Penyatuan Jerman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ibukota → ibu kota |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 6:
Penyatuan ini menimbulkan ketegangan akibat perbedaan religius, linguistik, sosial, dan budaya penduduk Kekaisaran Jerman, sehingga peristiwa tahun 1871 hanya merupakan satu momen dalam serangkaian proses penyatuan yang lebih besar. Sebelumnya, [[Kaisar Romawi Suci]] seringkali disebut "Kaisar seluruh Jerman ", dan di Kekaisaran, anggota bangsawan tinggi disebut "Pangeran-Pangeran Jerman", sebab wilayah-wilayah berbahasa Jerman yang sebelumnya disebut [[Francia Timur]] terorganisasi menjadi kerajaan-kerajaan kecil sebelum bangkitnya [[Karel yang Agung]] (800 M). Karena wilayah tersebut memiliki relief yang bergunung-gunung, muncul perbedaan budaya, pendidikan, bahasa, dan agama di antara warga yang saling terisolasi. Namun, Jerman pada abad ke-19 menikmati kemajuan transportasi dan komunikasi yang menghubungkan rakyatnya dalam budaya yang lebih besar.
Kekaisaran Romawi Suci, yang meliputi lebih 500 negara merdeka, secara resmi dibubarkan ketika Kaisar [[Franz II, Kaisar Romawi Suci|Franz II]] turun dari tahta (6 Agustus 1806) selama [[Perang Koalisi Ketiga]]. Walaupun pembubaran Kekaisaran mengakibatkan gangguan hukum, administratif, dan politik, penduduk wilayah berbahasa Jerman di Kekaisaran tersebut memiliki bahasa, budaya, dan tradisi hukum bersama yang semakin diperkuat oleh pengalaman bersama selama [[Perang Revolusi Prancis]] dan [[Peperangan era Napoleon|Peperangan Napoleon]]. Namun, masing-masing negara merdeka tersebut memiliki kelas penguasa, asosiasi feudal, tradisi, dan hukum
[[Lingkup pengaruh]] diplomatik yang ditetapkan oleh [[Kongres Wina]] pada tahun 1814–15 setelah Peperangan Napoleon mendukung dominasi [[Kekaisaran Austria|Austria]] di Eropa Tengah. Namun, negosiator di Wina tidak mempertimbangkan pertumbuhan kekuatan Prusia dan tidak memperkirakan bahwa Prusia akan bangkit dan menantang kepemimpinan Austria atas negara-negara [[bangsa Jerman|Jerman]]. Akibat [[dualisme Jerman]] ini, terdapat dua solusi untuk masalah penyatuan: ''[[Kleindeutsche Lösung]]'', solusi Jerman kecil (Jerman tanpa Austria), dan ''[[Großdeutsche Lösung]]'', solusi Jerman Raya (Jerman dengan Austria).
Sejarawan memperdebatkan apakah [[Otto von Bismarck]] — [[Presiden Menteri Prusia]] — memiliki rencana untuk menyatukan negara-negara Jerman dengan [[Konfederasi Jerman Utara]] menjadi satu negara atau hanya ingin memperkuat [[Kerajaan Prusia]]. Mereka menyimpulkan bahwa kekuatan ''[[Realpolitik]]'' Bismarck dan faktor-faktor lain memicu reorganisasi politik, ekonomi, militer, dan diplomatik negara-negara Jerman pada abad ke-19. Tanggapan terhadap [[nasionalisme]] Denmark dan Prancis
== Rentang waktu ==
Baris 21:
* 1861: Raja Wilhelm I menjadi Raja Prusia dan menunjuk [[Otto von Bismarck]] sebagai Kanselir. Otto von Bismarck condong pada pendekatan 'darah-dan-besi', yaitu pendekatan lewat perang dan kekerasan, untuk menciptakan negara Jerman bersatu di bawah kepemimpinan [[Kerajaan Prusia|Prusia]].
* 1864: Perang antara bangsa Denmark dan Prusia terjadi karena Denmark memasukkan [[Schleswig]] sebagai bagian dari [[Kerajaan Denmark]]. [[Kekaisaran Austria]] terlibat dalam perang atas dorongan [[Otto von Bismarck]]. Pasukan gabungan Austria dan Prusia berhasil memenangkan pertempuran dan mendapatkan wilayah [[Schleswig]] yang berada di Utara dan [[Holstein]] yang berada di Selatan. Dua wilayah ini kemudian dibagi dua, Prusia mendapatkan [[Schleswig]] sementara Austria mendapatkan [[Holstein]] dalam [[Perjanjian Wina (1864)]].
