Moeffreni Moe'min: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
'''Moeffreni Moe’min'''
 
'''Identitas''' (ER <Ejaan Republik>, EYD <Ejaan yang disempurnakan>: Letnan Kolonel Muffreni mu’min) (Lahir di Rangkasbitung, Banten, pada 12 Februari 1921—wafat di Jakarta, pada tanggal 27 Juni 1996 dalam usia 75 tahun. Moeffreni Moe’min merupakan seorang tokoh pejuang terkemuka pada zaman revolusi kemerdekaan Indonesia. Kehidupan Awal Mohammad Moeffreni lahir di Rangkasbitung, salah satu Kabupaten yang kini masuk wilayah Provinsi Banten pada tanggal 19 Juni 1922 di keluarga Wongsoredjo, keluarga yang bekerja di sebuah pabrik gula yang dijalankan oleh pemilik Belanda. Pada tahun 1927, Yani pindah dengan keluarganya ke Batavia, di mana ayahnya kini bekerja untuk General Belanda. Di Batavia, Yani bekerja jalan melalui pendidikan dasar dan menengah. Pada tahun 1940, Yani meninggalkan sekolah tinggi untuk menjalani wajib militer di tentara Hindia Belanda pemerintah kolonial. Ia belajar topografi militer di Malang, Jawa Timur, tetapi pendidikan ini terganggu oleh kedatangan pasukan Jepang pada tahun 1942. Pada saat yang sama, Yani dan keluarganya pindah kembali ke Jawa Tengah. Pada tahun 1943, ia bergabung dengan tentara yang disponsori Jepang [[Pembela Tanah Air|PETA]] (Pembela Tanah Air), dan menjalani pelatihan lebih lanjut di Magelang. Setelah menyelesaikan pelatihan ini, Yani meminta untuk dilatih sebagai komandan peleton Peta dan dipindahkan ke Bogor, Jawa Barat untuk menerima pelatihan. Setelah selesai, ia dikirim kembali ke Magelang sebagai instruktur.
 
 
 
'''Karier Militer''' Dalam menggaungkan kemerdekaan Indonesia, Ia merupakan salah satu tokoh yang berperan penting dalam penyelenggaraan Rapat Raksasa Lapangan IKADA<ref>{{Cite book|url=http://worldcat.org/oclc/48777655|title=Kebulatan tekad rapat raksasa Ikada : peristiwa 19 September 1945.|last=Sejarah.|first=Jakarta Raya (Indonesia). Dinas Museum dan|date=1997|publisher=Dinas Museum dan Sejarah, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta|oclc=48777655}}</ref> yang mewujudkan kewibawaan pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyat Indonesia. Moeffreni adalah orang yang bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan Presiden dan Wakil presiden, serta menjamin keamanan acara rapat besar IKADA dari intervensi Jepang. Selain menggaungkan, Moeffreni juga turut aktif dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada akhir September 1945, ketika kedatangan tentara sekutu (AFNEI) dan NICA untuk mengambil alih kekuasaan Jepang, Moeffreni memimpin dan melakukan perlawanan bersenjata dalam pertempuran di dalam kota Jakarta (kawasan Tanah Abang, Dukuh Sawah sekarang Jalan M.H. Thamrin, Karet Kubur dan Salemba) dengan tentara sekutu dan Belanda. Selain itu, Moeffreni memimpin Resimen VI Cikampek yang melakukan perjuangan bersenjata, menjaga tapal batas atau garis demarkasi, mengkoordinir dan membina para laskar pejuang untuk turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia di front timur Jakarta (Jakarta, Bekasi, Karawang). Pada peristiwa Linggarjati<ref>{{Cite book|url=http://worldcat.org/oclc/65375992|title=Republik Indonesia sebagai subyek hukum internasional : dari proklamasi sampai dengan perjanjian Linggarjati = Republic of Indonesia as a subject of international law : from proclamation until the Linggajati treaty|last=1935-|first=Suraputra, Djenal Sidik,|date=1988|publisher=[s.n.]|oclc=65375992}}</ref>, Moeffreni mendapat tanggungjawab yang berat memimpin pengamanan perundingan guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan merugikan perjuangan diplomasi. Pada bulan Mei 1947 Moeffreni bertugas sebagai Direktur Latihan Perwira Divisi Siliwangi di Ngamplang Garut. Setelah Agresi Militer I Belanda<ref>{{Cite book|url=http://worldcat.org/oclc/930569682|title=Agresi militer Belanda|last=Haris|first=Nasution, Abdul|oclc=930569682}}</ref>, Moeffreni ditugaskan kembali ke Cirebon. Selanjutnya di tahanan di Pulau Nusakambangan sebagai tawanan perang kelas berat ''Krijgsgevangenen''.