'''Dji Sam Soe''' adalah merek rokok [[kretek]] tertua di Indonesia. Merek ini diluncurkan pada tahun [[1913]] di [[Surabaya]], [[Jawa Timur]]. Pada tahun 2005, pemilik merek ini, PT HM Sampoerna Tbk., dimiliki oleh salah satu grup perusahaan rokok asal Amerika Serikat, Philip Morris International, produsen Marlboro dan L&M. Merek ini dijual dalam kemasan yang direnggangkan, dua rokok panjang dan sepuluh rokok lebar, sedangkan batangnya digulung dengan kertas berwarna putih.
= Sejarah =
= Tentang merek ini =
Rokok kretek diperkenalkan oleh Haji Jamhari pada tahun 1880. Tembakau dicampur dengan cengkeh yang apabila dibakar akan menghasilkan bunyi "kretek, kretek". Dji Sam Soe diperkenalkan oleh Liem Seeng Tee pada tahun 1913 di Surabaya, Jawa Timur. Di Kudus (Jawa Tengah), juga diperkenalkan rokok "''Tjap Kodok Mangan Ulo''" dan rokok "''Bal Tiga''", tetapi kedua merek rokok tersebut tidak bertahan lama. Tulisan "Fatsal-5" pada logo Dji Sam Soe berarti "racikan kelima", dan mendapatkan kode pendaftaran 12672.
Perseroan didirikan pada tanggal 19 Oktober 1963 dengan nama PT Hanjaya Mandala Sampoerna. Dji Sam Soe berusaha memposisikan diri sebagai produk ikonik dan menjadi penyumbang keuntungan terbesar dari PT HM Sampoerna pada saat itu, karena Sampoerna Hijau yang diluncurkan pada tahun 1968 sempat kurang terkenal dibanding Minak Djinggo, salah satu merek rokok asal Kudus yang cukup populer di kalangan nelayan dengan kemasan dan batang yang tahan air. Untuk itu, salah satu konsultan pemasaran terkemuka di Surabaya, Hermawan Kertajaya, menyarankan agar PT HM Sampoerna mengembangkan alternatif produknya dengan menghadirkan [[A Mild]] pada tahun 1990 dan [[U Mild]] pada tahun 2004 dengan kadar tar dan nikotin setengah dari rokok kretek filter pada umumnya. Pada saat itu pula, Dji Sam Soe mulai berinovasi dengan menghadirkan Dji Sam Soe Fatsal-9 yang dilengkapi dengan filter serta menurunkan kadar [[Tar (residu tembakau)|tar]] hingga 6 miligram. Selain itu, PT HM Sampoerna juga disarankan untuk melakukan penawaran saham dengan kode HMSP.jk.
Pada tahun 2005, Philip Morris International mengambil alih 51% total saham HM Sampoerna melalui proses ''tender strategic private placement''. Pada periode 2000-an, Dji Sam Soe memperkuat dan mengembangkan produknya dengan memperkenalkan Dji Sam Soe Super Premium dan Magnum Filter, yang mana kedua kemasan tersebut memuat penandatanganan Putera Sampoerna pada bagian belakang kemasannya sebagaimana A Mild. Dji Sam Soe pernah menghadirkan dua kemasan khusus yang terbuat dari plat aluminium tipis, yaitu Dji Sam Soe 2008 Masterpiece dan Dji Sam Soe 2012 Citarasa Legendaris. Dji Sam Soe meluncurkan Magnum Blue yang selanjutnya berganti nama menjadi Magnum Mild untuk terus membangun keunggulan di bidang industri produk tembakau. Kehadiran Magnum Mild bertujuan untuk mengubah persepsi bahwa kadar nikotin Dji Sam Soe yang selama ini 2,3 miligram bisa diturunkan menjadi 1 miligram, dan kadar tar bisa dikurangi menjadi 16 miligram agar lebih aman.
= Filosofi angka 9 =
Logo Dji Sam Soe terdiri dari 9 buah bintang 9 titik, tulisan "Dji Sam Soe" dengan jumlah huruf 9, angka 234 yang apabila dijumlahkan menjadi 9, dan tulisan "Fatsal-5" yang berarti racikan kelima. Menurut Liem Seeng Tee, angka 9 memiliki makna tersendiri karena melambangkan kesempurnaan. Apalagi, tulisan '''DJI SAM SOE''' dan '''SAMPOERNA''' terdiri dari 9 huruf. Sehingga, PT HM Sampoerna Tbk. menetapkan pekerja pelinting rokok Dji Sam Soe berjumlah 234 orang, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang.
|