Ernst Utrecht: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 38:
 
=== Kehidupan politik ===
Utrecht adalah seorang politikus yang aktif. Ia menjadi anggota [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] dan duduk di DPR dan [[Konstituante]].<ref>{{Cite web|url=http://www.konstituante.net/id/profile/PNI_ernst_utrecht|title=Mr. Drs. Ernst Utrecht - PNI (Partai Nasional Indonesia) - Profil Anggota - Konstituante.Net|website=Konstituante.Net|access-date=2018-07-28}}</ref> Selain itu, Ia pernah menjadi penasehat [[Soekarno]]. Selain itu, menurut Pusat Sejarah TNI AD (1995), ia termasuk ke dalam anggota Himpunan Sarjana Indonesia (HSI).<ref name=":5">{{Cite book|title=Bahaya Laten Komunisme Di Indonesia|url=http://archive.org/details/BahayaLatenKomunismeDiIndonesia_pki|language=English|last=salafykolaka.net}}</ref>
 
==== ''Utrecht Affair'' ====
Baris 45:
Sikap arogan Utrech mendapat protes keras dari para mahasiswa yang diwakili oleh Dewan Mahasiswa Universitas Brawijaya (DM-UB). DM-UB menilai kuliah dan tindakan Utrecht telah merusak ketenangan, keutuhan, dan persatuan mahasiswa, sivitas akademika umumnya, yang selama ini telah terbina dengan baik. Tetap dengan sikap arogan, Utrecht mengeluarkan surat terbuka kepada DM-UB seraya mengatakan tidak lagi mengakui wewenang DM-UB terhadap mahasiswa FH [[Universitas Brawijaya]] Cabang Jember. Utrech juga memprovokasi Senat Mahasiswa FH untuk segera merombak DM-UB.<ref name=":3" />
 
Merespons sikap arogan Utrecht, pada 16 November 1963 DM-UB mengeluarkan resolusi menuntut agar [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP)]] melarang Utrecht mengajar di Universitas Brawijaya Cabang Jember. Tentu saja Utrecht menolak resolusi DM-UB. Penyelesaian dicari. Pimpinan Universitas, Dewan Penyantun, dan Pimpinan Yayasan berkumpul. Sayangnya, pertemuan para pimpinan yang tidak dihadiri unsur lembaga kemahasiswaan itu cenderung menyalahkan DM-UB.<ref name=":3" /> Di tengah perdebatan, masih ada dua orang pimpinan fakultas yang memiliki opini berbeda. Keduanya adalah Dekan dan Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Drs. [[Sudarpo Mas'udi]] dan Drs. [[Amir Hamzah Wirjosukarto]]. Sudarpo dan Amir Hamzah pernah menjadi aktivis HMI Cabang Yogyakarta. Amir Hamzah tercatat pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar PII. Dalam rapat, Sudarpo dan Wirjosukarto meminta penilaian pimpinan universitas diberikan setelah mendengar keterangan DM-UB. Karena usulnya itu, bersama dengan Utrecht, Sudarpo dan Wirjosukarto dikeluarkan dari Universitas Brawijaya Cabang Jember.<ref name=":3" />
 
==== Pasca Utrecht Affair, Gerakan 30 September dan Eksodus ke Belanda ====
Akibat konflik dengan militer/[[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] (dalam hal ini [[Herman Pieters]]) dan kelompok agama (dalam hal ini [[Himpunan Mahasiswa Islam|HMI]]/[[Partai Masyumi|Masyumi]]), ia mengalami akibat berat setelah peristiwa [[Gerakan 30 September|G30S]] dimana ia ditangkap dan dipenjara pada tahun 1965. Ia dikeluarkan dari penjara pada tahun 1966 kemudian pergi ke negeri [[Belanda]] pada tahun 1969 (melalui [[Singapura]], [[Australia]], dan [[Amerika Serikat]]) hingga meninggal di sana serta tidak pernah kembali ke Indonesia.<ref name=":1" />.<ref name=":5" />
 
