Jalur trem lintas Jakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 24:
| reopen =
| owner = [[Pengangkutan Penumpang Djakarta]]
| operator = [[Bataviasche VerkeersmaatschappijVerkeers Maatschappij]]
| character = Lintas datar
| depot =Kramat<br>Cikini<br>Pasar Ikan<br>Matraman
Baris 77:
Empat tahun setelah beroperasinya trem uap lintas Jakartakota–Harmoni, trem listrik pun hadir dibawah operasi [[Batavia Elektrische Tram Maatschappij]] (BETM) menjadikannya sebagai pesaing trem uap milik [[Nederlands-Indische Tramweg Maatschappij]] (NITM). BETM mulai berkarir sejak diresmikannya lintas Jakartakota–Kebun Binatang Ragunan pada 10 April 1899 yang kemudian pada bulan November 1899 jaringan trem listrik ini diperpanjang sampai dengan [[Stasiun Tanah Abang]], namun sayang perpanjangan jalur ini ditutup pada tahun 1904. Pada tahun 1900 BETM memperpanjang jaringan tremnya, menjangkau wilayah Jembatan Merah, Tanah Tinggi, dan Gunung Sahari dengan melintasi [[Sungai Ciliwung]]. Semakin bertambahnya tahun, BETM terus melakukan ekspansi jaringan tremnya hingga memasuki tahun 1920, di tahun ini terjadi persaingan tidak sehat diantara BETM dengan NITM yang menyebabkan harga tiket terlalu tinggi serta dari pihak Pemerintah Kota Batavia menuntut agar NITM melakukan peningkatan armada menjadi layanan trem listrik namun ditolak oleh NITM sendiri.
 
Sebagai akibat dari perselisihan antara NITM dengan BTM maka kedua perusahaan mulai memberlakukan tiket transit dan jadwal khusus di jam sibuk, puncak dari perselisihan ini terjadi pada tanggal 31 Juli 1930 dengan dilakukannya merger NITM dengan BTM membentuk [[Bataviasche VerkeersmaatschappijVerkeers Maatschappij]] (BVM). Hasil dari pembentukan BVM tersebut menggabungkan 1 lijn trem uap, 2 lijn trem listrik, dan 7 rute bus yang dioperasikan NITM dan BETM.
 
Dibawah kendali [[Bataviasche VerkeersmaatschappijVerkeers Maatschappij]] (BVM), trem Jakarta mengalami perubahan yang signifikan, terutama pada lintas-lintas warisan NITM dilakukan program ''elektrifikasi'' secara bertahap dari April 1933 sampai dengan 1934. Hasil dari ''elektrifikasi'' ini menjadikan waktu tempuh Jakartakota ke Jatinegara menjadi 47 menit memangkas waktu 10 menit. BVM mengalami puncak kejayaan pada tahun 1934 dimana mengoperasikan 5 lijn trem listrik dengan total panjang 41 kilometer.
 
Kemunduran era trem Jakarta dimulai pada tahun 1935 sebagai akibat dari [[Depresi Besar]] yang membuat keuangan BVM bermasalah serta munculnya moda transportasi seperti bemo dan oplet yang mengancam popularitas trem listrik. Sebagai akibat dari kendala keuangan tersebut, layanan bus BVM ditutup dan perusahaan hanya akan berfokus pada layanan trem listrik saja. Layanan bus BVM baru dibuka kembali pada tahun 1941.