* 1866: Bismarck menuduh [[Kekaisaran Austria]] berada di balik kekacauan yang terjadi di [[Schleswig]]. Tentara Prusia kemudian merangsek masuk ke wilayah Holstein dan mengambil alih kekuasaan di sana. Austria marah dan mendeklarasikan perang terhadap Prusia, sehingga memicu [[Perang Austria-Prusia]] (atau biasa disebut sebagai [[Perang Tujuh Minggu]]). Austria kalah dalam
* 1870: Ketika Kaisar Prancis [[Napoleon III]] meminta paksa kekuasaan atas wilayah Rheinland sebagai balas jasa atas sikap netralnya dalam perang Austria-Prusia, Bismarck malah memasukkan negara-negara Jerman di selatan ke dalam konfederasinya. Ini menimbulkan kemarahan Prancis yang segera menyatakan perang terhadap Prusia.
* 1871: [[Perang Prancis-Prusia]] berakhir dengan kemenangan tentara Prusia yang berhasil menguasai [[Paris]], ibu kota [[Kekaisaran Prancis Kedua]]. Bayern, Baden, dan Württemberg yang semula di bawah pengaruh Paris pun dipaksa bergabung dengan [[Konfederasi Jerman Utara]] melalui [[Perjanjian Frankfurt (1871)]]. Bismarck memproklamirkan Raja Wilhelm II sebagai pemimpin negara Jerman bersatu yang baru, yang disebtu sebagai [[Reich Jerman]]. Karena ibu kotanya dikuasai pasukan asing, [[Napoleon III]] membubarkan Kekaisaran Prancis dan sebuah republik baru, [[Republik Prancis Ketiga]], berdiri di bawah kepemimpinan [[Adolphe Thiers]].
Baris 32:
Sebelum tahun 1806, terdapat lebih dari 300 entitas politik di wilayah Eropa Tengah yang berbahasa Jerman. Sebagian besar merupakan bagian dari [[Kekaisaran Romawi Suci]] atau dominion [[Wangsa Habsburg]]. Luas entitas-entitas tersebut bervariasi dari yang kecil dan kompleks (seperti wilayah keluarga [[Hohenlohe]]) hingga yang besar seperti [[Kerajaan Bayern]] dan [[Kerajaan Prusia|Prusia]]. Sistem pemerintahan entitas-entitas tersebut juga bermacam-macam. Beberapa merupakan [[kota kekaisaran merdeka]] dengan luas yang berbeda-beda (seperti [[Augsburg]] yang kuat dan [[Weil der Stadt]] yang sangat kecil). Terdapat pula wilayah-wilayah keuskupan dengan luas dan pengaruh yang bermacam-macam pula, seperti [[Biara Reichenau]] yang kaya dan [[Keuskupan Agung Köln]] yang kuat. Selain itu terdapat negara-negara bersistem dinasti seperti [[Kadipaten Württemberg|Württemberg]]. Wilayah-wilayah tersebut (atau sebagian — Wangsa [[Monarki Habsburg|Habsburg]] dan [[Hohenzollern|Hohenzollern Prusia]] juga memiliki wilayah di luar Kekaisaran) merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi Suci, yang pada saat itu meliputi lebih dari 1.000 entitas. Semenjak abad ke-15, dengan beberapa pengecualian, [[elektor-pangeran]] Kekaisaran Romawi Suci memilih kepala [[Wangsa Habsburg]] sebagai pemegang gelar [[Kaisar Romawi Suci]]. Di antara negara-negara berbahasa Jerman, mekanisme administratif dan hukum Kekaisaran Romawi Suci mewadahi penyelesaian sengketa antara petani dan tuan tanah, baik antar [[jurisdiksi]] maupun di dalam jurisdiksi. Melalui [[lingkar kekaisaran]] (''Reichskreise''), sekelompok negara menggabungkan sumber daya dan mendorong kepentingan regional dan organisasional, termasuk kerja sama ekonomi dan perlindungan militer.<ref>Sebagai contoh, lihat James Allen Vann, ''The Swabian Kreis: Institutional Growth in the Holy Roman Empire 1648–1715''. Vol. LII, Studies Presented to International Commission for the History of Representative and Parliamentary Institutions. Bruxelles, 1975. Mack Walker. ''German home towns: community, state, and general estate, 1648–1871''. Ithaca, 1998.</ref>
Dalam [[Perang Koalisi Kedua]] (1799–1802), [[Napoleon Bonaparte]] berhasil mengalahkan tentara kekaisaran. [[Traktat Lunéville]] (1801) dan [[Traktat Amiens|Amiens]] (1802) serta [[Mediatisasi Jerman|Mediatisasi 1803]] menyerahkan banyak
=== Kebangkitan nasionalisme Jerman di bawah sistem Napoleonik ===
|