Terkait peristiwa [[Gerakan 30 September]] dan [[Penumpasan pemberontakan|pembasmian pihak-pihak yang terlibat setelahnya]], ia sempat berkomentar mengenai pembantaian simpatisan [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] di Bali (Ia pernah menjadi pengurus PNI di Bali). Ia menganggap bahwa peristiwa pembasmian simpatisan PKI di Bali dianggap sebagai "perang suci". Pembantaian itu sendiri ia anggap tidak berdosa bagi para pelakunya sendiri yang menurutnya terdiri atas masyarakat biasa dan buruh pertanian yang juga diikuti dengan simpatisan PNI di Bali.<ref>{{Cite book|title=Sisi gelap pulau dewata : sejarah kekerasan politik|url=https://www.worldcat.org/oclc/968655092|publisher=LKiS|date=2006|location=Yogyakarta|isbn=9798451554|oclc=968655092|last=Robinson, Geoffrey.}}</ref><ref>{{Cite book|title=The dark side of paradise : political violence in Bali|url=https://www.worldcat.org/oclc/1043219067|publisher=Cornell University Press|date=1995|location=Ithaca|isbn=9781501732188|oclc=1043219067|last=Robinson, Geoffrey, 1957-}}</ref><ref>{{Cite book|edition=Cet. 1|title=Genealogi kekerasan dan pergolakan subaltern : bara di Bali Utara|url=https://www.worldcat.org/oclc/607257826|publisher=Prenada|date=2010|location=Rawamangun, Jakarta, Indonesia|isbn=9789793464534|oclc=607257826|last=Suryawan, I Ngurah, 1980-}}</ref> Bahkan, terkait peristiwa pembasmian ini, ia berasumsi bahwa pihak-pihak yang ikut serta dalam pembasmian (atau penumpasan) simpatisan PKI ini mencapai 50.000 jiwa.<ref>{{Cite web|url=https://www.europe-solidaire.org/spip.php?article35084|title=Indonesia 1965: The Forgotten Massacres - Europe Solidaire Sans Frontières|website=www.europe-solidaire.org|access-date=2019-08-27}}</ref>
 
Salah satu kritiknya yang tajam pada awal [[Orde Baru|Pemerintahan Orde Baru]] ialah terkait [[Pembantaian Purwodadi|Peristiwa Purwodadi]]. Ia mengkritik pemerintahan [[Soeharto|Suharto]] di awal periodenya dengan mengatakan “''Repelita is onzin''” ([[Rencana Pembangunan Lima Tahun|Repelita]] adalah omong kosong). Ia mengatakan bahwa bantuan ekonomi barat kepada Indonesia adalah sama dengan imperialisme ekonomi yang membawa Indonesia memasuki [[Kapitalisme]] Barat.<ref>{{Cite web|url=http://historia.id/politika/articles/purwodadi-skandal-pertama-orde-baru-6lnlv|title=Purwodadi: Skandal Pertama Orde Baru|website=Historia - Obrolan Perempuan Urban|language=en|access-date=2019-01-24}}</ref> Selain itu, pada dekade 1970-an ia pernah menganggap Indonesia pada masa Orde Baru merupakan Indonesia yang memasuki era pemerintahan "Kasta Militer".<ref>{{Cite web|url=https://indoprogress.com/2016/09/trio-habibie-tim-tim/|title=Trio Habibie & Tim-Tim|date=2016-09-06|website=IndoPROGRESS|language=en|access-date=2019-08-27}}</ref>
 
Setelah tidak lagi tinggal di Indonesia dan menjadi eksil di Belanda, ia sering menulis buku dan jurnal terkait kondisi terkini di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara dan sekitarnya (terutama Papua Nugini dan Fiji) baik dalam bidang politik, ekonomi, pertahanan, dan sosial hingga wafat pada 1987.
 
