Stasiun Pariaman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Frenzyvanrafi (bicara | kontrib)
Persinyalan mekanik Alkmaar
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Handel persinyalan di PMN terbuat dari kayu
Baris 19:
| track = 3 (jalur 1: sepur lurus)
| platform = 3 (satu peron sisi dan dua peron pulau yang sama-sama agak rendah)
| persinyalan = Mekanik tipe [[Nederlandse Machinefabriek Alkmaar|Alkmaar]], [[wesel]] diatur lewat tuas penggerak wesel di dekat setiap wesel, handel terbuat dari kayu<ref name="sugiana">{{cite journal|title=Study on Interlocking System in Indonesia|first1=A.|last1=Sugiana|first2=Key-Seo|last2=Lee|first3=Kang-Soo|last3=Lee|first4=Kyeong-Hwan|last4= Hwang|first5=Won-Kyu|last5=Kwak|year=2015|journal=Nyeondo Hangugcheoldohaghoe Chungyehagsuldaehoe Nonmunjib (Korean Society for Railway)|issue=46}}</ref>
| persinyalan = Mekanik tipe Alkmaar, wesel diatur lewat tuas penggerak wesel di dekat setiap wesel
}}
[[Berkas:Stasiun Pariaman 4 Juli 2019.jpg|jmpl|kiri|Papan nama Stasiun Pariaman versi terbaru tahun 2017]]
'''Stasiun Pariaman (PMN)''' merupakan [[stasiun kereta api]] kelas II yang terletak di [[Kampung Pondok I, Pariaman Tengah, Pariaman]]. Stasiun yang terletak pada ketinggian +2 meter ini termasuk ke dalam [[Divisi Regional II Sumatra Barat]]. Stasiun ini terletak hanya 20 m dari bibir pantai.
 
Tidak seperti stasiun-stasiun lainnya di [[Divisi Regional II Sumatra Barat|Divre II Sumbar]] yang menggunakan persinyalan mekanik [[Siemens]] & Halske manual, stasiun ini sama-sama menggunakan persinyalan mekanik tapitetapi menggunakan sistem [[Nederlandse Machinefabriek Alkmaar|Alkmaar]] yang mana hanya memiliki satu sinyal lengan untuk sinyal masuk serta seluruh wesel menggunakan tuas penggerak [[wesel]] manual yang berada di dekat setiap wesel dan pengaturannya tidak terpusat. Uniknya lagi, handel persinyalan tersebut terbuat dari kayu dan dipasang sejak 1969.<ref name="sugiana"/>
 
Sebenarnya ke arah utara dari stasiun ini masih terdapat jalur rel yang menuju ke [[Stasiun Naras|Naras]] dan berakhir di [[Sungai Limau, Padang Pariaman|Sungai Limau]], tetapi sejak tahun 1998 jalur ke Naras sempat dinonaktifkan, sedangkan yang ke Sungai Limau sendiri sudah lama dinonaktifkan sejak zaman penjajahan Belanda. Dahulu biasa digunakan untuk angkutan [[Kelapa sawit|CPO]]. Jalur ini masuk dalam ''masterplan'' reaktivasi dari [[Kementerian Perhubungan Republik Indonesia|Kemenhub]], tetapi hanya sampai [[Stasiun Naras|Naras]].