Jalur trem lintas Jakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 83:
Kemunduran era trem Jakarta dimulai pada tahun 1935 sebagai akibat dari [[Depresi Besar]] yang membuat keuangan BVM bermasalah serta munculnya moda transportasi seperti bemo dan oplet yang mengancam popularitas trem listrik. Sebagai akibat dari kendala keuangan tersebut, layanan bus BVM ditutup dan perusahaan hanya akan berfokus pada layanan trem listrik saja. Layanan bus BVM baru dibuka kembali pada tahun 1941.
 
Maret 1942, Hindia-Belanda memasuki [[Pendudukan Jepang|pendudukan Jepang]]. Pendudukan Jepang atas Hindia-Belanda memberikan dampak yang besar bagi sejarah perkembangan trem Jakarta. Layanan trem Jakarta yang dikelola BVM diambil alih oleh tentara Jepang dan diubah namanya menjadi '''Tentara Nippon Batavia Tram''' lalu pada Juni 1942 diubah menjadi '''Seibu Rikuyo Batavia Shiden''' kemudian menjadi '''Jakaruta Shiden'''. Dibawah kendali '''Jakaruta Shiden (ジャカルタ市電)''' trem Jakarta mengalami perombakan, antara lain: dihapuskannya sistem kelas, dipecatnya para pekerja BVM yang merupakan warga [[Belanda]], dilakukannya periasan simbol-simbol Jepang pada badan kereta trem, dan dibangunnya jalur ganda (''double track'') pada lintas Gunung Sahari sampai dengan Pal Putih.
 
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] dikumandangkan, pada 13 Oktober 1945 terjadi pengambilalihan perusahaan '''Jakaruta Shiden''' kepihak Indonesia dan mengubah namanya menjadi '''Trem Djakarta-Kota''' yang pada tahun 1957 dinasionalisasi menjadi [[Pengangkutan Penumpang Djakarta]] (PPD). Walaupun diambil alih, PPD hanya mengoperasikan trem tersebut selama beberapa waktu dan dihapuskan karena dianggap tidak cocok dengan tata ruang kota besar.<ref>{{cite book|last=Shahab|first=Alwi|title=Saudagar Baghdad dari Betawi|year=2004|place=Jakarta|publisher=Penerbit Republika}}</ref>