. Korea menyerap arsitektur Buddhis Tiongkok, dimana stupa telah berbentuk [[pagoda]]. [[Kuil Haein]] yang melambangkan dharma memiliki perpustakaan yang menyimpan teks-teks suci.<ref name="markpeterson"/> [[Kuil Songgwang]] dibuat sebagai lambang [[sangha]].