== Karya Tulis ==
Baris 62 ⟶ 65:
# Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia (1962)
#Sedjarah hukum internasional di Bali dan Lombok, pertjobaan sebuah studi hukum internasional regional di Indonesia (1962).
#Indonesië's nieuwe orde, Ontbinding en neokolonisatie (1970).<ref>{{Cite web|url=https://www.boekwinkeltjes.nl/|title=Boekwinkeltjes.nl - UTRECHT, Ernst. - Indonesië's nieuwe orde. Ontbinding en ne|last=boekwinkeltjes.nl|website=Boekwinkeltjes|language=nl|access-date=2019-08-27}}</ref>
# Ambon. Kolonisatie, dekolonisatie en neo-kolonisatie. Opgetekend door F. Jaspers (1972).<ref>{{Cite book|title=Ambon : kolonisatie, dekolonisatie en neokolonistaie|url=https://www.worldcat.org/oclc/2980858|publisher=Van Gennep|date=1972, ©1971|location=Amsterdam|isbn=9060121511|oclc=2980858|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
#Land Reform and Bimas in Indonesia (1973).<ref>{{Cite book|title=Land Reform and Bimas in Indonesia|url=https://books.google.co.id/books/about/Land_Reform_and_Bimas_in_Indonesia.html?id=opQDkAEACAAJ&redir_esc=y|date=1973|language=en|first=Ernst|last=Utrecht}}</ref>
#De onderbroken revolutie in het Indonesische dorp (1974).<ref>{{Cite web|url=https://www.boekwinkeltjes.nl/|title=Boekwinkeltjes.nl - Utrecht, Ernst - De onderbroken revolutie in het Indonesisch|last=boekwinkeltjes.nl|website=Boekwinkeltjes|language=nl|access-date=2019-08-27}}</ref>
#Vijf jaar strijd in de Filippijnen : het Marcos-regime 1969-1975 (1975).<ref>{{Cite book|title=Vijf jaar strijd in de Filippijnen : het Marcos-regime 1969-1975|url=https://www.worldcat.org/oclc/780535923|publisher=Van Gennep|date=1975|location=Amsterdam|isbn=9060122712|oclc=780535923|last=Utrecht, E. (Ernst), 1922-1987.}}</ref>
#Industrial estates and Australian companies in Singapore (1976).<ref>{{Cite book|title=Industrial estates and Australian companies in Singapore|url=https://www.worldcat.org/oclc/3707100|publisher=Transnational Corporations Research Project, Faculty of Economics, University of Sydney|date=1976|location=Sydney|isbn=0909426201|oclc=3707100|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
#Transnational corporations in the developing world (1976).
#Papua New Guinea : an Australian neo-colony (1977).<ref>{{Cite book|title=Papua New Guinea : an Australian neo-colony|url=https://www.worldcat.org/oclc/4189595|publisher=Transnational Corporations Research Project, University of Sydney|date=1977|location=Sydney|isbn=0909426627|oclc=4189595|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
#Transnational corporations in South East Asia and the Pacific (1978).<ref>{{Cite book|title=Transnational corporations in South East Asia and the Pacific|url=https://www.worldcat.org/oclc/8031652|publisher=Transnational Corporations Research Project, University of Sydney|date=1978-<c1985>|location=Sydney|isbn=0909426821|oclc=8031652|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
#The Indonesian army : a socio-political study of an armed, privileged group in the developing countries (1978).<ref>{{Cite book|title=The Indonesian army : a socio-political study of an armed, privileged group in the developing countries|url=https://www.worldcat.org/oclc/29009845|publisher=James Cook University of North Queensland|date=1980|location=[Townsville, Qld.]|isbn=0909714592|oclc=29009845|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
#Papoeas in Opstand (De tweede kwestie Nieuw Guinea): Het verzet van de Papoes tegen het Indonesiese bewind in West Irian (1978).<ref>{{Cite web|url=https://www.abebooks.co.uk/Papoeas-Opstand-tweede-kwestie-Nieuw-Guinea/332342016/bd|title=Papoeas in Opstand (De tweede kwestie Nieuw Guinea): Het verzet van de Papoes tegen het Indonesiese bewind in West Irian by Utrecht, Ernst: Ordeman, Rotterdam orig. wrappers - Expatriate Bookshop of Denmark|website=www.abebooks.co.uk|language=en-GB|access-date=2019-08-27}}</ref>
#Sejarah Alternatif Indonesia (1979, bersama dengan [[Malcolm Caldwell]]).<ref>{{Cite book|title=Indonesia: an alternative history|url=https://books.google.co.id/books/about/Indonesia.html?id=DIsQMQAACAAJ&redir_esc=y|publisher=Alternative Publishing Co-operative|date=1979|language=en|first=Malcolm|last=Caldwell|first2=Ernst|last2=Utrecht}}</ref>
#The military and the 1977 election (1980).<ref>{{Cite book|title=The military and the 1977 election|url=https://www.worldcat.org/oclc/9080915|publisher=James Cook University of North Queensland|date=1980|location=Queensland|isbn=0864430000|oclc=9080915|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.}}</ref>
#The social and cultural impact of the activities of transnational corporations in Southeast Asia (1982).
#Fiji: Client State of Australasia? (1984).<ref>{{Cite book|title=Fiji, client state of Australasia?|url=https://www.worldcat.org/oclc/12695697|publisher=Transnational Corporations Research Project, University of Sydney|date=1984|location=Sydney|isbn=0908470355|oclc=12695697|last=Utrecht, Ernst, 1922-1987.|last2=Transnational Corporations Research Project (University of Sydney)}}</ref>
#Transnational Corporations and Export-Oriented Industrialization (1985).
 
Karya Tulis Ilmiah:
 
# "Het bloedbad op Bali", dalam ''De Groene Amsterdammer'' (1967).
# Land Reform in Indonesia (1969).<ref>{{Cite journal|last=Utrecht|first=E.|date=1969-11-01|title=Land Reform in Indonesia|url=https://doi.org/10.1080/00074916912331331482|journal=Bulletin of Indonesian Economic Studies|volume=5|issue=3|pages=71–88|doi=10.1080/00074916912331331482|issn=0007-4918}}</ref>
# Class struggle and politics in Java (1972).<ref>{{Cite journal|last=Utrecht|first=Ernst|date=1972-01-01|title=Class struggle and politics in Java|url=https://doi.org/10.1080/00472337285390541|journal=Journal of Contemporary Asia|volume=2|issue=3|pages=274–282|doi=10.1080/00472337285390541|issn=0047-2336}}</ref>
# The Indonesian army as an instrument of repression (1972).<ref>{{Cite journal|last=Utrecht|first=Ernst|date=1972-01-01|title=The Indonesian army as an instrument of repression|url=https://doi.org/10.1080/00472337285390041|journal=Journal of Contemporary Asia|volume=2|issue=1|pages=56–67|doi=10.1080/00472337285390041|issn=0047-2336}}</ref>