Jalur kereta api Purwosari–Boyolali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 71:
Diawal masa operasi jalurnya, [[Solosche Tramweg Maatschappij]] menggunakan empat ekor kuda sebagai penarik satu gerbong trem. Trem yang berpenumpang 20 orang tersebut setiap 4 km harus diganti kudanya, mengingat beban yang ditarik. Pada masa itu, pelanggan trem SoTM didominasikan oleh kaum-kaum ''priyayi'' maupun juragan perkebunan di Boyolali. Memasuki tahun 1905, SoTM mengalami keterpurukan, banyak kuda-kuda penarik trem yang mati, sehingga pada tahun yang sama, SoTM melakukan kerjasama terhadap NISM untuk melakukan modernisasi berupa pengadaan lokomotif uap, modernisasi armada diumumkan selesai pada 1 Mei 1908, namun hal ini justru membuat SoTM semakin terpuruk hingga akhirnya pada tanggal 1 Januari 1911, SoTM resmi diakuisisi oleh NISM yang membuat jalur ini beralih kepemilikan.<ref>{{Cite book|title=Sejarah Kereta Api Kota Solo 1864 - 1930|last=Widi Wardoyo|first=Waskito|publisher=Kendi|year=2018|isbn=978-602-25130-4-9|location=Temanggung|pages=71}}</ref> Di bawah naungan NISM, jalur ini mengalami revitilasi dan pembaharuan yang kemudian digunakan untuk meningkatkan pelayanan angkutan dari [[Pabrik Gula Colomadu]] dan [[Pabrik Gula Gembongan]], disisi lain jalur ini juga digunakan untuk layanan penumpang.<ref>{{Cite book|title=Indische Spoorweg-Politiek|last=Reitsma|first=S.A.|publisher=Landsdrukkerij|year=1916|isbn=|location=|pages=}}</ref>
 
Pada tahun 19731980an [[Kereta Api Indonesia|PJKA]] menutup jalur ini karena kalah bersaingdiputusnya dengankontrak mobilpengangkutan pribadi dandengan modaPabrik transportasiGula lainnyaColomadu.
 
Kini bekasnya masih bisa dilihat di [[Persimpangan#Konflik di Persimpangan|perempatan]] [[Kartasura]]. Jalur ini juga sejajar dengan [[Jalan Tol Semarang-Solo]] seksi 5, yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan.