Sunario Sastrowardoyo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 13:
Pada tahun [[1908]], Soenario masuk ke ''Frobelschool'' (sekolah taman kanak-kanak) di [[Madiun]]. Di [[sekolah]] tersebut, ia diajar oleh guru-guru wanita yang bernama ''Mejuffrouw'' Acherbeek dan ''Mejuffrouw'' Tien.<ref>M.D., Sagiman. [[1993]]. ''90 Tahun Prof. Mr. Sunario, Manusia Langka Indonesia''. Jakarta: PT Rosda Jayaputra Jakarta.</ref>
 
Setelah ia lulus dari ''Frobelschool'', ia masuk ke ''Europeesche Lagere School'' ([[ELS]]), yang merupakan [[Sekolah Dasar]] di [[Madiun]] tahun [[1909]] - [[1916]], Sunario tinggal di rumah kakeknya yang merupakan pensiunan Mantri Kadaster yang bernama Sastrosentono. Sunario termasuk murid yang cerdas dan tidak pernah tinggal kelas yang membuat orang tuanya bangga.<ref>M.D., Sagiman. [[1993]]. ''90 Tahun Prof. Mr. Sunario, Manusia Langka Indonesia''. Jakarta: PT Rosda Jayaputra Jakarta.</ref>
 
Setelah menyelesaikan pendidikan di ELS, Sunario melanjutkan sekolahnya ke [[MULO]], yang merupakan singkatan dari ''Meer Uitgebreid Lager Onderwijs'' (sejenis dengan [[Sekolah Menengah Pertama]]) di [[Madiun]]. Ia bersekolah disini hanya 1 tahun, dan pada tahun [[1917]] ia pindah ke ''Rechtschool'' (setingkat dengan SMK/Sekolah Menengah Kejuruan Hukum) di [[Batavia]]. Di Batavia, ia tinggal di rumah pamannya, yang bernama Kusman dan Kunto. Di ''Rechschool'', ia belajar hukum dan belajar [[bahasa Perancis]]. Sewaktu ia bersekolah disitu, ia menjadi anggota [[Jong Java]].<ref>M.D., Sagiman. [[1993]]. ''90 Tahun Prof. Mr. Sunario, Manusia Langka Indonesia''. Jakarta: PT Rosda Jayaputra Jakarta.</ref>
 
Setelah ia menyelesaikan pendidikannya di ''Rechtschool'', ia melanjutkan pelajarannya ke [[Belanda]]. Ia berangkat ke Belanda dengan biaya sendiri dengan menaiki kapal sampai ke [[Genoa]], lalu meneruskan perjalanan dengan kereta api ke [[Brussel]], [[Belgia]] dan menginap disana semalam. Setelah itu, ia pergi ke [[Den Haag]] dan mengganti kereta api menuju [[Leiden]]. Di Leiden, ia diterima di [[Universitas Leiden]] dan mengikuti kuliah doktoral, sehingga pada tahun [[1925]] ia meraih gelar ''Mr.'' atau ''Meester in de Rechten'' yang artinya ahli dalam ilmu hukum. Ia menerima ijazah pada tanggal [[15 Desember]] dan ditandatangani oleh Prof. C. van Vollenhoven dan Prof. N.Y. Krom. Selama di [[Belanda]], ia menjadi anggota [[Perhimpunan Indonesia]].